Malam ini rinai hujan mulai membasahi seluruh kota Seoul. Jimin memandangi tetesan hujan yang tertinggal di jendela dengan tatapan kagum. Sesekali ia memeluk tubuhnya erat saat petir kian menyambar dengan kencangnya.
Jimin pikir Wonwoo akan segera datang, tapi pemuda itu tidak biasanya seterlambat ini. Ia masih berdiri di depan jendela kamarnya, menunggu mobil milik Wonwoo masuk kedalam halaman gedung apartemen miliknya.
Ia menghela nafas panjang ketika dinginnya malam kian menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Jimin dibuat menggigil, tapi ia enggan untuk beranjak meskipun sekedar mengambil coat atau sweater miliknya dari dalam lemari.
Sebuah motor berwarna merah menarik perhatian Jimin. Ia merasa tak asing dengan pemuda itu, tapi yang jelas dia bukanlah sosok yang Jimin tunggu sedari tadi.
Perkataan Wonwoo mengenai pria jahat terngiang di kepalanya. Jimin ingat, jika Wonwoo menyuruhnya untuk mengunci pintu saat merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
Pemuda yang membawa motor itu terlihat berlari menerjang hujan, tanpa peduli jaket kulit hitamnya yang telah basah. Jimin semakin dibuat kalut, dengan cepat dia berlari kearah pintu untuk mengecek keadaannya.
Semoga pria jahat itu tidak mengganggu Jiminie.
Dia terus merapalkan beberapa kalimat di dalam hatinya tanpa sadar jika ponsel diatas nakas terus berdering sedari tadi. Jimin segera duduk bersandar pada pintu, kemudian meringkuk akibat kedinginan.
Ia terlonjak, ketika bel apartemennya ditekan secara berulang. Ia yakin jika itu bukanlah Wonwoo, karena prianya adalah sosok yang sabar. Tidak seperti seseorang diluar sana.
Netranya segera beralih pada Interkom yang berada di samping pintu. Mulut Jimin ternganga tidak percaya, dan bertepatan dengan itu sosok dibalik pintu menekan kode pengaman yang jelas hanya diketahui oleh Wonwoo dan dirinya.
Pintu dibuka dengan kasar, membuat tubuh Jimin yang masih berdiri dibalik pintu segera bersimpuh di lantai yang dingin. Ia meringis merasakan sakit pada kakinya, namun Jimin seketika mendongakan kepalanya saat tetesan air mengenai permukaan wajahnya.
Ia meronta pada sosok Jungkook didepan sana yang berjalan semakin mendekatkan kaki panjangnya pada Jimin, kemudian menendang pintu dengan kasar.
"Sialan."Jungkook mengumpat dengan bibir sedikit bergetar, mengingat dirinya yang nekat menerobos hujan.
Jimin ingin bangkit, namun tangannya segera diinjak oleh Jungkook. Menimbulkan tangis Jimin dalam diam.
"Siapa yang menyuruhmu berdiri?"marah Jungkook yang semakin membuat Jimin meraung.
Woonie
Jangan bukakan pintu untuk siapa pun, Jiminie. Aku akan segera kesana, karena adikku berusaha melukaimu.[](...Musim dingin)
●●●
Fyi, Jiminny aku ganti jadi cwok ya. Klau masih ad yg salah ketik nggak usah takut untuk kasih tau aku.
Don't forget to vote, all 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice [KM]
FanfictionBegitu banyak untaian kalimat yang ingin Jimin katakan mengenai dirinya. Dia yang bisu, hingga dianggap tak layak untuk hidup. Namja itu hanya bisa mendendam semuanya dalam diam, tanpa mampu menyuarakan keinginannya. Hari-hari kelamnya dimulai saat...