[11] : Revan vs Geo

4.8K 260 0
                                    

•••

"Semua yang ada, gak selamamya nyata. "


••Hope••


Erly baru saja keluar kelas, namun tiba - tiba ia dikagetkan dengan kedatangan Azraf.

"Er!"

"Apa?"

"Nanti pulang bareng gue, ya." ajaknya.

"Iya. Lagian, Revan juga lagi basket."

"Tapi pulangnya bentaran, ya!"

Erly menyerngitkan dahinya. "Kenapa?"

"Gue ada rapat osis dulu bentar. Gak lama kok. Lo tungguin gue ya."

"Yaudah, deh. Nanti gue tunggu di deket lapangan basket. Gue mau liat Revan aja."

"Oke. Gue ke ruang osis dulu, ya. Lo jangan kemana - mana. Ingat, tunggu gue. Nanti kalau gue udah selesai, gue langsung ke sana."

Erly hanya mengangguk mengiyakan ucapan Azraf. Tanpa basa - basi, ia langsung pergi menuju lapangan basket untuk menonton kakaknya bermain basket. Hitung - hitung menyemangati kakaknya. Jarang - jarang ia perhatian pada Revan.

Dan, yang seperti Erly bayangkan. Disana ada Revan, serta kawan - kawannya sedang tanding basket dengan anak kelas duabelas.

Erly tersenyum samar. Melihat seorang lelaki, yang kini sedang mencoba memasukkan bola ke dalam ring. Gerakannya lincah dan luwes. Cukup memesona di mata Erly.

Lelaki yang saat ini telah memporak - porandakan hatinya tanpa Erly sadari. Yang dulu sangat ia benci, dan sekarang malah menjadi orang yang paling ia cintai. Sekejam itu, bukan?

Gotcha!!

Bola tersebut masuk dengan sempurna. Membuat Agam dikerubungi teman - temannya karena telah mencetak skor.

"Gue udah tebak, kalo lo, pasti bisa." gumam Erly sambil tersenyum melihat Agam. Yang ber-high five dengan teman setimnya

Erly tidak tahu bahwa Agam menyadari keberadaannya sejak pertama kali Erly datang ke lapangan. Erly cukup seperti ini. Melihat Agam dari jauh saja rasanya sudah cukup, meski keinginan untuk dekat seperti dulu sangat besar.

Saat Agam menengok kearah Erly, Erly tersenyum manis pada Agam. Namun, entah kenapa, Agam malah memalingkan wajahnya. Itu membuat dada Erly serasa terhimpit batu besar. Sesak sekali.

Tingkah Agam akhir - akhir ini, sejak kejadian malam itu, sangat berbeda. Agam menjadi lebih dingin. Erly pikir, ia membuat Agam kesal, dan mengakibatkan Agam enggan berbicara dengannya. Namun, kesalahan apa yang Erly lakukan? Erly bahkan sudah mencuba berkali - kali bicara pada Agam, tapi lelaki itu malah menghindarinya.

Erly masih bergelut dengan pikirannya sendiri tentang Agam, dan segala sikap anehnya. Hingga ia tak menyadari, bahwa sebuah bola berwarna orange itu sedang mengarah kearahnya.

Duk!

"Aduh!" pekiknya, sambil memegangi dahinya yang terkena lemparan bola basket.

Erly celingukan, mencari siapa dalang yang membuat dahinya itu terkena lemparan bola yang tak main sakitnya. Dahinya sakit ngomong - ngomong.

"Siapa yang lempar?!" teriak Erly.

Tak ada orang yang menyahut. Semua orang hanya memandangi Erly dengan tatapan yang mengisyaratkan 'Gue gak tau'.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang