Part 8

15 4 0
                                    

1 tahun berlalu , kini Karin berada di kelas XI Pagi ini tak seperti pagi biasannya Karin bangun lebih pagi karena malas mendengar ocehan ibunya yang tiap pagi membangunkannya (tumben Karin rajin).

" Kar , kamu udah bangun ??" Tanya mama Karin yang sedang menyiapka sarapan pagi.

"Iya nih ma" Jawab Karin singkat.

"Nahh, gitu dong. Kamu harus percaya sama mama , kalo kata orang dulu kalo bangunnya kesiangan rejekinya di patok ayam" ucap mama karin.

"Yaellah ma. Iya deh" ucap Karin.

"Tumbenn, nih ada tang bangun pagi. Takut kesiangan yahh ??" Ucap Ryan(kakak Karin, pasti kalian udah lupa yahh?Hehe)

"Tau ah ka" ucap Karin dengan nada ketus.

"Yeeh, bilang aja ada maunya, gue tau lo banget Kar " ucap Ka Ryan menggoda.

"Nggak kak, males.aja dengerin omelan mami tiap hari , jadi sekarang adik lo Karin Anastasya ini mulai berkomitmen ingin bangun pagi, sekian pidato hari ini." Ucap Karin yang ngerasa kata-katanya panjang kayak pidato.

"Widdihhh, kesambet apa lo dek ?? Tumben banget, lo pidato kenegaraan kayak gini, pake acara berkomitmen lagi " tawa ka Ryan pecah.

"Udahh Ryan, intinya kan niat Karin bagus jadi biarin aja. Udah sana siap ke sekolah nanti telat gimana" ucap mama menasihati.

Karin berjalan menyusuri koridor sekolah melewati beberapa lorong kelas yang tampaknya sudah ada beberapa siswa , karena karin datangnya lebih awal.

Tidak seperti  biasanya iya berebutan untuk memasuki pagar bersama beberapa siswa mengingat pagar yang beberapa menit lagi akan ditutup.

"Ternyata datang pagi enak juga ya- ngga petlu berebutan pagar nggak susah lari-larian" gumam Karin dalan hati.

Karin yang melewati lorong kelas ipa 4 tertegun melihat sosok seorang laki-laki yang sedang memainkan gadget dengan tangan sebelahnya di masukan ke kantong celananya.

Ia terus mengamati lelaki itu sambil memperlambat arah langkahya, sedangkan lelaki itu nampak sibuk dengan gadget miliknya, tanpa memperhatikan orang yang lewat yaitu katin yang melihatnya penuh kagum.

"Cool " Ucapnya spontan ketika melihat lelaki dengan tinggi rata-rata, putih, dan ganteng.

Tanpa disadarinnya lelaki itu mendengar ucapannya dan memalingkan wajah dari gadgetnya lalu menaikan sebelah alisnya melihat Karin dengan tangan sebelah yang masih di masukan ke kantong celananya (yaiyalah celananya masa celana bapanya, hehehe).

Karin yang menyadari lelaki itu melihatnya sekarang dengan tatapan tajam dan dingin itu, spontan iya bekata "coolkas (maksudnya kulkas karena saking gugupnya) , tadi gue taro dimana yah ??".

Lelaki yang tadi melihat Karin pun tertawa kecil melihat ke arah karin lalu kembali memfokuskan pandangan ke arah layar handpone-nya.

Sedangkan Karin yang tadi berjalan perlahan kini menghilang mungkin karena saking gugup melihat tatapan dingin lelaki itu dan menahan malu karena perkataannya.

"Woiii bro, tumben pagi-pagi udah ketawa gitu. Tumben pangeran coldnya kita ketawa sendiri aja, biasanya kan lo ketawanya sama kita bertiga doang " ucap Ivan yang baru datang dan melihat Willy tertawa kecil.

Mengingat Willy itu orangnya dingin banget kalo dengan orang lain apalagi perempuan, tapi menjadi gila ketika dengan sahabatnya.

"Nggak tadi ada yang lewat depan, Terus kayak orang gila ngomong ndiri, makanya gue ketawain " ucap Willy.

"Cewek Wil ? "Tanya Ivan penasaran.
" Hm"  dengus Willy masih sibuk dengan handponenya.

"Tumben, biasanya cewek sampe guling-guling depan lo juga lo nggak peduli " ucap Ivan.

"Jangan-jangan lo udah mulai buka hati buat wanita lain lagi " ucap Ivan dengan nada menggoda.

"Bisa jadi sih" ucap Willy datar

"Apa ?? Will lo nggak lagi sakit kan ?? Ini bukan lo   ucap Justin yang dari tadi mendengar pembicaraan keduannya yang sedari tadi tidak mempedulikan keberadaan Aldi .

"Masa Will, gue nggak percaya . Mood lo itu berubah cepat banget tau nggak sih, dulunya cuek , nggak pedulian sama mahluk tang namanya Wanita sekarang lo bilang lo udah bisa buka hati karena seseorang cewek yang nggak tahu asal-usulnya,
Udah gitu ngiming ndiri bikin lo mau buka hati ?? " Tanya Ivan lagi tidak percaya sehingga ia tampaknya seperti seorang yang sedang memberi ceramah.

"Pidatonya udah habis Van ?? Yuk masuk " Tanya Willy datar sambil memasukan handponenya ke kantong celananya dan berjalan menuju ke dalam kelas.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang