🎵Issues – Julia Michaels🎵
•••
"Kalau gue cemburu liat lo sama dia, apa itu artinya gue suka sama lo?"
•••
Erly kembali mengekori Agam, dengan tumpukan buku - buku tebal yang diyakininya bahwa itu adalah buku - buku tentang sejarah.
Ahh, betapa bencinya Erly dengan sejarah. Selain materinya yang begitu banyak, ia juga tidak bisa menghapal. Makanya ia tidak masuk IPS. Karena ia lebih suka menghitung.
"Gam, berat banget, sumpah. Ini kita mau kemana, sih?" Erly menggerutu sambil membenar - benarkan buku - buku tersebut agar tidak terjatuh.
Erly mendongak melihat keadaan Agam. Tak seperti biasanya ia diam saja saat Erly sedang cerewet.
Erly yang menyadarinya pun bingung. Apa Agam sedang sakit? Atau tiba - tiba kerasukan? Kemudian Erly bertanya pada Agam, "Lo sehat 'kan, Gam?" tanyanya.
Agam hanya melirik Erly sekilas. Lalu pandangannya kembali kedepan. Ia sempat bergumam sesuatu, namun tidak dapat Erly dengar.
'Ini cowok ya, sumpah aneh banget. Kadang galak, kadang dingin, kadang ngeselin, kadang——bikin baper. Ehh, gue malah mikirin apa sih?' Erly menggeleng - gelengkan kepalanya menepis pikiran aneh yabg sungguh tak masuk akal itu.
"Tengeng tu pala lo?" sahut Agam tiba - tiba dengan ekpresi—datar luar biasa seperti dada—Sebentar, lupakan saja—khas seorang Agam.
Erly mendongak melihat Agam, akhirnya cowok itu bicara juga. Meskipun ucapannya menyakitkan—oke, ini terlalu berlebihan—tapi Erly tak mengerti kenapa dia senang saat Agam bicara.
"Diem aja? Gue diem dicerewetin. Gue cerewet didiemin. Mau lo apa sih?" gerutu Agam.
"Mau gue?" Erly menaikkan sebelah alisnya. Lalu kedua tangannya yang ia gunakan untuk membawa buku - buku tebal itu menjulur di depan Agam. Membuat Agam mengerutkan dahinya.
"Apaan nih?" sambung Agam bingung.
"Mau gue, lo gantian yang bawa. Masa lo tega biarin cewek cantik kaya gue gini bawa buku seabreg kaya ginu? Gak punya hati ya, lo?" sambung Erly.
Agam berkacak pinggang, lalu tersenyum miring. "Lo lupa? Kalo lo itu babu gue. Dan lo——harus turutin semua perintah gue. Gue gak nerima penolakan." ucap Agam tegas, lalu beranjak meneruskan langkahnya menyusuri koridor.
Erly mendengus sebal. "Sabar. Ini cobaan." gumamnya, lalu berjalan mengekori Agam.
Akhirnya, Agam dan Erly pun sampai di laboratorium sejarah. Erly mengerutkan dahinya, bingung. Kenapa Agam membawanya ke laboratorium sejarah?
"Ck. Masih disitu aja. Katanya berat? Buruan masuk elah!" sentak Agam, membuat Erly tersentak. Lalu Erly pun memasuki Laboratorium Sejarah tersebut.
"Ngapain kesini, Gam? Lo gak ada pelajaran gitu? Sok selo banget sih?" Erly menaruh buku - buku tebal itu di salah satu meja yang ada di dalam lab.
"Gue dihukum gak boleh masuk kelas, sebelum gue ngerjain soal - soal yang ada di LKS. Dan gue males buat ngerjain. Gue paling anti sama sejarah." Agam berjalan mendekati Erly.
Erly menelan salivanya susah - susah. "Jadi—" sahut Erly. Oke, Erly bukan orang bodoh yang tak mengerti apa maksud Agam membawanya kemari. Ya, ia hanya memastikan saja. Tapi kenapa perasaannya tak enak.
"Jadi—" Agam mendekatkan wajahnya dengan wajah Erly, membuat Erly refleks memundurkan wajahnya. "Lo yang harus ngerjain. Semuanya." sambung Agam tepat di telinga kanan Erly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable✔
Teen FictionHanya tentang seorang gadis yang baru menginjakkan kaki di sekolah barunya, dan langsung berurusan dengan si penguasa sekolah. Erly tak tahu kenapa Agam begitu membencinya, sampai - sampai menjadikannya budak. Namun tampa mereka duga, perasaan itu s...