Gamers 23

1.1K 39 0
                                    

"Fan, semalem balik sama siapa?" tanya Berlin.

"Kata ka Gani sama cowo? Sejak kapan lu punya cowo?" sambung Mishall.

"Sama Ardiaz." ucap Fani santai.

"Oh, Ardiaz."

Tidak ada pertanyaan yang dilontarkan lagi kepada Fani. Mishall maupun Berlin sudah enggan membahas cowo pengecut seperti Ardiaz.

Gara-gara Ardiaz gak bisa jarak jauh, Ardiaz memutuskan hubungan dengan Fani, membuat Fani tidak henti-hentinya menangisi Ardiaz.

Mereka berdua memiliki prinsip yang sama, seandainya Fani balikan sama Ardiaz mereka berdua tidak melarang, tetapi jika Ardiaz kembali menyakiti Fani.

Mereka berdiri paling depan yang akan berhadapan dengan Ardiaz. Karena Fani terlalu lemah untuk memarahi seseorang yang dia sayang.

Seseorang yang terlalu sayang susah untuk disadarkan, karena cinta terlalu menutupi pikiran hanya menggunakan hati, hati dan hati. Coba deh sekali-kali menggunakan logika.

"Fan, tadi Maulie kesini," seru Mishall.

" Ngapain?"

"Gak tau,"

Jam istirahat pertama Fani, Berlin dan Mishall menuju kantin. Fani melihat Maulie yang sedang berbicara dengan Tafdillah, Fani ingin menguping namun ia dipanggil oleh Maulie. Gak jadi nguping, berarti gak jadi dosa.

Fani menghampiri Maulie, jarak Fani dengan Tafdillah hanya terhalang Maulie. Tafdillah berbeda sikap jika bersama Maulie entah ada hubungan apa mereka berdua.

Berbeda dari segi senyum, tingkah, Tafdillah lebih terbuka dengan Maulie. Berbeda saat Tafdillah dengan cewe lain. Tafdillah mengeluarkan handphone -nya sesudah itu Tafdillah menjauh dari Fani dan Maulie.

'Tafdillah udah pergi sama aja bohong' batin Fani.

"Ka Fanin, ko bengong sih ngeliatin emun pergi," tegur Maulie.

"Siapa emun?" terdengar asing di kuping Fani.

"Yang tadi sama gw."

"Ko emun, bukannya Tafdillah," jelas Fani.

"Hmm, Tafdillah ka cuma kalo dirumah dimanggilnya emun."

Weits, tunggu ada kata-kata dirumah maksudnya. Ada hubungan apa Tafdillah dengan Maulie? kenapa Maulie gak pernah cerita sih? Apa jangan-jangan. Ah sudahlah.

"Ish, ka Fanin bengong mulu."

"Eh,enggak."

"Oh iya...kenapa, tadi pagi nyariin gw."

"Oh itu, Sabtu ini gw mau ngajak lu ke puncak ka."

"Ngapain?"

"Kabarin gw aja ya kan kalo bisa. Gw harap sih lu bisa."

"Iya."

Maulie menyusul Tafdillah, yang sudah berjalan cukup jauh.

Ikut gak ya? mager sih tapi disisi lain lumayan ngilangin bete

"Fan, ngapain berdiri situ." teriak Mishall.

Fani kembali ketempat dimana Berlin dan Mishall berada. Berlin sudah memesankan makanan favorit Fani. Fani melahap ketoprak tersebut, Fani masih memikirkan ajakan Maulie.

"Shall, anterin gw ke kamar mandi yuk."

"Sama Fani aja."

"Kasihan Fani baru makan."

Dengan malas, Mishall mengantarkan Berlin menuju kamar mandi.

Fani mengeluarkan handphone, ia mengirim pesan singkat kepada Maulie.

🍒Fani
Ul, gw ikut deh

Maulie🍄
Oke, hari sabtu jam set 7 udah siap ya

🍒Fani
Oke👌

Read

Fani melanjutkan menyantap ketoprak yang sudah ia tunda makannya.

"Boleh, duduk disini?" tanya seseorang pria.

Fani ditidak menghiraukan suara itu berasal, Fani hanya fokus dengan ketoprak yang ada dihadapannya.

"Hai," ucap seseorang itu. Fani merasa risih dengan keberadaan seseorang yang ada disampingnya.

"Hmm," singkat, jelas, padat.

"Yaelah Fan, sombong banget," Gerutu Rafisky.

"Bodo amat."

"Fan, tanggal 17 kan ada flim bagus di bioskop."

Awalnya Fani tidak tertarik ajakan Rafisky, namun saat Rafisky bilang pemeran utamanya Jefri Nichol. Dengan singgap Fani menyetujui, Fani lupa kalau hari sabtu nanti ia akan pergi kepuncak bersama Maulie.

GAMERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang