•••
"Kenangan itu ada, buat di inget. Bukan dilupain. Kalau emang nyakitin, seenggaknya, jadikan kenangan itu sebagai pelajaran. "
••Hope••
Flashback
Hari itu, hari ulang tahun sekolah. Tepat satu bulan yang lalu. Dimana Agam dan Erly baru saja berbaikan. Masa - masanya masih sangat akrab.
Waktu itu, Puradita mengadakan pentas seni yang sangat mewah. Banyak band yang diundang. Dari siswa Puradita sendiri, para alumni, tamu undangan, bahkan banyak dari sekolah lain yang juga datang untuk memeriahkan acara tersebut. Tak sia - sia usaha para anggota osis merancang semuanya.
Acara sudah berlangsung sejak tiga jam yang lalu sebenarnya. Sudah banyak siswa maupun bintang tamu yang tampil. Para siswa yang berjaga stan juga sudah kelelahan karena saking banyaknya yang berkunjung. Sampai sekarang-pun masih ramai.
Erly menonton pentas tersebut bersama para murid lainnya di bawah panggung. Banyak yang bersorak menyorakkan nama idola mereka. Biasa lah, gejolak masa remaja.
Tiba - tiba Rahma menyenggol lengan Erly. Hal itu membuat Erly mengalihkan pandangannya pada Rahma.
"Kenapa?" tanyanya agak berteriak karena pasti suaranya akan kalah dengan suara sound yang sangat keras.
Rahma menunjukkan sesuatu di atas panggung dengan dagunya. Erly mengikuti arah pandangan Rahma.
"Itu Agam cs mau tampil. Semangatin dong." tutur Rahma sambil mencolek dagu Erly.
Benar saja yang dikatakan Rahma. Agam, Revan, Tio, dan Restu mulai menaiki panggung dengan wajah yang dipenuhi dengan senyum. Tampak keren dengan setelan kemeja flanel yang tak dikancing, lalu di dalamnya memakai kaos. Jujur menurut Erly, Agam lebih tampan jika seperti itu.
Murid - murid Puradita mulai menyoraki dengan gembira mereka. Para most wanted Puradita yang akan membawakan lagu. Siapa yang tak suka dengan mereka? Suara? Jangan diragukan lagi. Agam itujago menyanyi dan bermain gitar.
Agam dan Revan dengan gitarnya, Tio dengan drum, dan Restu dengan keyboard. Sungguh, nikmat mana yang kau dustakan.
Sorak meriah para murid Puradita semakin menggelegar ketika Agam, sebagai vokalis mulai berbicara.
"Cek. Hai semua, apa kabar?!" sapanya sambil berteriak yang membuat suasana menjadi lebih ramai dan penuh sorak.
"Hai Agam!" sahut semua siswa dengan histeris. Oke, siapa yang tak histeris jika siswa seperti Agam sebentar lagi akan menyanyikan lagu. Semua perempuan di sana pasti akan meleleh.
"Kami disini akan menyanyikan sebuah lagu dari-Emmmm-Grup vokal kesayangan seseorang yang spesial untuk saya." kata Agam kemudian diam - diam melirik Erly yang juga tengah melihatnya.
"Cieeeeeeeee!" sahut para murid.
"Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang sangat berarti di hati saya. Seseorang yang saya sakiti berkali - kali, tetapi dia tetap berada di sisi saya."
Blush.
Wajah Erly merona. Ia sangat tahu siapa yang dimaksud Agam. Yaitu dirinya. Ah, bolehkan Erly percaya diri kali ini saja? Ia sangat bahagia ngomong - ngomong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...