[30] : We Still Be Friend's?

4.1K 214 1
                                    

•••

"Ayo kita balik lagi ke masa waktu kita masih bareng - bareng. Sahabatan. Dan gak ada yang bisa misahin kita."

••Hope••

"Anjir! Muka lo udah kaya minta dicipok, Tu! Mendukung banget, anjir!" ejek Tio dengan tak hentinya tertawa, menertawakan Restu yang bermuka masam.

Restu memanyunkan bibirnya. Bisa - bisanya teman - temannya itu menghukumnya untuk mencium Tody—siswa culun sekelasnya yang berkacamata sangat tebal itu. Ya jelas Restu tidak mau lah. Mau ditaruh di mana wajah tampannya kalau dia mencium Tody. Bisa runtuh reputasinya.

"Salah siapa kemarin lo kalah main PS! Jadi kaya gini kan! Hahahahhaah! Azraf lo tantangin main PS. Kalah lah lo. Gak tau aja Azraf kalau udah main PS kaya juara olimpiade internasional." lanjut Revan.

"Bisa diganti gak sih hukumannya? Masa iya gue nyium Tody? Gak ada yang lain? Nyium Arsya aja giamana?" elak Restu.

"Enak aja, lo main ganti - ganti hukuman. Gak, gak ada ganti - gantian! Hukuman tetep hukuman!" balas Agam.

"Aghhh, lo semua mah gitu! Gak prend! Jahat banget anjir sama gue. Gak berperi kecoganan kalian. Mau ditaruh mana muka tampan gue kalau samlai gue nyium Tody? Dikita jeruk makan jeruk gue entar." ucap Restu dengan nada sok marah.

"Anjirr! Jangan kebanyakan bacot! Apa mau gue tambah hukumannya? Tinggal cium aja beres. Makanya kalau gak mau dihukum, gak usah ikut taruhan kemaren. Lo belaga jago tapi kalah nomer satu, lo." ujar Revan.

"Az, bantuin gue napa? Gara - gara lo ini pake jago main PS segala. Gue kan jadi kalah. Lo kan biasanya suka bantuin orang. Sebagai ketos yang ba—"

"Udah jalanin aja! Tinggal cium, selesai. Gak susah, kok. Siapa suruh ngelawan gue." sela Azraf dengan muka yang menahan tawanya. Antara kasihan dan tak tega sebenarnya Azraf itu. Tapi melihat ekspresi Restu yang mendukung untuk dibully, jadi Azraf tega - tega saja.

"Hahahahah! Kapok lo! Azraf gak mau belain lo! Mau minta tolong siapa, lo?" Tio masih saja tertawa dengan ekspresi Restu.

"Bebeb Agam~lo beneran gak mau bantuin gue? Gak kasihan sama aku?" Restu menggelayut manja di lengan kanan Agam. Sedangkan Agam bergidik ngeri dengan kelakuan Restu.

"Jijik gue sama lo! Husshh husshh! Jauh - jauh dari gue, sana!" Agam melepaskan tangan Restu dengan paksa. Geli juga Agam lama - lama.

"Lo semua jahat banget sama dedek Restu!" Kata Restu dengan muka yang dibuat - buat sememelas mungkin. Niatnya sih biar imut, dan membuat teman - temannya luluh. Namun, semuanya malah merasa jijik dengan ekspresi Restu.

"Jangan kebanyakan bacot, deh, Tu! Buruan! Bu Dian keburu datang." Revan mendorong bahu Restu dari belakang, untuk mendekat dengan Tody yang sedang asik membaca buku tebal miliknya.

"Iya bawel banget kalian!"

Dengan perasaan yang campur aduk, Restu mendekati Tody, dan duduk disampingnya.

"Hai, Tody!" sapa Restu ramah. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri karena telah bersikap sekonyol ini.

Salahkan Agam yang selalu menang jika bermain PS, dan juga salahkan Revan yang bertaruh jika kalah, mereka harus mencium Tody.

Tody hanya menampilkan wajah tak tahu apa - apanya itu. Polos sekali. Pikir semua teman - teman Restu.

"Gue boleh minta sesuatu, gak?" tanya Restu hati - hati.

"Apa?" balas Tody dengan bingung. Sebenarnya ia tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Restu dan kawan - kawannya. Tak biasanya mereka mendekati Tidy kalau bukan karena ada tugas untuk mereka contek. Tapi setelah ia pikir - pikir, tak ada tuhas apapun. Kenapa mereka mendekatinya.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang