•••"Ajari aku bahagia, sampai aku lupa apa itu luka."
•••
Erly, Revan, Rio, dan Rika sedang berada di ruang makan untuk makan malam hari ini. Seperti biasa, selalu saja ada keributan antara Erly dan Revan. Bahkan hal sekecil apapun bisa diributkan oleh kedua kakak adik itu.
"Abang, ayamnya jangan diabisin. Lyna belum makan yang itu." rengek Erly sambil berusaha mengambil ayam goreng yang berada di piring Revan dengan nyamannya.
"Eitsss. Enggak bisa. Lo gak boleh kebanyakan makan ayam. Nanti jadi ayam mau?" Revan mencoba menghalang - halangi Erly untuk mengambil ayam yang ada di piringnya. Heol, Revan itu menggilai ayam-yang sudah digoreng pasti. Kalau yang masih hidup, maaf, Revan anti sekali-yang sangat menggoda perutnya itu.
"Ayah! Abang nyebelin~! Masa ayamnya mau dimakan sendirian. Tadi juga ngatain Erly kaya ayam. Kan Erly kaya bidadari." gerutu Erly, lalu dengan sekali gerakan ia mencubit perut Revan yang tengah duduk di sampingnya itu.
"Akhh! Sakit, Na." ringisnya sambil mengusap - usap perutnya yang mendapat cubitan maut dari adiknya itu.
"Rasain. Makanya jangan rese! Balikin ayam gue!" Erly langsung memanyunkan bibirnya, bertanda sedang marah.
Sedangkan Ayah dan Bundanya hanya menggelengkan kepala menghadapi tingkah kakak beradik yang sedang bertengkar itu. Sehari saja tanpa keributan mereka, dijamin rumah pasti sangat sepi.
"Lucu ya, Bun kayanya kalau nambah satu lagi. Nanti pasti ada yang nangis. Hahaha!" sahut Rio sambil mengusap - usap perut buncit milik Rika. Rika sendiri hanya mendengus menanggapi ucapan Rio.
"Bukannya lucu. Malah tambah pusing kepalaku, Mas. Dua anak aja bikin kuping panas. Apalagi ditambah satu lagi. Udah keburu ke THT setiap hari istrimu yang cantik ini." balas Rika-sedikit berlebihan mungkin-sambil menepuk pelan bahu Rio.
Revan yang melihat adik tersayangnya itu sedang ngambek, langsung memberikan ayamnya. Karena ia mengambil dua ayam yang seharusnya satunya itu untuk Erly. Sebenarnya dengan berat hati karena harus memberikan itu. Tapi, Revan kan kakak yang baik dan budiman. Jadi dia harus mengalah. Oke ralat, Revan hanya tak mau didiami adik manisnya itu. Juga ia tak mau kalau sampai - sampai Erly mengambek dan uang jajannya akan mengalami perpotongan duapuluh persen. Revan sungguh tak menginginkannya.
"Itu, gue balikin. Jangan ngambek lagi princess!" ucapnya lalu mengecup pipi kiri Erly. Membuat sang empunya pipi tersenyum lebar. Kemudian dengan riang menyantap ayamnya yang telah kembali lagi.
"Abang yang baik, deh! Jadi sayang sama Abang." balas Erly mengecup pipi kanan Revan. Revan membalas mengacak - acak pelan puncak kepala Erly. Baru juga beberapa detik yang lalu mereka bertengkar, tapi sekarang sudah berbaikan dan manja - manjaan begitu. Betapa manisnya mereka berdua.
"Er, Van! Ayah mau ngomong sesuatu sama kalian." panggil Rio, membuat kedua orang yang dipanggil itu menengok kearah ayahnya.
"Kenapa, Yah?" tanya Revan. Jarang - jarang ayahnya berbicara seserius ini. Pasti akan ada apa - apa. Ya, Revan hanya menebaknya saja. Siapa tau hanya perasaannya saja.
Jangan remehkan firasat dan perasaan Revan. Ia memiliki firasat yang kuat. Contohnya saja kemarin ia memimpikan kucing tetangganya itu beranak. Dan paginya, ia benar - benar mendapati kucing milik tetangganya melahirkan. Tapi sialnya, bagaimana bisa kucing milik tetangganya itu melahirkan diatas jok motornya? Itu membuat Revan uring - uringan sendiri jika mengingat kejadian tersebut. Montornya terpaksa ia inapkan di bengkel dan pencucian motor karena untuk mengganti jok motornya dengan yang baru. Berlebihan mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...