"Lo jahat, Gam sama gue." kata Erly dengan suara bergetar karena tangisannya yang tak kunjung berhenti.
"Lo jahat! Setelah lo gak pernah kasih kejelasan antara hubungan kita, dan sekarang lo malah mau pergi ninggalin gue? Lo jahat banget—" sambungnya lirih.
Erly mengambil napasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Lo gak kasihan sama gue?" lanjutnya.
Ia menarik napasnya dalam - dalam. "Gue sayang sama lo, kenapa lo ninggalin gue kaya gini, Gam." ungkapnya.
"Gue juga sayang sama lo." ada seseorang yang menyahut perkataan Erly.
"Az, gue lagi gak mau bercanda." kata Erly, yang menurutnya itu adalah Azraf yang sedang iseng.
"Gue juga gak mau bercanda." balas orang itu.
"Gue ser—"
"—i—us."
Tunggu. Bukannya Erly tadi masuk sendirian. Kenapa Azraf bisa di sini? Dan, bahkan Erly masih diambang pintu. Kenapa seperti itu?
Lalu, jika itu Azraf, ia masuk lewat mana? Kenapa Erly tidak tahu. Tapi, kalau itu bukan Azraf lalu siapa?
"Kok horor sih? Gam. Lo kan lagi kritis, bukan mati? Kenapa arwah lo udah keliaran sih?" gumam Erly yang tiba - tiba merasakan hawa yang berbeda.
Ia memberanikan diri berbalik badan. Tapi dengan posisi mata terpejam. Jujur, hari ini benar - benar aneh menurutnya.
"Hantunya Agam. Maaf. Gue gak bermaksud ganggu lo. Tapi kan gue khawatir sama raga lo. Kurang kerjaan banget pake acara balapan. Sekarang sekarat kan tuh orang." gumam Erly yang sudah berbalik badan, namun masih memejamkan matanya.
"Hahahahhaha!"
Tunggu. Kenapa ia malah ketawa? Dan, hei? Itu bukan suara hantu. Itu seperti—nyata suara Agam.
Erly membuka matanya perlahan. Seketika matanya membulat, melihat seseorang yang dari tadi berbicara.
"Agammm!!!" pekiknya kaget.
Tanpa pikir panjang, ia langsung menghambur dalam pelukan Agam.
"Lo kok masih sehat - sehat aja? Bukannya lo lagi sakaratul maut?" tanya Erly yang masih tak percaya bahwa ternyata Agam sehat, dan tidak ada lecet satu senti pun.
"Rese lo! Gue sehat gini bukannya bersyukur, malah ngatain gue sakaratul maut lagi! Gue beneran sakaratul maut lo paling juga bakal nangus kekejer kaya tadi." kata Agam tanpa melepaskan pelukannya.
"Habis lo—" Erly menjeda ucapannya.
"—Tunggu. Kalau lo baik - baik aja, berarti lo bohongin gue dong?" kata Erly."Hahahah. Emang. Baru nyadar, ya?" balas Agam.
"Agam! Lo rese banget, sih!" Erly berusaha melepaskan pelukannya, namun Agam malah mempererat pelukannya.
"Rese lo! Motivasi lo apaan ngibulin gue kaya gini? Pake acara lo sakaratul maut! Gue panik tau! Kalau lo beneran mati gimana?" gerutu Erly yang masih berusaha melepaskan pelukannya.
"Er! Diem! Biarin gue meluk lo. Udah lama gue gak meluk lo kaya gini!" kata Agam. Setelah itu, Erly tak berontak lagi.
"Lo gak mikir Gam? Pake acara kaya gini buat apa coba? Buang - buang air mata gue aja! Daripada buat nangisin lo, mending buat nangisin drakor sad ending kalau tau lo bohongin gue." kata Erly lagi.
"Gue mau jelasin. Dengerin baik - baik. Gue gak mau ulangin lagi." ingat Agam. Erly pun mengangguk setuju.
"Jadi, sebenernya tiga hari kemarin gue stres mikirin gimana caranya gue minta maaf sama lo. Dan, gue dibantu Revan buat kaya ginian. Gue pura - pura sakaratul maut, biar lo luluh. Dan, nyatanya, lo dateng kan? Emang beneran tokcer sih, ide abang lo." terang Agam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...