"Ka Fanin," panggil Maulie yang melihat Fani berjalan sendirian di depan kelas Maulie.
Maulie menghampiri Fani.
"Kenapa," Fani menengok ke arah Maulie.
"Ka Fanin, nanti temenin ke toko buku yuk," ajak Maulie.
"Baru bulan kemaren beli novel,masa mau beli lagi."
"Udah dibaca, gak enak dibaca lagi. Temenin ya," melas Maulie.
"Hmm, dasar ywdah nanti pulang sekolah. Ke kelas duluan ya" ucap Fani menuju kelas.
"Oke, jangan lupa ya Ka Fanin." Maulie kembali ke kelas.
Fani hanya mengangkat tangannya memberi isyarat bahwa iya setuju.
🎮🎮
Sekarang mata pelajaran Bu Pungki, Bu Pungki menjelaskan bagaimana, Indonesia bisa di jajah oleh Belanda, Portugis, Spanyol, dan lainnya. Walaupun, hanya satu dua anak terjadi perdebatan satu sama lain mempertahankan pendapatnya.
Bu Pungki bersyukur masih ada yang ingin mengetahui sejarah Indonesia lebih luas. Bu Pungki tau, kids jaman now hanya memperebutkan pasangan, dan lagi jamannya nikung pacar orang. Bu Pungki memperhatikan perkembangan anak jaman sekarang.
Kring...kring.. bel istirahat berbunyi
Pelajaran Bu Pungki pun selesai. Bu Pungki keluar kelas, Fani membantu Bu Pungki membawa buku absen dan buku paket milik Bu Pungki.
Mishall dan Berlin juga membantu Fani dalam doa, ia mengikuti langkah Fani.
"Fan, Lin gw ke kamar mandi dulu ya. Nanti gw nyusul ke kantin," ucap Mishall meninggalkan Fani dan Berlin.
"Lin, tunggu disini bentar ya, gw mau naro buku Bu Pungki dulu," ucap Fani memasuki ruang guru.
"Oke," Berlin berdiri di depan ruang guru.
'biasanya ada tempat duduk ko ini gak ada ya' batin Berlin mencari-cari tempat duduk.
Tafdillah berlari dari arah kantin menuju kelasnya, namun Tafdillah menabrak perempuan. Perempuan itu adalah Berlin.
Berlin tidak menyadari ada seseorang yang berlari dari arah belakang badannya. Berlin kehilangan keseimbangan, ia pun terjatuh.
"Maaf," ucap Tafdillah lembut. Tafdillah membantu Berlin berdiri.
"Iya gapapa."
"Mau gw anterin ke uks gak," tawar Tafdillah.
"Enggak usah gapapa ko."
"Kenalin nama gw Tafdillah Salamun, panggil aja Tafdillah," Tafdillah mengulurkan tangannya ke arah Berlin.
"Kalau nanti lu kenapa-kenapa bilang gw aja, cari gw di kelas XI TKJ," lanjut Tafdillah.
"Berlin Quinsha," mengulurkan tangannya.
'ih pengen juga berjabat tangan seperti itu' batin Fani.
"Lin, lu gapapa," tanya Fani yang heran ada Tafdillah dihadapannya.
"Duluan ya Lin," ucap Tafdillah meninggalkan Berlin dan Fani.
"Itu siapa? ko dia bisa tau nama lu Lin?" tanya Fani menatap mata Berlin mencari sela kejujuran.
"Kepo banget, jadi makan ketoprak gak?" ucap Berlin berjalan menuju kantin.
"Ih Berlin, ngeselin banget dah," menyusul ke kantin.
Sesampainya di kantin, Fani menghampiri Mishall yang sedang menyantap soto ayam. Mata Fani mengelilingi area kantin, ya beginilah keadaannya pada saat istirahat.
Segerombolan kakak kelas yang sedang menggoda adik kelas. "Gak usah sombong nanti kangen lagi" terdengar jelas di telinga Fani. Memang kata-kata bukan untuk Fani, namun terdengar risih di kuping Fani.
Fani, masih memikirkan pertemuan Berlin dan Tafdillah tadi. Ada apa ya sebenarnya Fani pun bertanya-tanya?
"Fan, memangnya lu kenyang ngeliatin orang makan."
"Gak jadi lapar gw Shall, gw balik kekelas duluan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS
Teen FictionMaafkan typo yang merajalela ? Lu tau rasanya nunggu loading mobile legends? Gak enak kan, kesel, ngomel-ngomel pastinya, tapi tetep lu tungguin kan! Sama halnya dengan gw yang sayang sama lu. Lu cuek, dingin, ngebetein, tapi sayangnya gw ke lu, bis...