Sedangkan Berlin yang masih menunggu mamanya pulang dari mall. Berlin berpikir mamanya keasyikan bertemu dengan teman-teman. Sampai saat ini mamanya tak kunjung datang. Berlin sudah mencoba untuk menghubungi dan hasilnya nihil.
Cukup lama menunggu Mama Yanti akhirnya Berlin memutuskan untuk jalan sendiri ke acaranya. Dan Berlin tidak lupa memberi pesan singkat kepada Mama Yanti
Berlin menunggu di tepi jalan raya, Berlin ragu untuk menyebrang. Saat ia memaksakan diri untuk menyebrang tiba-tiba mobil dengan kecepatan sedang, hampir menyentuh dirinya.
Berlin hanya terlihat berdiri kaku tepat di depan mobil seseorang. Seseorang keluar dari mobil melihat keadaan seorang wanita yang hampir saja ia tabrak.
"Kita pernah ketemu kan, waktu saya nabrak kamu."
Berlin melirik seseorang yang hampir saja menabraknya. Ternyata pengemudinya adalah Tafdillah.
"Kamu gapapa?" tanya Tafdillah.
Saat Berlin menengok kearah suara tersebut terlihat seorang pria memakai kostum ala-ala zombie.
"Astagfirullah." Berlin terkejut saat menatap wajah Tafdillah.
'sumpah ganteng nya ketutupan makeup'
"Mau kemana ko pake baju beginian." tanya Tafdillah.
Tafdillah tidak sadar bahwa dirinya lebih serem daripada Berlin secara Berlin seperti princes.
"Mau ke acara halloween."
Tiiiiiiiiinnnnnnnnn......tttiiiinnnnnnnnn
"Woy jangan pacaran dijalan," seru pengemudi lain
"Kita satu tujuan, bareng aja yuk daripada kamu nanti ketabrak lagi."
'Tidak ada salahnya aku bareng Tafdillah, lagi pula dia baik pasti gak akan macem-macem'
Berlin mengangguk. Tafdillah dan Berlin memasuki mobil Tafdillah.
Terjadi keheningan didalam mobil. Tafdillah yang mengendarai mobil dengan serius.
Tafdillah maupun Berlin tidak ada yang mengawali percakapan selama perjalanan. Sesampainya mereka di lokasi acara, Tafdillah berjalan lebih awal.
Berlin mengikuti langkahnya, namun ia berhenti sejenak. Ia tercengang melihat tempatnya, terbilang sangat mewah dan berbeda.
Berbeda dari acara halloween biasanya. Jelas berbeda dari acara halloween biasanya, kali ini acaranya dilakukan di hotel berbintang 5.
Berlin penasaran, rasanya ingin menanyakan kepada Tafdillah, namun ia mengurungkan niatnya. Berlin menyadari Tafdillah yang semakin jauh.
Membuat Berlin melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Sampai mereka berdua berjalan sejajar.
Akhirnya Berlin memberanikan dirinya untuk mengetahui informasi tentang acara ini yang sebenarnya.
Gak ada salahnya menanyakan hal ini kepadanya, walaupun Berlin tau Tafdillah tipe cowo yang irit suara.
Tafdillah mengeluarkan handphone miliknya, tangannya mulai menari-nari diatas layar.
"Lin lu suka main game?" tanya Tafdillah membuka topik pembicaraan.
"Enggak ngerti."
"Kapan-kapan gw ajarin mobile legends, itu juga kalo lu mau."
"Enggak deh makasih, enggak tertarik juga."
'cuma Elina doang yang hobinya sama kayak gw' batin Tafdillah
Fani yang melihat Berlin dengan seseorang pria, Langsung memanggil Berlin. Berlin tidak begitu akrab dengan pria. Berlin sama sekali, belum pernah yang mengenal kata pacaran dalam hidupnya.
Bagi Berlin pacaran itu ribet, harus begini-begitu. Sampai saat ini ia berstatus jomblo. Fani menebak bahwa pria tersebut adalah Tafdillah. Tembakan Fani terlintas pada saat disekolah Berlin terlihat akrab dengannya.
Pada saat Fani melangkah lebih dekat, wajah Tafdillah yang di makeup membuat Fani tidak mengenalnya. Tapi Fani yakin itu adalah Tafdillah.
"Berlin" seru Fani dari jarak yang tidak jauh. Berlin mencari suara yang memanggilnya namanya.
Jarak Fani lebih dekat dengan mereka, namun Tafdillah lebih dulu meninggalkan Berlin sendirian.
"Itu siapa ," tanya Fani.
"Ih, Fani gw ditinggalin," dumel Mishall.
"Oh iya, maaf lupa."
"Dasar ade durhaka, segala pake ninggalin lagi," samber Gani.
"Maaf ka."
Fani baru tersadar bahwa tadi ia lagi menunggu Mishall didepan toilet. Melihat Berlin dengan seorang pria membuat Fani melupakan Mishall, dan Fani juga melupakan Gani.
"Eh gw heran dah, masa acara halloween tempatnya kagak ada serem-seremnya," pertanyaan yang dari tadi menyelimuti Berlin.
"Ini bukan acara halloween kayak diluar negeri."
"Ini acara ulang tahun Elina," lanjut Mishall.
"Elina siapa?"
"Nanya mulu nanti juga tau," sambung Fani.
"De, gw nyari makan yang enak ya."
"Iya seterah."
Gani berjalan menuju makanan yang telah tersedia diatas meja.
"Itu siapa ." Mengulang pertanyaan yang tadi belum sempat di jawab oleh Berlin karena terganggu dengan suara Mishall.
"Tafdillah," jawab Berlin polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS
Teen FictionMaafkan typo yang merajalela ? Lu tau rasanya nunggu loading mobile legends? Gak enak kan, kesel, ngomel-ngomel pastinya, tapi tetep lu tungguin kan! Sama halnya dengan gw yang sayang sama lu. Lu cuek, dingin, ngebetein, tapi sayangnya gw ke lu, bis...