[12] : Makasih, Pa

4.7K 267 0
                                    

•••

"Aku hanya minta satu pada Tuhan ; berikan kebahagiaan pada semua orang yang aku sayangi, meskipun kebahagiaan mereka harus merelakan kebahagiaanku."

••Hope••

Revan berlari ke UKS, dengan Tio dan Restu yang mengikutinya di belakang. Rasa capek ia hiraukan, karena perasaan khawatir pada adiknya lebih besar. Sungguh, ia khawatir pada Erly.

Sesampainya mereka di UKS, mereka langsung memasuki UKS. Revan langsung menghampiri adiknya yang sedang terbaring di salah satu ranjang UKS.

"Gue, beneran gak tau, Van. Tau - tau, adek lo pingsan. Gue juga panik tadi. Maaf, Van." jelas Agam.

"Udah berapa lama?" tanya Revan sambil mengusap kepala adiknya dengan sayang.

"Hampir duapuluh menit-an. Gue juga gak tau kenapa dia gak bangun - bangun."

Revan mengangkat tubuh Erly. "Yo, lo bawa mobil?" tanya Revan pada Tio.

"Iya." jawab Tio sambil menganggukkan tangannya.

"Kasih kunci mobil lo ke Agam. Lo sama Restu pulang pake motor gue sama Agam. Kunci ada di tas. Gam, lo anterin gue ke rumah sakit!" perintah Revan.

Mereka semua mengangguk setuju. Revan lalu membawa Erly ke mobil Tio. Agam berjalan terlebih dahulu, untuk membukakan pintu mobil Tio untuk Revan dan Erly, dan Agam yang menyetir untuk mengantarkan Erly ke rumah sakit.

Sedangkan Tio dan Restu menyusul Mobil Agam dan Revan menggunakan motor.

Agam fokus menyetir, dengan kecepatan sedikit diatas rata - rata. Sedangkan Revan, duduk di kursi penumpang untuk menjaga adiknya yang tak sadarkan diri tersebut. Mereka benar - benar khawatir pada Erly. Agam sendiri tak tau kenapa ia jadi seperti ini.

"Halo, Yah!" Revan menelepon ayahnya.

"Kenapa, Van?"

"Erly pingsan. Kayanya kambuh. Ini Revan sama Agam lagi bawa Erly ke rumah sakit. Ayah sama Bunda nyusul, ya!"

"Kok bisa kambuh? Astaga! Oke, Ayah sama bunda nyusul! Jagain adik kamu, ya!"

"Iya, Yah." Revan langsung mematikan ponselnya, saat mobil yang mereka tumpangi sudah mulai memasuki area rumah sakit.

•••

Rio dan Rika berjalan tergopoh - gopoh saat melihat Revan, dan ketiga temannya yang sedang duduk dengan wajah cemas di depan pintu ruang UGD.

"Erly kenapa, Van?" tanya Rika cemas. Ia tak menyangka anak gadisnya seperti itu. Erly jarang sekali sakit.

Revan menggelengkan kepalanya. "Gak tau, Bun. Kayanya kambuh. Revan khawatir."

"Kok bisa kambuh? Astagfirullah, itu anak bener - bener gak bisa jaga pikiran banget." gerutu Rika dengan cemas.

Tak berapa lama setelah itu, pintu UGD terbuka, dan memperlihatkan seorang dokter laki - laki, dan dua orang perawat berjalan keluar.

"Rik, Yo?" panggil dokter berjas putih tersebut, yang ternyata adalah rekan Rio dan Rika.

"Gimana anak gue, Han?" tanya Rio khawatir.

"Asmanya kambuh. Mungkin dia banyak pikiran dan terlalu tertekan, sehingga berpengaruh dengan keadaan fisiknya. Tapi jangan khawatir, Erly sudah gak apa - apa. Hanya butuh pengasapan aja tadi terus bentar lagi juga bangun." jawab dokter tersebut. Dokter Farhan, namanya.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang