Gamers 31

980 32 1
                                    

Fani menutup pintu belakang dan ia membuka pintu depan, seperti keinginan Fani menjadi kenyataan. Kali ini Tafdillah memulai perbincangan, gak banyak sih tapi itu lebih dari cukup.

"Fan."

"Iya."

"Kalau gak ada yang nganter, lu bisa bareng gua ko," tawaran Tafdillah membuat Fani membeku seketika sebelum Fani meng-iya kan, "Eh iya."

"Yang tadi nomer gua Fan."

'Udah tau woi'

Sesampainya diabang pintu gerbang, hujan mulai reda, Fani keluar dari mobil sedangkan Tafdillah memakirkan mobilnya di warteg samping sekolah.

"Fan, kata Tante lu pulang bareng gw."

"Iya."

"Tadi lu kesini sama Dillah."

"Siapa yang bilang."

"Tante."

"Oh, gw duluan ya Ky."

'gua gak bakal biarin lu sayang sama Tafdillah, andai lu tau Tafdillah pacarnya Ashalina'

Sebelum Fani ke kelas, ia berniat untuk menemui Maulie terlebih dahulu. Sesampainya didepan kelas Fani langsung masuk tanpa permisi, lagi pula tidak ada orang disekeliling Maulie.

Fani duduk disamping Maulie. Maulie tersadar keberadaannya, ia menutup novel.

"Kenapa ka?"

"Lu mau hp?"

" Bawa, sebentar."

Maulie mencari disetiap kantong tas, namun ia tidak menemukannya.

"Hp gw gak ada ka."

Fani memeluk Maulie, Maulie kebingungan dengan sikap Fani. Fani melepas pelukannya. "Thanks Maulie karena hp lu ketinggalan tadi gw dianterin sama Emun," katanya.

"Serius ka, ko bisa?"

Fani menceritakan semuanya, Maulie tertawa masalahnya Tafdillah tidak memilih nyali seperti yang Fani ceritakan seperti bukan Tafdillah sungguhan.

"Sumpah ka, itu kayak bukan dia banget."

"Entah lah, hujan telah menjadi saksi bisu......." Fani belum melanjutkan kata-katanya Maulie telah mengusir Fani untuk kembali ke kelas.

"Ka, balik ke kelas sana. Gw yakin lu pasti bakalan puitis kan. Satu hal ka lu harus tau."

"Ih mau puitis dulu. Tau apa?"

"Lu gak pantes kalau puitis."

Fani yang mendengar, langsung menggelitikan Maulie sampai ia minta ampun.

Saat Fani ingin beranjak pergi ke kelas, Maulie menahan tangan Fani dan berkata. "Gua dukung lu kan."

Fani tersenyum lalu pergi keluar dari kelas Maulie.

Lagi-lagi Fani memperhatikan Tafdillah dari kejauhan, mungkin ini menjadi hal kebiasaan Fani. Tafdillah memang anak gamers, namun ia tidak pernah absen main bola di pagi hari.

Didepan kelas Maulie terdapat satu bangku panjang, Fani menduduki memperhatikan Tafdillah. Mungkin ini menjadi hal biasa untuk Fani setelah dirinya menaru hati pada pria dingin itu.

Maulie berniat membuat sampah, yang tadi sempat berserakan didepan meja guru.

"Katanya mau ke kelas. Ngapain disitu."

Fani tercengang sampai tidak sadar bawah dirinya duduk di bangku kelas Maulie cukup lama.

Fani bukannya menjawab hanya melirik ke arah Tafdillah yang berada dilapangan, kemudian meninggalkan Maulie.

Maulie hanya menggelengkan kepala saat melihat kelakuan Fani.

'Segitu cintanya Fani sama tafdillah'

GAMERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang