Tanggal 17 tiba, dimana Fani tidak menyadari bahwa ia memiliki 2 janji ditanggal yang sama. Tanggal 17 bertepatan dengan hari sabtu.
Fani mendengar jam leker berbunyi menandakan jam 7, Fani terbangun dari tempat tidur bergegas ke kamar mandi.
Maulie menghubungi Fani tapi hasilnya nihil. Padahal Maulie ingin memberitahu kepada Fani bahwa dirinya gak bisa jemput.
Akhirnya Maulie mengetik pesan singkat kepada Fani. Maulie tidak sempat membuka handphone, karena setelah pesan singkat itu terkirim Maulie dipanggil Mama Kiki.
"Maulie."
"Iya mah," Maulie menghampiri Mama Kiki.
"Kenapa Mah?"
"Bantuin mama membuat brownies dong sayang."
"Siap."
Maulie berpikir sejenak, bahwa ia tak sempat menjemput Fani, seketika pikiran itu terlintas begitu saja, akhirnya ia mencari seseorang yang akan bisa membantu dirinya.
'Hmm, anaknya belum dateng lagi'
"Assalammualaikum"
'Tepat sekali'
"walaikumsalam"
"Maulie tolong bukakan pintu didepan ada Tante Amirah,"
Maulie bergegas cepat bahkan ia sampai berlari. Karena Maulie takut Fani sudah menunggu dirinya terlalu lama.
Saat Maulie membuka pintu, yang terlihat hanya Tante Amirah. Maulie bersaliman dengan Tante Amirah, celingak - celinguk Maulie mencari sosok seseorang.
Tante Amirah yang peka dengan apa yang Maulie cari. Tante Amirah menunjuk ke arah mobil. Tante Amirah izin masuk kedalam, sedangkan Maulie masuk kedalam mobil.
Maulie duduk disampingnya Tafdillah. Anak Tante Amirah adalah Tafdillah. Terlihat Tafdillah yang sedang memainkan handphone.
Maulie bingung bagaimana cara ngomongnya kepada Tafdillah, jelas Tafdillah akan menolak permintaannya jika dia sedang main games.
"Emun."
Hening.
"Emun."
Hening.
"Emun."
Hening
Akhirnya Maulie yang kesel merampas handphone milik Tafdillah. Tafdillah dipanggil Emun hanya orang yang menganggap dirinya spesial.
"Balikin handphone gw."
"Enggak."
"Mau lu apaan sih."
"Mau gw, lu jemput teman gw dirumahnya sebab gw gak sempet harus bikin brownis."
"Terus hubungannya ama gw apaan?"
"Gak ada sih," jawab Maulie polos.
"Ywdah sini balikin handphone gw."
"Ihs, gak peka banget sih lu. Maksud gw lu tuh, tolongin gw jemput teman gw."
"Males."
"Ah elah lu, gw bilangin Tante nih. Biar lu gak dapet jatah kuota bulan ini."
"Alamatnya udah gw kirim lewat WA" sambung Maulie.
"Rese lu, iya dah, sini dulu handphonenya," Maulie mengembalikan handphone miliknya.
Maulie keluar mobil, membukakan pintu pagar, mobil yang dikendarai Tafdillah sudah tidak terlihat, ia segera kembali ke dapur.
Fani keluar dari kamar mandi menggunakan baju kaos santai berpadu dengan celana jeans. Fani menuju meja makan terlihat nasi goreng yang menunggu dirinya.
Terdengar suara bising dari ruang tv, dimana ada Ghania disitu ada Tayo. Setiap hari ia menonton acara Tayo "hai Tayo hayo Tayo dia bis kecil lamah" nyanyian ini yang selalu terdengar dari bibir mungil Ghania.
Gani yang masih tertidur pules saat hari sabtu dan Minggu. Jarang sekali Fani melihat Gani hari dihari libur ia berjalan-jalan bersama temannya.
Karena Gani lebih baik menghabiskan waktu libur untuk istirahat dari pada jalan-jalan, nongkrong-nongkrong gak jelas.
Begitulah suasana dirumah Fani pada hari sabtu hanya Ghania yang membuat rumah selalu dalam keadaan ramai.
Sesampainya Tafdillah di alamat rumah yang dikirimkan oleh Maulie, ia keluar dan menekan tombol bel rumah.
Bel berbunyi, Ghania yang berniat akan membukakan pintu. Sedangkan, Fani melanjutkan sarapan. Mama Ayu yang sedari tadi menemani Ghania, membiarkan Ghania membukakan pintu.
Saat Ghania membukakan pintu terlihat seseorang didepan pintu menggunakan jaket berwarna hitam, celana jeans berpaduan dengan sepatu berwarna putih.
"Mama," teriak Ghania membuat Mama Ayu dan Fani berlari kecil menghampiri Ghania, takut terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS
Teen FictionMaafkan typo yang merajalela ? Lu tau rasanya nunggu loading mobile legends? Gak enak kan, kesel, ngomel-ngomel pastinya, tapi tetep lu tungguin kan! Sama halnya dengan gw yang sayang sama lu. Lu cuek, dingin, ngebetein, tapi sayangnya gw ke lu, bis...