34. (b) Masalah

1.3K 76 0
                                    

Bila

Let gue nginep ya dirumah lo

Ayo sini

Tak butuh waktu lama, Bila sudah berada di kamar Alet sekarang. Bila sudah menguasai kasur Alet. Itu sudah tak aneh bagi Alet. "Gimana aja sama Langit?" pertanyaan pertama Bila membuat Alet sedikit canggung.

"Biasa aja," ketus Alet. "Lo gimana sama Bagas?" tanya Alet.

"Gue kan udah putus," Bila tersenyum canggung. Kini mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Rasanya jadi canggung jika sudah membahas soal cowok. "Lo?" mereka berkata serempak. Lalu dilanjutkan tertawa. "Lo duluan, Let."

"Engga lo duluan aja, Bil."

"Ya udah, gue mau cerita sama lo gak papa kan?"

"Sejak kapan lo mau cerita harus tanya dulu?" tanya Alet sembari menautkan sebelah alisnya. "Iya, iya."

"Tapi bentar gue mau ke toilet dulu bentar," Alet beranjak pergi meninggalkan Bila di kamarnya. Tak ada hal yang penting untuk dilakukan Bila. Ia merebahkan badannya. Memperhatikan langit-langit.

Emang lagi syantik
Tapi bukan sok syantik
Syantik-syantik ini hanya untuk dirimu...

Bila sedikit tersentak mendengar lagu yang terdengar dari ponsel Alet. Dan ternyata itu nada derimg yang dipakai Alet. Bila melihat nama yang tertera di layar. Itu dari Langit. Saking bingung tak tau harus melakukan apa, Bila menekan tombol matikan.

Ia menghela napas lega. Selidik punya selidik, Bila membuka ponsel Alet yang tak pernah di password. Fyi, Alet tak pernah mau lagi mengunci ponselnya. Ia menjadi sangat pelupa. Pernah dulu, ia mengunci ponselnya sampai terblokir karena lupa password.

Bila menjadi sangat leluasa membuka ponsel Alet. Ia iseng membuka roomchat Alet dengan Bagas.

Bagas

P

Ada apa let?

Bila sedikit terkejut karena Bagas membalas cepat. Karena pada dasarnya, Bagas adalah tipikal cowok yang mengenyampingkan ponsel. Jarang sekali buka ponsel. Bahkan pernah ia menginapkan ponselnya di sekolah dan baru sadar ketika ia esoknya sekolah. Dan disinilah Bila diuji.

Bagas

Lo harus deketin Bila lagi.

Emang kenapa

Karna lo gak mau buat dia sedih kan

Hm iya

Bila kegirangan. Ia segera membuka ponselnya mengecek adakah notif dari Bagas. Namun tak lama, muncul notif lagi di ponsel Alet. Bagai lampu yang mati hidup kembali, Bila mendapat ide yang sangat bagus untuk satu notif ini.

Alet baru saja selesai dengan urusan toiletnya. "Lo kenapa lama amat Let?" tanya Bila.

"Gue males banget asli," jawab Alet yang terlihat kelelahan seraya membaringkan tubuhnya. Entah kenapa matanya jadi mengantuk setelah berjuang mengeluarkan dedek kuning. Perlahan ia menutup mata hingga terlelap.

Sedangkan Bila sibuk dengan ponselnya juga telinga yang disumpal earphone. Kemungkinan akan ada yang balikan. Karena Bila terus saja mesam-mesem seperti orang gila.

Tittt... Tittt...

Suara klakson motor terdengar dari bawah. Baik Alet ataupun Bila tak menyadari. Yang satu bermimpi yang satu senyam-senyum. Dan yang dibawah menunggu dengan sabar. Satu telepon masuk ke ponsel Alet
Nada deringnya membuat Alet terbangun walau dengan mata yang masih terkatup.

"Hallo,"

"Lo dimana? Ayo gue udah ada di depan."

"Depan mana?" Alet masih setengah tak sadar bertanya.

"Depan rumah lo lah dimana lagi coba,"

"Oh iya," ucap Alet belum sadar juga. "Eh?! Rumah gue?! Apa?! Seriusan?!" Alet terlonjak baru menjmyadari apa yang dikatakan lawan bicaranya. Alet buru-buru menutup telepon seraya menghampiri Langit dengan secepat kilat.

Namun mustahil, ia sudah terdahului Mamanya. Sarah sudah berdiri disana dengan kedua tangan bersidekap di dada. Sorot matanya mengumbar ketegasan. Baru kali ini Alet melihat Mamanya seserius ini. Ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Mamanya adalah tipikal orang yang jarang marah namun sekali marah benar-benar menyeramkan.

"Ada maksud apa datang kesini?" tanya Sarah dengan ketus. "Saya mau jemput Alet, tan." jawab Langit dengan amat sangat polos. Demi apa Alet ingin sekali menggerusnya. Cowok itu bahkan mendadahi Alet yang ada tak jauh dari mereka.

Sarah memutar kepalanya kesamping. "Kamu ngapain disitu? Masuk!" titah Sarah kepada Alet. Cewek itu hanya bisa mematuhi apa kata Mamanya. Ia segera berlari ke kamarnya. Sedangkan Langit hanya kebingungan dengan perubahan sifat Sarah dari sejak terakhir mereka bertemu.

"Loh tan, kok di suruh masuk?" tanya Langit. "Alet sedang tidak vit, kamu bisa pulang." ucap Sarah seraya meninggalkan Langit dan masuk ke rumah. Menutup pintu dengan sedikit keras. Bukan sedikit lagi.

Alet tak tau harus melakukan apa sekarang. Mamanya marah, dan kemingkinan besar Langit akan menjauhinya. "Sebenernya ada apa sih, Let?" Bila bertanya seperti itu karena ia menyaksikan drama kecil tadi di balik jendela kamar Alet.

Alet tak tahan lagi, akhirnya ia ceritakan semuanya. Hingga ke detail pembunuhan. Bila terlihat sangat terkejut. Kemungkinan besar, Langit menyembunyikan kebenaran itu ssorang diri. Bahkan Bila yang menjadi teman curhat pun tak tahu.

"Sorry, Let ini semua gara-gara gue." Langit terlihat sangat menyesal. "Sorry buat apa?" tanya Alet yang juga penasaran. "Yang buat Labgit itu kesini gue, gue udah bajak ponsel lo. Sorry banget,"

Alet melihat semua notif di ponselnya. Membaca satu persatu, "Gak papa, Bil. Udah terlanjur kok, lo juga gak usah minta maaf." ucap Alet yang mendapat senyuman dari Bila. "Kalau gitu lo harua telepon dia!" titah Bila yang langsung disetujui Alet.

"Hallo,"

***

Tbc
Gw kesel udah nulis panjang tiba-tiba wp eror dan part ini tiba tina ngilang gitu dan harus nulis lagi, hm😩
But, semoga sukaa

BellvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang