"Kau sudah siap?"
Malam ini Jungkook berada di apartemen Jimin. Duduk di sofa seraya menyesap hot chocolate dari gelas berbentuk teddy bear. Ya, Jimin memang menyukai sesuatu yang lucu seperti dirinya.
Jimin sontak mengangguk ketika diberi pertanyaan oleh Jungkook. Entahlah, secara tiba-tiba Chaejin mengundang Jimin dan Jungkook untuk makan malam bersama. Mengingat Chaejin masih berpikir jika Jimin adalah kekasih Jungkook.
Keduanya berjalan dengan Jungkook didepan, kemudian diikuti oleh Jimin. Kali ini Jungkook lebih memilih memakai mobilnya ketimbang motor, dikarenakan suhu udara malam yang semakin dingin.
"Jiminie!"teriakan dan pelukan hangat yang diberikan oleh Chaejin sedikit membuat sosok Jimin terperanjat. Namja mungil itu menutup kedua matanya, manakala atensi seluruh pengunjung tertuju padanya.
Jungkook berdeham pelan dengan seulas senyum kecil, meskipun dia berencana untuk melupakan Chaejin, tapi hatinya tak bisa menolak ketika harus berdebar-debar ketika bersitatap dengan sang kakak ipar.
Wonwoo yang bersetalan rapi tengah duduk di depan meja bundar dengan senyum miris. Semalam, Jungkook baru saja menceritakan tentang kencannya bersama sang kekasih.
Ia terlalu egois dan tak punya malu.
"Kau sangat cantik, Jim."Wonwoo memuji Jimin secara terang-terangan, ketika sang kekasih mengambil tempat di hadapannya.
Wajah Jimin kian berseri yang diikuti dengan kekehan dari Chaejin. Ia menyetujui pendapat sang tunangan, sambil menambahkan. "Jungkook tidak salah memilihnya,"ucapan dari Chaejin tanpa sadar membuat hati Jungkook teriris.
Alunan musik di restoran menambah kesan romantis. Keempatnya baru saja menghabiskan hidangan penutup, lalu terhanyut dalam nada yang membawa khidmat.
"Noona ingin berdansa denganku?"
Ajakan Jungkook sukses membuat suasana semakin canggung. Ia memberikan senyum polosnya seraya mengulurkan tangan pada sang kakak ipar, yang dibalas Chaejin dengan senang hati. Apa salahnya, Jungkook hanya adik iparnya.
Keduanya telah berdiri dengan saling berhadapan, tak lupa dengan kedua tangan milik Chaejin yang dikalungkan pada leher Jungkook. Sang pria tersenyum, lalu ikut memeluk pinggang Chaejin dengan mesra.
Tak ada rasa cemburu sama sekali, ketika Wonwoo melihatnya. Justru ia tengah menatap manik indah milik sang kekasih tanpa berkedip.
"Ayo berdansa bersama."
Jimin mendongak untuk melihat senyuman manis milik Wonwoo. Ia tersenyum canggung, namun tak bisa menolak genggaman hangat milik Wonwoo. Tangan kecilnya serasa pas didalam genggaman tangan besar milik Wonwoo.
Pasangan kali ini tak kalah kelewat mesra. Ya, meski keduanya bukanlah seorang pedansa yang baik seperti Chaejin dan Jungkook. Bahkan, sesekali kaki milik Jimin menginjak ujung Monk strap kepunyaan Wonwoo.
"Tidak apa-apa, Jim."Wonwoo berusaha menghilangkan rasa khawatir di wajah sang kekasih.
Jimin memberengut kesal, namun sesaat kemudian kembali mengukir senyum.
"Maafkan aku."
Keduanya masih sibuk berdansa, dengan tubuh Wonwoo yang mengontrol. "Kau pantas membenciku, Jim. Itu tidak masalah."
Tapi, nyatanya Jimin tak akan pernah bisa melakukannya.
"Aku mencintaimu. Izinkan aku untuk egois kali ini."
Setelah kalimat yang dilontarkan oleh Wonwoo, Jimin memejamkan kedua matanya. Menerima dengan senang hati bibir hangat Wonwoo yang telah menjadi candunya sejak lama.[]
(...Kecupan)
●●●
Nggak nyangka banget udah lebih sampai 1K readers yang baca 😂
Makasih banyak untuk yg udah sempetin baca, apalagi ngasih vote buat cerita ini.
Rencanany aku mau ngasih sedikit perayaan untuk 1K readers ini.
Pilihannya.
1. Buat special chap tentang Asv
2. Update dua work punyaku.
3. Buat ff baru.
4. Ada saran lain?
Untuk pilihan nmor 1, itu nggak bisa aku publish dalam waktu dekat. Ya, karena emg belum disiapin sebelumnya. Aku juga nggak kepikiran bisa nembus 1K pembaca.
Well. Salam hangat dari Jimin yang sayang Kookie lebih dari apapun💕
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice [KM]
FanfictionBegitu banyak untaian kalimat yang ingin Jimin katakan mengenai dirinya. Dia yang bisu, hingga dianggap tak layak untuk hidup. Namja itu hanya bisa mendendam semuanya dalam diam, tanpa mampu menyuarakan keinginannya. Hari-hari kelamnya dimulai saat...