"Please don't make me disappointed once you make me comfortable"
***
Langit menepikan motornya di depan gerbang rumah Alet. "Makasih ya," ucap Alet dengan lengkungan manis di bibirnya.
"Besok balik bareng gue lagi ya,"
"Engga ah, besok gue naik angkot aja."
"Jangan naik angkot dong, gimana kalo ada yang gangguin pacar gue?"
"Apasih, cepet sana balik!" titah Alet.
"Iya, iya, gue balik dulu ya. Bye," Langit melambaikam tangan sebelum menjalankan motornya. Alet melihat punggung Langit yang semakin lama mengecil hingga menghilang di ujung kelokan jalan. Ia jadi mengingat saat dirinya masih tinggal di komplek rumah yang lama.
Tiga tahun yang lalu, dimana ia sering melihat punggung itu. Mengintip dari balik tirai. Dan ia masih bingung kenapa ia bisa lupa. Omnya bilang itu didasarkan karna trauma. Itu memang benar. Alasan keluarga Alet pindah ke komplek baru karena kejadian itu yang membuat Alet trauma.
Dengan berjalannya waktu, Alet mengingatnya kembali. Dan waktu seakan bicara, saatnya kamu ingat dan saatnya kamu bertemu dengannya kembali. Dulu, Langit tak sempat kenal Alet.
Waktu itu ulang tahun Alet yang ke 13 tahun. Alet menunggu itu karena omnya menjanjikan hal yang sangat diinginkan Alet. Menonton perlombaan piano yang salah satu pesertanya adalah tetangganya. Seorang anak laki-laki yang sudah lama ia idamkan menjadi temannya.
Sebelum pertunjukan dimulai, Om Urip dan Alet tak sengaja melewati ssbuah ruangan yang sangat bising. Karena sudah bakat menjadi penyidik, Urip sangat penasaran hingga mendatangi tempat itu. Kejadian tak terduga terjadi. Urip dan Alet melihat kejadian itu. Seseorang dibunuh di depan mata Alet.
Alet tak begitu ingat siapa yang membunuh orang itu. Yang ia rasakan hanya syok, membuat omnya menutup mata Alet. Alet disuruh berbalik dan lari sekencang-kencanya. Ia tak tahu apa lagi yang terjadi pada om nya. Ia hanya berlari dan tak tahu kemana ia pergi. Yang ia ingat, ia sudah berada di sebuah ruangan rumah sakit.
Alet sudah bicara pada ibu, ayah, dan Urip perihal ingatannya yang kembali. Reaksi mereka baik, namun reaksi tentang kedekatan Alet dan Langit sama sekali tak baik. Sebisa mungkin Alet harus merahasiakan hubungannya dengan Langit.
Sore ini hujan deras, namun suhu tubuh malah sebaliknya. Alet tak tahu harus melakukan apa sore ini. Iseng-iseng, ia masuk ke ruangan favoritnya dulu. Dinding yang dipenuhi coretan awan, lantai yang dipenuhi bercak warna, hingga kanvas yang sudah menumpuk di ujung ruangan.
Sudah lama tak bersua dengan cat warna juga kuas, serta peralatan lainnya. Alet kembali menggoreskan beberapa isi hatinya di kanvas kosong.
***
Di tempat lain, Rachel dan Yoga sedang berada di salah satu kafetaria. "Ga, kok lo sama Langit and the gank jarang kumpul-kumpul sih?" tanya Rachel.
"Enggak kok kita sering kumpul, besok juga kita bakal nongkrong di cafe nya Bagas," Yoga menjawab setelah menghabiskan makanan di mulutnya.
"Oh yang baru itu ya?"
"Iya, kamu harus dateng, besok pembukaannya."
"Kita juga udah ngundang beberapa fans kayak degem-degem gitulah buat hiburan,"
"Degem?" tanya Rachel.
Yoga menutup mulutnya, ia benar-benar lupa bahwa itu rahasia. " Eh bukan degem maksudnya temen temen kita aja gitu yang lainnya,"
"Oh," Rachel terhanyut dalam lamunannya. Ia merogoh ponsel di saku cardigannya. Sibuk dengan ponselnya. Yoga merasa diabaikan, "Chel, chel."
"Eh Ga gue duluan ya, mommy gue minta jemput," Rachel beranjak pergi tanpa mendengar satu patah kata pun dari Yoga.
"Lah kok pergi sih," keluh Yoga.
Rachel menaiki mobil minicoopernya dan segera menjalankannya cepat. Ia merogoh ponselnya di saku cardigan. Hal yang paling jarang dilakukannya, memainkan ponsel sembari menyetir. Untung tak terjadi hal yang tidak diinginkan. Mobilnya sudah menepi di depan rumah Aimee.
"Gue punya berita bagus," seru Rachel lalu membertihu Aimee yang ia tahu.
Aimee tersenyum jahat, ia tak pernah kehabisan akal untuk merebut hal yang tak ia miliki. "Gue punya ide," Aimee membisikkan idenya kepada Rachel. Mereka saling tersenyum jahat dan segera menyiapkan diri.
Di sisi lain, Alet menerima pesan dari Syasya.
Syasya
Let, besok temenin gue ke cafe ya. Gue dapet info katanya bakal ada giveaway banyak banget, soalnya cafenya baru buka.
Gue ga minat ah Sya
Ayolah, gue traktir deh ya
Enggak ah
Plis Let, lo kan tadi ga ikut sama kita:(
Yaudah iya
Alet menghembuskan napasnya gusar. Ia hendak membuka roomchatnya dengan Langit. Tak ada notif apapun darinya. Sudah mengetikkan sesuatu, namun ia hapus lagi.
"Kenapa dia gak ngabarin gue sih?!" Kesal Alet sembari melempar gawainya ke kasur. "Eh kok gue jadi berharap di kabarin sih, enggak-enggak gak mungkin." Untuk kedua kalinya Alet menghembuskan napas gusar.
Panjang umur memang, ponsel Alet berdenting tanda pesan masuk. Alet buru-buru melihat siapa si pengirim. Ternyata operator sialan!
Alet membuka aplikasi whatsappnya. Memposting sesuatu di story wa nya.
Satu menit sudah banyak orang yang melihat. Dua menit hingga menit berikutnya, yang ditunggu tak juga melihat. Akhirnya Alet memutuskan untuk memejamkan matanya. Pergi ke alam bawah sadarnya. Entah apa yang sedanh di lakukan doi, tapi tak ada kabar itu sangat membuat Alet kecewa. Setelah sebelumnya sudah membuat nyaman.
***
Tbc
Haii, sorry part kali ini mungkin terlalu sedikit:( tegang-tegangannya nanti aja lah:v
Jangan lupa vote dan comment thx uu!!
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellva
Teen FictionAlette Aozora. Gadis yang sangat menyukai langit. Siang ataupun malam, ia sangat menyukai bagaimana Tuhan menghiasi langitnya. Ia suka saat matahari terbit di pagi hari, saat dimana komorebi sedang indah-indahnya. Ia suka saat senja, saat dimana ma...