Kali ini Jimin bangun agak lambat dari biasanya. Ia segera merapikan tempat tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi hanya sekedar untuk membasuh muka.
Sehabis itu, namja mungil itu memilih untuk duduk di sofa sembari menikmati tontonan pagi yang terasa membosankan. Jimin ingin pergi jalan-jalan keluar, tapi itu terasa berat untuknya.
Dengan terpaksa ia mengganti piyama biru lautnya dengan sweater bewarna peach yang terkesan menenggelamkan tubuhnya. Segera dililitkannya syal berwarna merah, untuk mengantisipasi musim dingin pagi ini.
Jimin berjalan lambat kearah persimpangan jalan dengan kepala yang terus menunduk takut. Dengan gemetar, telapak tangannya mulai mendorong pintu berlapis kaca transparan itu.
"Selamat pagi, Tuan."Jimin tersontak saat penjaga kasir menyapanya dengan begitu ramah. Ia memberikan senyuman manisnya, lalu melangkah masuk kedalam minimarket.
Tangannya dengan lincah mulai memasukkan beberapa bahan yang kiranya akan digunakan selama masa hibernasi Jimin. Hingga, langkah kakinya menuntun tubuhnya untuk masuk kebagian camilan dan memilih dengan begitu riangnya.
Ia meringis, tatkala kakinya tak sengaja menyandung sesuatu hingga terduduk di lantai. Jimin berniat bangkit, sebelum tangan kokoh itu berada tepat didepan wajahnya.
Jimin merasa kikuk, namun dengan semburat merah dipipinya, segera diterimanya uluran tangan itu. Saat dia akan kembali melanjutkan langkahnya, pergelangan tangannya segera dicekal oleh sosok pria itu.
Ia lantas menoleh dengan dahi mengernyit.
"Hei, kau. Jimin, kan?"Jimin mengangguk pelan akibat rasa takut yang kini mulai melandanya.
Mata Jimin memanas saat netranya bersitatap dengan pria itu. Pria dan musim dingin di masa lalu, yang seakan membawa bencana dalam hidup Jimin. Ini adalah musim dingin pertama, sejak ia telah melupakan sosok itu.
Jeon Jungkook. []
(...Pertama)
●●●
Don't forget to vote, all 💕
And terima kasih buat yang udah baca dan vote. Jangan bosan buat baca Asv ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice [KM]
FanfictionBegitu banyak untaian kalimat yang ingin Jimin katakan mengenai dirinya. Dia yang bisu, hingga dianggap tak layak untuk hidup. Namja itu hanya bisa mendendam semuanya dalam diam, tanpa mampu menyuarakan keinginannya. Hari-hari kelamnya dimulai saat...