Jungkook mengusap rambutnya dengan kasar. Sedari tadi, permintaan yang dilontarkan Jimin tadi pagi terus saja menghantui isi kepalanya. Namja satu itu memang terlalu merepotkan.
Apa masalahnya jika Jimin pergi untuk menjauhi hidup Wonwoo dan Chaejin tanpa harus meminta permohonan seperti ini. Membuat susah saja. Ia mendengus, dengan tatapan tertuju pada Chaejin di depan sana yang sibuk bermain biola.
Seseorang masuk kedalam cafe, kemudian mengambil tempat di hadapan Jungkook.
"Si brengsek itu menemuiku tadi,"
ucap Jungkook dengan nada malas. Jangan lupakan tatapannya yang terus terarah pada Chaejin.Wonwoo menatap dalam pada sang adik. Berusaha mencari setitik kebohongan di mata bulatnya, tapi Wonwoo tak bisa menemukannya sama sekali.
"Jangan sakiti Jimin. Hidupnya sudah sangat sulit,"pinta Wonwoo dengan nada tenang seperti biasanya.
Jungkook mendengus kesal, seraya meminum wine digelasnya.
"Pernikahanmu tinggal beberapa hari lagi, dan kau masih memikirkan dia."
Heol. Jungkook tidak percaya jika sekarang Wonwoo telah berubah menjadi pria sebrengsek ini. Apa yang menarik dari Jimin, Chaejin jelas jauh lebih unggul ketimbang namja bisu itu.
"Jimin adalah jiwaku, Jung. Kau tidak akan mengerti,"balas Wonwoo dengan lirih.
Wonwoo akui jika ia sangatlah kejam pada sosok Jimin yang berhati selembut sutera, tapi dia ingin egois kali ini. Wonwoo tidak lagi punya pilihan, tapi dia tidak akan pernah mau melepaskan Jimin dari genggamannya.
"Aku tahu ini salah, tapi aku juga berada di situasi yang sulit."Wonwoo berucap dengan mata berkaca-kaca. Ia mulai terisak, dan Jungkook dibuat tertegun karenanya.
Wonwoo amat lelah. Ingin rasanya dia berteriak pada sang ayah yang begitu mengatur hidupnya, tapi tidak dengan Jungkook. Harusnya Jungkook bersyukur tentang itu.
"Aku ingin berlari dan memeluk Jimin, tapi aku benci diriku sendiri. Dia merasakan sakit untuk kesekian kalinya, disaat aku berjanji untuk membahagiakannya."
Jungkook mendengar semua penjelasan Wonwoo dengan seksama. Kakaknya tidak pernah begini sebelumnya, dan itu berubah dalam semalam hanya karena sosok namja jalang itu.
"Jimin begitu membenci dirinya. Aku tidak bodoh, Jung. Aku tahu semua kisahmu dengan Jimin, itu membuatku merasa bodoh menjadi seorang kakak."
Jungkook dibuat terperangah, dan Wonwoo kian terisak. Melepaskan semua beban yang dipendamnya selama ini.
"Jimin adalah penyesalanmu. Aku begitu mencintainya melebihi diriku sendiri, karena di depannya aku bisa menemukan jati diriku. Tidak ada sandiwara seperti biasanya, karena Jimin yang menerimaku apa adanya."
Wonwoo membayangkan betapa menderitanya Jimin selama ini. Ia tidak sanggup melihat sosok Jimin menangis, tapi kali ini namja itu menangis karenanya.
"Aku mencintai Jimin. Sangat. Dia begitu berarti buatku."[]
(...Wonwoo)
●●●
Don't forget to vote, all 💕
Mungkin nggak bisa update sesering kemarin, karena aku udah mulai masuk sekolah.
Tapi, aku bakalan usahain ff ini cepat selesai.
Thank for reading and vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice [KM]
FanfictionBegitu banyak untaian kalimat yang ingin Jimin katakan mengenai dirinya. Dia yang bisu, hingga dianggap tak layak untuk hidup. Namja itu hanya bisa mendendam semuanya dalam diam, tanpa mampu menyuarakan keinginannya. Hari-hari kelamnya dimulai saat...