•••
"Sakit ya, kalau kita tahu, kita bukan lagi yang ada di hatinya. "
••Hope••
Suara derapan langkah kaki menggema di dalam koridor sekolah. Sekarang sudah pukul setengah delapan pagi. Dengan wajah cemas, Erly berjalan tergesa - gesa menyusuri koridor sekolahan. Ia terlambat ke sekolah kalau kalian ingin tahu. Sialnya, ia hari ini tidak berangkat bersama Revan. Kakak tercintanya itu sedang sakit ngomong - ngomong.
"Aduh, mati gue. Mana ini koridor sepi banget lagi. Astagaaa! Kalau tiba - tiba ketahuan guru piket bisa gawat." umpatnya sambil masih berjalan tergesa - gesa menuju kelasnya.
"Hey! Ngapain kamu masih disana!" teriak seseorang yang Erly yakini itu adalah suara guru piket yang sedang berjaga. Baru saja Erly diam. Panjang umur sekali guru itu.
Erly menepuk jidatnya. "Gawat. Gue ketawan!" umpatnya.
Erly memutar tubuhnya. Lalu senyuman kikuk menghiasi wajahnya. "Ehh, Bapak. Maaf ya, Pak. Saya telat. Hehehe. Tadi gak ada yabg ngantar." elak Erly.
"Alasan saja kamu. Saya tak mau tahu. Sekarang, kamu bersihkan toilet belakang gedung! Gak ada ita - itu! Cepet." tegas Pak Wanto, guru piketnya hari ini.
Dengan berat hati, Erly mengangguk pasrah, lalu bergegas menjalankan hukumannya.
"Beneran sial nasib gue hari ini. Udah telat, suruh bersihin toilet. Mana toilet yang di belakang gedung lagi. Kan serem. Disana kan sepi banget. Kalau tiba - tiba gue duculik pocong kan gak lucu." umpat Erly sambil berjalan dengan membawa seperangkat alat bersih - bersih yang ia pinjam dari cleaning service.
Dan tanpa Erly ketahui, ada seseorang yang tersenyum licik melihatnya menuju kamar mandi tersebut. Lalu ide gila pun melintas di pikirannya.
•••
DrrrtttAgam dikagetkan degan getaran di ponselnya. Ia mendecakkan lidahnya. Siapa pula yang mengiriminya pesan. Tidak tahu apa kalau dia sedang fokus - fokusnya memperhatikan penjelasan Bu Kristi. Mungkin yang benar adalah memperhatikan lekuk tubuh Bu Kristi yang aduhai. Biasa guru muda memang lebih menggoda.
"Siapa sih yang ngirim pesan? Gak liat apa kalau gue lagi berusaha insyaf buat dengerin penjelasannya Bu Kristi yang aduhai." umpatnya.
Dilihatnya nama yang tertera di ponselnya. Revan cakapar mengirim pesan.
Agam langsung mengernyitkan dahinya. "Ngapain doi SMS gue? Katanya lagi sakit? Kangen kali sama gue. Gue kan ngangenin." gumamnya.
Revan cakapar : Jagain adek gue. Gue lagi sakit. Gak bisa sekolah. Dia berangkat sendiri tadi.
Me : Okee
Revan cakapar : Awas sampe buat adek gue nangis kekejer lagi. Gua slatak tu pala lo!
Me : Iya cakapar sayang..
Revan cakapar : Cakapar apaan?
Me : Calon kakak ipar 😳
Revan Cakapar : Anjing lo! Geli gue sama emot lo.
Me : Gak boleh gitu sama calon adik ipar! Nanti gue marah!
Revan cakapar : Semerdeka lo aja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...