18. Malam panjang...

7.5K 1K 41
                                    

Jungkook merutuki keputusannya sendiri. Berkat Wonwoo, dia jadi menerima ajakan Jimin untuk menggunakan tiket selama 3 hari itu. Ia akan bersiap untuk pergi menuju ke sekolah dasar semasa ia kecil dulu.

Jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam, tapi hawa dingin sudah mulai menjalar keseluruh tubuh. Jungkook yakin jika malam ini akan semakin dingin, mengingat sekarang adalah pertengahan musim dingin.

Dia segera melajukan motornya dengan kecepatan kencang. Entahlah, sesuatu memaksanya untuk segera bersitatap dengan wajah manis milik Jimin. Jungkook berjanji akan mewujudkan keinginan kakaknya, sebelum terikat suatu hubungan dengan Chaejin.

"Diluar dingin, bodoh."Jungkook berujar dengan dingin seraya menyampirkan coat cokelat miliknya di bahu sempit milik Jimin.

Namja manis itu menoleh dengan senyum merekah. Dia segera menunjukkan post-it miliknya pada Jungkook.

Kukira Jungkookie tidak akan datang.

Jungkook terdiam dengan tubuh yang duduk di samping Jimin seraya ikut menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang telah disediakan oleh Jimin.

"Ini demi kebahagiaan Chaejin Noona, dan hyung."

Tentu. Kapan Jungkook pernah memikirkan perasaan seorang Park Jimin. Bagi Jungkook, Jimin adalah seonggok sampah yang sibuk menjilat kesana kemari.

Chaejin Noona selalu nomor 1 di hatimu. Kekeke.

Keduanya terlarut dalam hening selama beberapa saat, hingga sosok mungil di samping Jungkook mulai menyadari sesuatu.

Aku membuat ramyeon, karena Wonwoo hyung menyukainya. Tapi, dia tidak datang.

Tangan mungilnya memberikan semangkuk ramen pada Jungkook. Alis Jungkook mengernyit ketika merasakan sesuatu yang aneh, saat menyentuh permukaan mangkuk ramen.

"Sudah berapa lama kau menunggu?"

Jimin dengan cepat kembali menulis di post-it miliknya.

Sejak sore tadi. Aku ingin melihat betapa indahnya matahari terbenam.

Jungkook menghela nafas panjang, lalu mulai menyantap ramennya dengan malas. Ekor matanya dapat melihat sosok Jimin yang sibuk memberikan tatapan berbinar padanya.

"Lain kali jangan begitu. Kau bisa mati membeku nanti, dan aku akan jadi tersangka utama."Jungkook berucap seolah Jimin adalah perempuan yang sangat merepotkan.

Jimin mengangguk dengan kedua mata sayu. Dari dulu memang begitu. Ia selalu menyusahkan orang lain.

Suara sendawa yang keluar dari mulut Jungkook membuat Jimin terkekeh pelan. Kemudian, dia mulai menyandarkan kepalanya pada bahu bidang milik Jungkook.

Jimin ingin hidup normal. Kencan layaknya sepasang kaki yang saling mencintai, jadi izinkan Jimin untuk bertingkah egois kali ini.

Kedua matanya terpejam. Lalu, terbuka untuk mengamati hamparan bintang yang ada di langit malam musim dingin. Jimin tersenyum. Sungguh, dia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.

Aku suka brown dwarf.

Alis Jungkook terangkat ketika membaca tulisan Jimin. "Kenapa tidak sirius, Canopus, atau Arcturus?"

Jimin kembali menunjukkan mata bulan sabitnya yang begitu menawan. Dan Jungkook tidak menampik, jika jantungnya berdebar dengan ritme yang lebih cepat ketimbang biasanya.

Karena aku sadar siapa diriku. Aku tidak layak untuk mendapatkan perhatian dari semua orang.

Dan malam itu, Jungkook menyadari pola pikir Jimin yang sulit. Bersikap terlalu meremehkan dirinya sendiri. Jungkook tahu itu.[]

(...Bertabur bintang)

●●●

Gimana? Ceritanya makin gaje, kah?

Sebelumnya terima kasih banget untuk yang udah sempatin vote dan baca. Itu suatu penyemangat aku untuk lanjutin ff ini.

Salam hangat dari Jimin yang dalam tahap melupakan Wonwoo 💕

A Silent Voice [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang