•••
"Pilih dia yang memperjuangkanmu dengan sangat. Karena dengan begitu, sudah menunjukkan, bahwa dia benar - benar mencintaimu."
••Hope••
Agam masih saja memikirkan kejadian tadi sore, saat ia dan Erly bersepeda.
Apalagi, saat dirinya terjatuh dengan posisi Erly ada di atasnya. Untung saja tadi ia dengan cepat menarik tubuh Erly. Kalau tidak, mungkin Erly sudah terluka.
Senyumnya tiba - tiba mengembang saat kejadian ia mengatakan bahwa ia menyayangi Erly melintas. Kalau boleh jujur, Agam mengatakannya tulus dalam hati. Kata itu meluncur saja tanpa bisa Agam cegah.
Ia tak bisa menahan rasa bahagia dalam dirinya saat ini. Padahal, kemarin ia bertekad untuk menjauhi Erly demi Arsya. Tapi entah kenapa, Agam tak bisa begitu saja menjauhi Erly. Rasanya susah. Ia memang masih menyimpan rasa pada Arsya. Tapi jika Agam bersama Erly, bayangan Arsya seperti tak ada. Agam selalu lupa pada Arsya jika sudah bersama Erly.
Tapi sekarang Agam tahu apa yang akan ia lakukan. Ia akan memilih diantara Erly dan Arsya. Karena ia tidak seharusnya menggantungkan perasaan kedua orang yang sangat disayanginya. Dua harus bisa memilih.
Flashback on.
"Gue sayang sama lo, Er."
Agam dengan gamblangnya menyatakan perasaannya pada Erly. Erly sendiri kaget dengan apa yang keluar dari belah bibir Agam.
Tanpa Agam tahu apa yang Erly rasakan saat kalimat yang baru saja Agam katakan itu akan berdampak buruk pada jantungnya. Matanya mengerjap kaget.
Tidak. Tidak. Erly bukan jantungan. Bukan. Tapi rasa bergemuruh itu. Dalam dadanya yang ia sendiri tak tahu bagaimana menghentikannya. Dan hanya dengan Agam Erly merasakan hal itu. Iya. Hanya dengan Agam.
"Ma-maksud lo a-apa? Gu-gue gak ngerti." tanya Erly setelah mendapatkan dirinya kembali setelah jauh terbang keawang - awang karena ulah Agam.
"Kan gue baru aja bilang. Lo pasti denger lah. Apa perlu gue ulangi lagi?" sahut Agam dengan seringainya.
"I-iya. Ta-pi—"
Belum sempat Erly melanjutkan ucapannya, geraman Agam terdengar berat. "Er, berat. Lo makan apa sih? Berat banget." keluh Agam.
Erly lalu langsung berdiri dari posisinya yang akward dengan Agam.
"Bantuin." pinta Agam.
Erly memutar bola matanya malas. "Iya." ia langsung membantu Agam berdiri.
"Yah, kayanya sepedanya rusak deh, Er. Ban-nya bengkong." ungkap Agam sambil memegang ban depannya yang sedikit peyok.
"Yah, gimana dong? Maaf ya, Gam. Gara - gara gue sepeda lo jadi rusak." balas Erly tak enak hati karena telah secara tak langsung ia juga yang merusak sepeda milik Agam.
"Gakpapa. Lagian juga bukan salah lo, kok. Malah gue yang harus minta maaf karena udah bikin lo jatuh. Lo gak ada yang luka, kan?" kata Agam.
"Gakpapa. Gak ada yang luka. Cuma lecet dikit aja tangan gue. Tapi gak sakit, kok." jawab Erly.
"Kita jalan aja, ya? Gue anterin sampai supermarket, terus ke rumah lo. Sekalian gue mau pinjam motor Revan buat gue pulang." tawar Agam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...