"Fan.... Fani ...," tidak ada jawaban dari balik pintu, sepertinya Fani masih mengambek tentang semalem.
'dasar cewe ngambek mulu'
Fani membuka pintu seakan tau apa yang ada dipikiran Gani.
"Siapa juga yang ngambek gak penting," Fani menutup pintu, ia melangkah mendahului Gani.
Fani jarang bertemu dengan mama Ayu, saat Fani berangkat sekolah sudah bersiap-siap kerumah nenek dan setelah itu baru mengantar Ghania sekolah.
Sampai sore mama Ayu berada di rumah nenek, sedangkan papa Abiyu jarang dirumah. Ia harus mengecek keadaan bisnisnya, bisnisnya diberbagai daerah membuat papa Abiyu tidak selalu berada dirumah.
"Masih marah lu."
"Gak," Fani menghirup segelas susu cokelat hangat.
"Bareng gak?"
"Gak..."
"Ywdah ngapain gua nungguin lu."
"Ihs, gak nolak tau."
Fani ngerasa kesal dengan Gani, ia memukul perut Gani pelan. Gani pergi ke garasi untuk memanaskan monil, Fani menghabiskan segelas susu kemudian ia menyusul Gani.
Fani menghabiskan waktu perjalanan menuju sekolah dengan membaca novel. Tidak ada perbincangan sebelum Gani angkat bicara.
"Ada foto Tafdillah gak?"
"Buat," Fani menatap Fani aneh tidak seperti biasanya Gani kepo dengan sosok pria yang Fani taksir.
"Buat gw santet."
"Serem lu."
"Lagian aneh-aneh aja, buat gw tau lah."
"Hmm bentar," Fani membuka sosmed Tafdillah, Fani terpanah pada satu foto Tafdillah di Batu Raden. Posisi candid seperti tidak ingin menampakan ke gantengannya.
Posisi samping aja bisa membuat Fani meleleh gimana keseluruhan?
"Mana fotonya?" tanya Gani menghamburkan bayangan Gani dipikiran Fani.
"Ini ka."
"Mana keliatan itu candid."
"Oh iya lupa," Fani langsung mencari foto Tafdillah di paling bawah sebab ia foto dirinya hanya ada satu dua selebihnya Fani tidak mengerti gambar apa, Seperti anime tapi bukan.
"Gamers?"
"Kayaknya sih gitu."
"Yakin mau percaya sama gamers?" tanya Gani suasana menjadi serius.
"Ya.... Gak tau deh," Fani yang tadinya sangat yakin berbeda beberapa menit raut wajahnya berubah bingung.
Pertanyaan Gani membuat Fani mengeluarkan air mata. Air mata Fani mewakili seribu kekecewanya. Fani berusaha menguburnya dalam-dalam namun seperti kilat ingatan itu tanpa merasa bersalah datang lagi. Semua terjadi karena Fani menyadari bahwa Tafdillah adalah gamers.
Ada apa dengan gamers?
Apa Fani akan berjuang walaupun masa lalu bersama gamers terlihat tidak baik?
Ada apa masa lalu Fani dengan gamers?
Kenapa Gani saat khawatir ?
Siapa orang dimasa lalu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS
Teen FictionMaafkan typo yang merajalela ? Lu tau rasanya nunggu loading mobile legends? Gak enak kan, kesel, ngomel-ngomel pastinya, tapi tetep lu tungguin kan! Sama halnya dengan gw yang sayang sama lu. Lu cuek, dingin, ngebetein, tapi sayangnya gw ke lu, bis...