[10] : Apa Ini?

5.3K 252 3
                                    

•••

"Karena semua yang berawal dari paksaan, hasilnya tak akan memuaskan."

••Hope••

Seminggu telah berlalu semenjak diajaknya Erly ke rumah Anton Puradita——kakeknya Agam. Semenjak seminggu belakangan ini pula, Erly memikirkan perkataan Mbak Jum tentang perempuan pertama yang Agam bawa ke rumah kakeknya itu.

Sebenarnya Erly ingin sekali bertanya pada Agam, tapi entahlah. Erly ragu untuk bertanya. Lebih tepatnya takut jika ternyata memang ia adalah cinta pertama Agam. Takut nanti malah ia yang sakit hati. Siapa Erly bertanya seperti itu. Ia sadar diri kok, kawan - kawan.

Oiya, jangan lupa. Hari ini hari minggu, dan hari ini adalah hari dilaksanakannya makan malam bersama keluarganya Agam tersebut. Erly hampir saja lupa kalau Bundanya tidak datang dan memberinya baju untuk nanti malam.

Erly sedang mempersiapkan dirinya. Erly termasuk orang yang simple dalam segala hal. Termasuk berdandan. Ia tak ingin terlihat ribet, dan terkesan seperti ibu - ibu. Tolong siapapun, ingatkan pada siapapun kalau Erly tak suka yang berlebihan.

Kali ini, Erly memilih menggunakan sweater berwarna hitam, dengan tambahan rok rample sedikit diatas lutut berwarna abu - abu. Pilihan bundanya memang sesuai dengab Erly. Rambut hitam sebahunya itu dibiarkan tergerai. Satu lagi, dengan sling bag warna cokelat kayu yang tersampir indah di bahu kanannya menambah kesan manis padanya malam ini.

Erly adalah tipikal orang yang tidak bisa dandan atau memakai make up. Maka dari itu, ia hanya memakai pelembab, dan lip blam. Ya, tanpa ada sentuhan make up lainnya. Tanpa itupun, Erly masih terlihat cantik. Hei, tolong ingatkan Erly untuk belajar merias diri kapan - kapan.

"Na! Udah belum? Lo lama, ahh. Ngapain aja? Luluran dulu lo?" terdengar suara Revan dari luar kamarnya.

Erly langsung keluar dari kamarnya, dan mendapati Revan dengan setelan kemeja flanel abu - abu dan celana jeans. Ya, tak dapat Erly pungkiri bahwa abangnya itu, tampan. Sangat tampan mungkin. Kalau saja Revan bukan kakaknya, mungkin sudah Erly jadikan pacar.

"Udah, Abang." sahut Erly sambil menunjukkan senyum manisnya.

Revan menatap sebentar adiknya itu. Diputarnya tubuh Erly. "Lu bisa cantik ternyata."

Erly mendengus. "Ihhh, lagi nyadar, lo? Gue mah dari sononya emang udah cantik kali."

"Iya deh iya. Turun yuk! Ayah sama bunda udah nungguin di mobil. Lo sih lama banget." ajak Revan. Erly mengangguk mengiyakan, lalu mengikuti Revan yang berjalan terlebih dahulu.

•••

Sesampainya Erly dan keluarganya di rumah keluarga Agam, mereka langsung disambut oleh Indah, mamanya Agam di depan pintu besar rumah mereka.

Jujur, Erly sempat takjub dengan rumah orang tuanya Agam ini. Walaupun tak sebesar rumah kakeknya Agam, tapi arsitekturnya sangat, yah. Menarik. Indah. Dan terkesan simple. Mrwah tapi sederhana.

"Ehhh, ayo masuk!" Indah mempersilakan Rio dan keluarganya untuk memasuki rumah mereka.

"Mario mana, Ndah?" tanya Rika setelah bercipika - cipiki dengan Indah.

"Udah nunggu di ruang makan. Ada Azraf sama Agam juga di dalem."

Benar ternyata. Diruang makan, sudah ada Mario, Azraf dan Agam yang sudah duduk manis di kursi mereka masing masing.

Setelah mereka saling sapa dan duduk ditempat masing - masing, mereka langsung menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh Indah.

Erly yang langsung berbicara dan bergurau dengan Azraf, yang duduk di seberangnya. Sedangkan Revan dan Agam larut dalam candaan mereka yang selalu saja membuat keduanya tertawa.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang