[2] : Jadi babu?

7.2K 348 0
                                    

•••

"Karena mencintaimu, adalah ketidaksengajaan yang begitu terasa indah."

•••

"Maaf, Er. Lama ya?" sahut Rizta sambil membawa tiga gelas es jeruk, dan Rahma dengan membawa tiga mangkuk bakso.

"Santai aja kali." tukas Erly.

"Er, lo belum tau banyak 'kan, tentang sekolah ini?" tanya Rahma.

Erly menghentikan aktivitas makannya, lalu beralih menatap Rahma dan Rizta bergantian. "Belum tau, sih. Kalian mau nyeritain?"

"Oke. Dari mana dulu, nih?" tawar Rahma.

"Terserah kalian, deh." jawab Erly.

"Biar gue aja yang jelasin." ucap Rizta. Ia menghela napasnya terlebih dahulu. "Di sini, tingkat senioritasnya tinggi. Dan semua kendali ada sama satu orang." Rizta menggantungkan ucapannya.

"Siapa?" tanya Erly.

"Agam. Agam Putra Puradita. Udah ketebak kan dia siapa?" lanjut Rizta.

"Puradita? Yang punya sekolah? Anaknya yang punya sekolah?" Erly membelalakkan matanya.

Rizta menganggukkan kepalanya. Mengiyakan. "Bukan anaknya. Tapi lebih tepatnya, cucunya yang punya sekolah. Meskipun dia masih kelas sebelas, tapi dia yang paling berkuasa disini." lanjut Rizta, lalu menyeruput es jeruknya.

"Agam itu idola semua kalanhan disini. Tubuhnya yang proporsional, wajahnya yang ganteng, tajir? Jangan tanya lagi. Dan——Emmm——Dia jagonya bikin baper cewek - cewek. Dari semua itu, cukup buat bikin Agam dicap sebagai player." lanjut Rahma.

"Agam playboy maksud lo?" ulang Erly.

Rahma dan Rizta hanya mengangguk. "Banyak banget mantannya. Setiap hari pasti ceweknya beda - beda." tukas Rahma.

"Kok gue ngeri ya? Agam yang mana sih? Ada gak disini?" sahut Erly.

Rahma dan Rizta celingukan menyisir pandangan mereka untuk menemukan Agam. Dan tepat, cowok itu sekarang sedang memandang kearah mereka.

"Itu Er, yang lagi ngeliatin meja kita. Posisi tepat arah jarum jam tiga." bisik Rahma, karena ia tidak mau menambah beban hidupnya dengan berurusan dengan laki - laki itu.

Erly celingukan. Mencoba mencari laki - laki yang sedang mengamatinya. Tepat saat itu, matanya bertubrukan dengan iris mata sehitam jelaga milik seorang laki - laki yang Erly tau siapa dia. Orang yang sama dengan orang yang memaki - makinya tadi pagi. Ia langsung menyadari satu hal.

"Mati gue!" ucapnya sambil membelalakkan matanya.

"Lo kenapa, Er?" tanya Rizta, yang sudah menghabiskan baksonya.

"Gawat. Hidup gue sekarang diujung tanduk." gerutu Erly sambil mengembunyikan wajah dengan kedua tangannya.

"Lo kenapa sih? Sakit?" Rahma menempelkan tangannya ke dahi Erly. mencoba mengecek suhu badan Erly. "Normal kok."

Dilihatnya Agam yang malah menyunggingkan seringainya. Gawat, batin Erly sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang akan ia hadapi karena telah berurusan dengan Agam. Cowok player penguasa yang sialnya super ganteng itu.

•••


Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Rahma dan Rizta telah pulang baru saja, karena mereka sudah dijemput.

Erly tengah berjalan menuju kelas XI IPS 1 yang terdapat di ujung koridor. Ia ke sana bukan tanpa alasan. Tak lain dan tak bukan karena ingin menemui Seseorang.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang