•••
"Cinta itu lucu. Kalau gak bahagia, ya pasti sakit. Boleh gak sih kalau kita berharap selalu bahagia?"
••Hope••"Er, udah dong. Jangan kaya gini. Kita jadi ikut sedih, kan." kata Rahma mencoba menenangkan Erly yang sejak tadi ia kembali dari taman terus - terusan menangis, bahkan sampai sekarang jam pelajaran telah berakhir. Rahma heran, apa air mata Erly itu tak bisa habis? Perasaan dari tadi tak kering - kering air matanya.
"Gue gak salah kan, Ma? Gue juga butuh kepastian. Gue capek digantung terus - terusan sama Agam. Apa dia emang gak suka sama gue?" lirih Erly.
"Iya. Gue paham perasaan lo, Er. Tapi udah, dong. Jangan kaya gini. Kita pulang sekarang, ya. Abang lo pasti udah nunggu lo di parkiran. Pasti dia khawatir kalau lihat lo kaya gini. Jangan nangis, ya." kata Rizta sambil mengelus punggung Erly, mencoba untuk menguatkan sahabatnya itu.
Erly menarik napasnya dalam - dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia tak boleh seperti ini. Ia kuat. "Pulang, yuk! Gue gak nangis lagi, kok." ajaknya dengan senyuman yang dipaksakan. Mencoba tak ingin melihat orang - orang yang menyayanginya menjadi khawatir padanya.
Kedua temannya itu hanya mengangguk, lalu mengikuti Erly yang sudah berjalan terlebih dahulu. Dalam hati mereka berkata, semoga saja sahabatnya itu selalu diberikan kebahagiaan.
•••
"Anak - anak, hari ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Bandung. Kalian harus bersikap baik padanya. Jangan dikucilkan, ya. Dia juga berhak mendapatkan teman di sini. Silahkan masuk, Nak" kata Bu Candra, guru seni budaya.
Muncul lah seorang gadis yang cantik, berkulit putih, tinggi semampai dengan rambut cokelat sebahu dan iris hazel yang sungguh sesuai dengan rambutnya. Ciri khas orang Sunda kalau di lihat - lihat dari penampilannya.
"Silahkan perkenalkan diri kamu dengan teman - teman barumu." kata Bu Candra mempersilakan siswi tersebut.
"Hai, teman - teman. Nama saya Arsya Naura Melia. Kalian bisa panggil saya Arsya. Salam kenal. Semoga kita bisa menjadi teman." kata Arsya memperkenalkan dirinya. Senyum manis tak luput meninggalkan bibirnya yang tipis.
"Hai, Arsya!" sapa semua murid. Arsya membalasnya dengan senyuman manis di bibirnya.
"Oke, Arsya. Kamu bisa duduk di—Loh, Rahma kemana, Erly? Kenapa kamu duduk sendirian?" tanya Bu Candra.
"Sakit bu." jawab Erly singkat.
"Ahh, biar Rahma besok duduk dengan Rizta saja. Jadi, Arsya, kamu bisa duduk di samping Erly." perintah Bu Candra.
Arsya mengangguk. "Baik, Bu. Terimakasih." ucapnya, lalu berjalan menuju meja Erly yang saat ini juga akan menjadi mejanya.
"Hai. Gue Erly. Salam kenal." sapa Erly, lalu memperkenalkan dirinya pada Arsya yang sudah duduk manis di sampingnya.
"Gue Arsya. Salam kenal juga, Er. Semoga kita bisa jadi teman." balas Arsya sambil tersenyum manis dan dibalas anggukan antusias oleh Erly.
"Hai! Gue Rizta." sahut Rizta dari belakang.
"Arsya." balasnya.
"Oh, iya. Kita punya satu temen lagi. Namanya Rahma. Tapi dia lagi sakit. Besok kita kenalin, deh." kata Erly.
Arsya mengangguk. "Oke. Pasti orangnga asyik kaya kalian. Gue boleh, kan gabung sama kalian?" tanya Arsya.
"Bolehlah! Mulai saat ini, kita teman, ya." ucap Erly dan Rizta bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...