•••
"Definisi bahagia menurutku, saat aku bisa membuat orang lain bahagia, disitu aku juga akan merasakan bahagia."
••Hope••
"Er!" panggil Azraf. Ia sekarang sedang berada di rumah Erly, untuk menengok tunangannya itu. Mumpung sekarang hari minggu. Hitung - hitung melepas rindu.
"Eh, kenapa, Az?"
"Lo sakit——"
"Iya. Udah deh! Cuma asma juga. Orang - orang pada alay. Gak bikin gue mati juga." tukas Erly santai sambil memakan camilannya.
"Ya, walaupun cuma asma, tapi kalau dibiarin aja nanti makin parah. Gue gak mau ya lo mati muda."
"Ihhh, Azraf, temanku yang paling tampannn. Biasa aja kali. Gue juga sehat - sehat aja, kan? Gak ada yang harus dikhawatirkan." elak Erly.
Deg!
Apa tadi? Erly menyebutnya 'Teman'? Hanya teman? Apa selama ini Erly hanya menganggapnya tak lebih dari teman? Sementara Azraf menginginkan lebih dari itu. Apa, tak bisa sedikit saja Erly melihatnya. Tak bisakah meliriknya sebentar saja.
"Az? Woy!" sentak Erly yang melihat Azraf melamun.
"Eh? Apa?" jawab Azraf gelagapan.
"Ngelamunin apa, sih? Kaya orang tua aja kebanyakan pikiran! Ati - ati kesambet tau rasa lo."
"Er?" panggil Azraf.
"Hmm?"
"Gue mau ngomong serius sama lo." ucap Azraf tegas.
"Apaan? Kucing tetangga lo hamil diluar nikah?" sahut Erly bercanda.
"Bukan!"
"Terus apa? Lo gak pernah serius sih!"
"Er—" keluh Azraf.
Kini air wajah Erly berubah. "Kenapa, Az?" jawabnya.
"Gue mau jujur sama lo. "
"Tentang?"
Azraf menghela napasnya panjang. "Kalau gue— "
"Kalau lo apa?"
Apakah Azraf harus menyatakan semua perasaannya sekarang? Tapi Azraf takut Erly menjauh darinya, saat dia tau perasaannya yang sebenarnya.
Tapi jika Azraf tidak mengatakannya, ia hanya di bayang - bayangi rasa penasaran bagaimana perasaan Erly yang sebenarnya padanya. Juga perasaan cemburu saat Erly bersama Agam.
Azraf muak jika ia hanya selalu dianggap tak lebih dari seorang sahabat, oleh Erly. Padahal, ia menginginkan lebih.
"Gue—"
"Az, cepetan! Jangan bikin gue penasaran."
"Kalau gue bilang gue suk—"
"Na! Kata Bunda, obatnya diminum! Atau Bunda bakal cegurin kamu di bak sampah depan komplek! Bunda gak bercanda katanya!" teriak Revan dari ruang tamu, membuat ucapan Azraf terpotong.
"Iya! Nanti Lyna minum, Bang!" balas Erly. "Jadi, gimana, Az? Lo kenapa? Lo suka apa?" lanjutnya.
"Gue—gue—gue suka sama warna bad cover, lo! Pink - pink imut gitu banyak bunganya." elak Azraf. Ia rasa, sekarang bukan waktu yabg tepat.
"Ihhhhh, rese! Gue kirain apa! Lo, mah! Gue ngambek nih!" gerutu Erly yang sebal karena gurauan receh Azraf, anggapnya.
"Idihh! Ngambek pake bilang - bilang!" katanya sambil menepuk pelan dahi Erly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...