Wonwoo menatap sosok hangat Chaejin yang duduk dihadapannya. Suara hujan disana seolah teredam dengan suara manis milik Chaejin yang bercerita mengenai kunjungannya ini ke salah satu panti asuhan milik keluarganya.
Pria itu ingat, jika beberapa menit yang lalu Jungkook mengirimkan pesan padanya dan Chaejin agar segera bertemu di cafe milik perusahaan Wonwoo. Dan keduanya menyanggupi itu, karena kebetulan Wonwoo bersama Chaejin saat itu.
Jemari Wonwoo bergerak untuk mengelus permukaan tangan Chaejin yang halus, kemudian diikuti oleh senyuman seindah bulan sabit dari Chaejin.
"Kenapa adik ipar meminta kita bertemu saat hujan begini?"Wonwoo mengangkat bahu. Melupakan fakta jika adiknya adalah sosok pria yang berbahaya.
Pintu cafe dibuka secara kasar oleh seorang pemuda berbadan kekar. Dia Jungkook yang diikuti oleh Jimin. Pria bermarga Jeon itu masih setia menyeret Jimin agar mengikuti setiap langkah kakinya.
"Hai, adik ipar."Jimin tertegun mendengar sapaan yang dilontarkan oleh Chaejin. Belum lagi sosok Wonwoo yang tadi didapatinya tengah mengenggam jemari milik yeoja anggun di hadapannya.
Jungkook ikut tersenyum, ketika melihat wajah manis Chaejin yang begitu menenangkan.
"Oh, dia siapa? Kekasihmu?"tanyanya antusias seraya menarik tangan Jimin dari genggaman Jungkook.
Tak ada yang menyahut, namun Chaejin tidak terlalu menghiraukannya. Sebab dia telah membawa Jimin ke ruangan kerja milik Wonwoo, berusaha mencarikan pakaiannya yang cocok untuk Jimin.
Kini hanya tersisi dua kakak beradik itu. Wonwoo berusaha menahan emosinya, mengingat jika Jungkook adalah adik kandungnya ia jadi mengurungkan niatannya untuk meninju wajah tampan sang adik.
"Apa yang kau lakukan?"nada bicaranya terdengar geram, namun tak digubris sama sekali oleh Jungkook.
Sang adik melipat kedua tangannya di depan dada. "Pilihlah keputusanmu."
Wonwoo mulai tidak tenang. Digebraknya meja dengan tidak sabaran, kemudian menarik kerah baju sang adik.
"Berhenti bersikap kekanakan."
Jungkook dibuatnya berdecih, dengan tatapan nyalang pada Wonwoo. "Harusnya aku yang bilang begitu."
Mata Jungkook berkaca-kaca, membuat Wonwoo seketika merasa ada yang salah dengan adiknya. Dilepasnya cengkraman dari kerah baju Jungkook, lalu menatap pada sosok Chaejin dan Jimin yang berjalan menuruni anak tangga.
"Kekasihmu sangat manis, Jung. Kau beruntung."Chaejin berucap setibanya ia dan Jimin di meja tempat keduanya berada. Chaejin mengambil tempat di hadapan Jungkook, lalu Jimin dihadapan Wonwoo.
Sedari tadi Jimin terus menundukan kepalanya, tanpa menghiraukan ketiganya yang tengah hanyut dalam obrolan diiringi tawa lebar, membuat Jimin semakin merasa sakit.
Wonwoo hanya mempermainkanku.
Dugaan Jimin semakin diperkuat dengan Wonwoo yang tertawa seolah-olah Jimin tidaklah menjadi beban disana. Tak ada raut merasa bersalah sama sekali di wajahnya.
"Kau harus cepat menyusulku, Jung. Jimin terlihat serasi denganmu."[]
(...Kebahagiaan Jimin)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice [KM]
FanfictionBegitu banyak untaian kalimat yang ingin Jimin katakan mengenai dirinya. Dia yang bisu, hingga dianggap tak layak untuk hidup. Namja itu hanya bisa mendendam semuanya dalam diam, tanpa mampu menyuarakan keinginannya. Hari-hari kelamnya dimulai saat...