20. Dekapan hangat...

7.4K 942 25
                                    

Chaejin bukanlah wanita naif seperti yang Wonwoo pikiran. Dia tidak sebaik itu untuk menerima sang tunangan berciuman dengan mantan kekasihnya. Yeoja itu tidak bodoh, namun memilih untuk memberikan ruang bagi Wonwoo dan sang mantan, tapi ini sudah kelewat batas.

Manik kelamnya menatap netra sang adik ipar dengan begitu dalam. Keduanya masih berdansa, tanpa menghiraukan aksi nekat dari Wonwoo.

"Maafkan hyung,"pintanya dengan wajah memelas. Jungkook benci bersikap serba salah dihadapan Chaejin saat ini.

Gadis itu tersenyum sinis, kemudian menghentikan langkah kakinya yang sukses membuat dahi Jungkook mengernyit.

"Sejak kapan?"tanyanya dengan raut kecewa. "Sudah berapa lama dia membohongiku terus-menerus?"kedua matanya mulai sayu, dan itu membuat Jungkook semakin tidak enak.

Kakaknya itu memang sudah kelewatan. Dengan segera ia berjalan menyusul Chaejin yang menuju kearah keduanya, membuat Wonwoo segera melepaskan tubuh kecil Jimin dari dekapannya.

Chaejin tertawa sinis seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau benar-benar,"dia berucap dengan nada tidak percaya.

"Aku sudah memberimu waktu untuk memutuskan, dan sekarang ini yang kau lakukan?"Wonwoo terdiam menunggu kelanjutan kalimat Chaejin.

Gadis itu menghela nafas panjang, lalu menatap Jimin. Tidak, dia bahkan tak pernah sekali pun membenci Jimin, tapi Wonwoo memang sudah keterlaluan.

"Dengar, kau tidak bisa mempermainkan perasaan orang lain sesukamu. Kau kira dirimu setampan itu?"

Jimin mendongak untuk menatap raut penuh kekecewaan dari Chaejin. Ia merasa tidak enak, karena posisinya sekarang seperti pihak ketiga yang menghancurkan hubungan keduanya.

"Batalkan saja pernikahannya."

Wonwoo mendongak dengan tatapan tidak percaya, ia segera menarik pergelangan tangan Chaejin agar keluar dari dalam restoran. Menyisahkan sosok Jungkook dan Jimin di dalam sana yang masih mencerna keseluruhan peristiwa yang terjadi.

"Kau tidak apa-apa?"tanya Jungkook ketika melihat kepala Jimin yang terus tertunduk. Namja mungil itu mengangguk, namun justru mengeluarkan isakan tertahan.

Tatapan iba diberikan oleh Jungkook sembari membawa Jimin kedalam dekapan hangatnya. Ia sedikit sadar dengan apa yang diucapkan oleh Chaejin barusan. Jimin tidak sepenuhnya salah disini, dan Jungkook berusaha untuk menerimanya.

"Chaejin Noona tidak akan membencimu, percayalah."Jungkook berusaha menenangkan Jimin, sesekali ia mengelus punggungnya untuk memberikan kekuatan.

Perlahan tangis Jimin mulai mereda. Dengan segera Jungkook menyampirkan jaket kulit hitamnya di bahu Jimin, mengingat namja itu hanya menggunakan kemeja kotak-kotak bewarna merah tanpa berbalut coat atau semacamnya.

Tangannya merangkul pundak Jimin seraya perlahan, menuntun tubuh kecilnya untuk berjalan keluar dari dalam restoran.

"Mau memakai tiket kencanmu?"

Pertanyaan Jungkook dilontarkan ketika keduanya telah berada di dalam mobil. Jimin mendongak dengan wajah basah dan mata yang sedikit bengkak.

Jungkookie yakin ingin menemaniku?

Untuk pertama kalinya Jungkook mengukir senyum. Ya, meskipun sangat tipis. Nyaris tidak terlihat.

"Tentu."[]

(...Dari Jungkook)

●●●

Ada yg nungguin ff ini, kah?

Aku mau bilang klau di chap sebelumnya, aku ngadain voting untuk milih special gift dari aku buat 1K readers-nya. Jadi, disini aku mau memperjelas untuk kasih saran atau apa. Tlong comment di chap sebelumnya ya.

Salam hangat dari Jungkook yg mulai sayang Jimin 💕

A Silent Voice [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang