"Kamu terlalu menganggap sepele masalah hati, karena akan ada yang tersakiti dan meminta haknya untuk kembali."
***
Aimee mendekatkan wajahnya ke arah Rachel. "Sekarang lo liat siapa yang nikung lo dan siapa yang dukung lo. Lo bisa liat kan Chel, orang yang lo bilang baik itu jelas-jelas nikung lo."
Aimee membuat suasana hati Rachel semakin memanas. Aimee tersenyum penuh kemenangan, ia berhasil mencuci otak Rachel.
Rachel mengepalkan tangannya. Ia hampir saja terbawa emosi dan berniat menghampiri Alet dan Langit. "Sabar Chel, kalo lo samperin sekarang Langit bisa aja benci sama lo. Lo harus tenang dulu, besok kita pikirin caranya."
Aimee mendekati Rachel sejak pertama kali dia masuk sebagai murid baru. Ia merasa akan menjadi senasib dengan Rachel. Namun Rachel selalu menjauh apabila Aimee mendekat. Rumor tentang kedekatan Aimee dan Langit sudah sampai di telinga Rachel. Maka dari itu ia tak mau berteman dengan si penggoda, meski hubungannya dengan Langit masih berjalan lancar sampai sekarang.
Meskipun masih berjalan, ada sedikit perubahan pada sikap Langit padanya. Langit lebih jarang mengabari Rachel. Setiap kali diajak jalan, Langit selalu banyak alasan. Hingga di hari itu, Aimee mengabari Rachel, bahwa Langit dan Alet jalan bersama.
"Gue mau datangin mereka Kak, nanti mereka malah keenakan." ujar Rachel.
Aimee menggelengkan kepalanya, lalu ia menarik lengan Rachel untuk menjauh dari tempat itu.
***
Pagi-pagi buta, Alet sudah ada di sekolah. Hari ini adalah jadwal piket Alet. Karena Bila seksi kebersihan yang cerewetnya minta ampun, Alet berusaha sepagi mungkin untuk menjaga kesehatan kupingnya.
Alet melihat seisi kelas yang masih kosong melompong. Ia mendapat ide untuk melakukan kebiasaannya. Meditasi menenangkan diri di taman belakang sekolah. Perasaannya begitu berbunga sekarang.
Belum juga langkahnya sampai di taman, seseorang menarik Alet. Alet tahu ia adalah kakak kelas yang sering bersama Aimee. Atau lebih tepatnya dayang-dayang Aimee. Alet berusaha berontak namun ia kalah. Kakak kelas itu menariknya menuju toilet.
Plak.
Sebuah tamparan hebat mengenai pipi kiri Alet. "Gue gak tahu salah gue sama lo apa Let, tapi lo udah ngehianatin gue dan Gavin."
"Chel maksud lo apa?"
"Gak usah sok jadi orang bener ya Let. Gue udah muak liat wajah tanpa dosa lo. Mau lo apa sih?! Emang gak ada cowok lain gitu selain Langit? Dasar murahan." ucap Rachel dengan menekankan kata terkhirnya. Aimee tersenyum puas di belakang Rachel.
Alet sama sekali tak terima dengan ucapan Rachel. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak boleh terbawa emosi. Alet tahu, Rachel orang baik, hanya saja ia mudah terpengaruh. Aimee sudah memanfaatkannya. "Chel, gue gak pernah mau rebut Langit dari lo. Gue gak murahan kayak yang lo bilang. Lo jangan percaya sama apa yang dikatakan Kak Aimee, Chel. Percaya sama gue." Alet memegang kedua tangan Rachel. Namun Rachel segera menepisnya.
Aimee tertawa sinis, "Apa lo bilang? Jangan percaya sama gue?" Aimee tertawa sinis lagi, ia menghampiri Alet dan menjambak rambut Alet. "Emang lo dapet dipercaya gitu? Tukang tikung kayak lo dapet dipercaya apanya?!"
Alet meringis kesakitan. Sejujurnya Rachel tak tega, namun ia benar-benar tak ingin Langit direbut oleh orang lain. "Lo denger baik-baik ya, jangan sok kecakepan. Sedikit aja gue denger lo berurusan lagi sama kita, lo udah abis ditangan kita. Ngerti lo, upik abu!"
Alet menganggukkan kepalanya sembari menahan tumpahnya air mata. Lagi-lagi ia mendapatkan masalah. Padahal selama ini ia terus berusaha menghindari setiap masalah itu. Jika saja ada sedikit keberanian mungkin Alet sudah mengadu ke bk sekarang. Namun Alet tahu, dengan itu malah akan memperkeruh suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellva
Teen FictionAlette Aozora. Gadis yang sangat menyukai langit. Siang ataupun malam, ia sangat menyukai bagaimana Tuhan menghiasi langitnya. Ia suka saat matahari terbit di pagi hari, saat dimana komorebi sedang indah-indahnya. Ia suka saat senja, saat dimana ma...