•••
"Kata orang, cinta itu datang karena terbiasa. Namun, tak semua karena terbiasa bisa mendatangkan cinta. Ingatlah, karena cinta datang tak kenal waktu dan tempat."
••Hope••
Semakin hari, Erly semakin gila melihat sikap Agam yang selalu menjauhinya. Rasanya ingin Erly menyapa Agam. Namun, baru bertatap muka saja, Agam langsung pergi menghindari Erly.
Sama seperti tadi pagi, saat Erly baru saja turun dari motornya Azraf. Agam hanya menyapa Azraf, dan tidak menyapanya. Padahal jelas - jelas Erly ada disampingnya. Bagaimana bisa ia tak melihat Erly.
Oke, kalau untuk sapa menyapa, memang begitu. Tapi, Agam seperti tak pernah menganggap Erly ada sekarang.
Apa segitunya Agam menghindari Erly? Segitu berpengaruhnya ungkapan Erly kemaren? Ah, tentu saja berpengaruh. Agam mana punya perasaan yang sama padanya. Hal itu membuat Erly drop seketika.
Erly hanya ingin Agam tau yang sebenarnya ia rasakan. Bukan bermaksud untuk membuat Agam menjauh darinya. Tidak sama sekali. Ia juga tak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini. Erly tak bermaksud, sungguh.
Namun ini yang terjadi. Bahkan sekarang, Agam memang tidak pernah menganggapnya ada. Mungkin, ia sudah benar - benar lupa dengan Erly.
"Gak bisa. Lo punya Azraf. Lupain gue. Karena gue gak pernah sayang sama lo!"
Perkataan Agam saat itu, selalu berputar - putar di kepala Erly. Bagai kaset rusak yang terngiang - ngiang jelas mengganggu kepalanya.
Apa segitu marahnya Agam padanya? Tapi Erly tidak bisa menahan semua ini. Ini terlalu berlebihan.
"Hey!" sentak Rizta.
Erly tergagap. "Hah?"
Rizta dan Rahma menghela napasnya. "Ngalamun lagi?" tanya Rahma.
"Agam lagi?" sahut Rizta.
Erly mengangguk. "Udahlah, Er. Itu tandanya, emang Agam bukan jodoh lo!" kata Rahma.
"Iya. Kalau emang kalian berjodoh, Tuhan bakal satuin kalian, dengan cara yang tak terduga." timpal Rizta.
Erly tersenyum. Kedua sahabatnya itu selalu saja bisa menenangkan hatinya.
"Makasih. Gue beruntung punya kalian." kata Erly, lalu memeluk kedua sahabatnya itu.
"Aaaaaaaaaaa!!! Sayang dehhhh!!!" ucap mereka bersamaan.
•••
"Gam, lo yakin, mau terus - terusan kaya gini?" tanya Revan.
Ya, Revan tau semuanya. Mulai dari perasaan Agam, dan untuk apa Agam menghindari Erly. Sebenarnya ia geram, tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi keputusan Agam yang mutlak tak bisa di bantah.
"Yakin. Ini semua juga buat Azraf." tuturnya antara yakin dan ragu. Ia sebenarnya juga tak ingin seperti ini.
"Jujur, Gam. Gue sebenernya kasihan liat Lyna kaya gitu."
Agam menghela napasnya. "Apalagi gue, Van! Gue jadi ngerasa bersalah banget. Tapi mau bagaimana lagi. Gue gak bisa. Rasa bersalah itu terus - terusan datang." tutur Agam.
"Gue tau, Gam perasaan lo. Asal lo tau, dia tiap hari ngelamun. Dan gue yakin seratus persen, tiap malem dia pasti nangis. Gue bener - bener baru kali ini lihat dia kaya gitu." kata Revan.
Agam sudah menduganya. Itu sudah pasti. Erly pasti menangis karena ini. Sebenarnya Agam tidak ingin seperti ini. Tapi, ia melakukan ini demi Azraf. Demi Azraf dan Erly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...