11. Kehilangan

5.2K 390 38
                                    

Don't forget to play your media 👌

Boleh klik 🌟 dulu gak? ^^

Mungkin seharusnya dari awal gak pernah ada kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin seharusnya dari awal gak pernah ada kita. Sehingga ketika kata 'kita' itu menjadi tiada, aku tidak ikut hilang menjadi asa.

-Abyan Cetta Reynand-

Hujan baru saja berhenti satu jam yang lalu. Tapi langit masih terlihat begitu kelabu. Awan hitam saling berarakan menutupi cahaya mentari untuk barang sekadar menyinari. Dedaunan kering masih berguguran di atas tanah.

Sementara aroma tanah basah, kelopak-kelopak mawar, serta isak tangis semuanya masih ada. Isak tangis dari orangtua yang kehilangan anaknya. Sahabat yang kehilangan tempat berbaginya. Serta kekasih yang kehilangan separuh jiwanya.

Semua menangis dan menciptakan alunan melodi sedih yang menyayat hati. Di samping nisan kayu, sepasang suami istri tidak berhenti menangis hebat melepas putri semata wayangnya dipeluk bumi. Lalu di sampingnya lagi ada Juni dan Riris, berdiri berdampingan menyeka air mata yang terus berjatuhan beserta isaknya yang tidak berhenti.

Sementara semua menangis, Byan hanya berdiri. Diam mematung masih tidak percaya dengan waktu yang begitu kejamnya merenggut sisa-sisa kemampuannya berdiri. Merenggut sisa-sisa kemampuannya bertahan di muka bumi ini. Merenggut seluruh kemampuannya untuk percaya bahwa dunia masih mau berbaik hati padanya.

Satu persatu orang-orang dengan payung hitam membubarkan diri. Menyisakan makam itu dengan kerabat terdekat. Tapi Byan masih berdiri di sana. Diam memasang wajah dengan ekspresi tidak terbaca. Putri yang berdiri di sampingnya tidak berhenti memperhatikan Byan.

"Yan," panggil Putri hati-hati ketika Byan mulai memalingkan wajah dari makam si kekasih hati. Ia sempat menengadahkan kepala menatap langit yang semakin gelap seperti jelaga. Memejamkan mata ketika gerimis mulai kembali turun.

Bersamaan dengan seluruh sesak yang ada di dadanya Byan berusaha menutup mata. Langit seolah paham dengan apa yang Byan rasa. Tetesan-tetesan kecil itu menyentuh kelopak matanya. Tapi sekali lagi, Byan tidak menangis. Ia malah tertawa. Tertawa dengan suara yang amat menyayat hati.

Byan menertawakan keadaannya yang terlihat menyedihkan. Byan baru saja kehilangan. Tapi ia menolak percaya bahwa Tuhan mengambil seseorang yang selama ini menjadi penopangnya untuk kuat. Byan menolak percaya bahwa ia semakin merasa sendiri. "Yan," Putri menyentuh pundaknya ketika hujan semakin deras.

Semuanya sudah benar-benar membubarkan diri. Menyisakan Byan dan Putri di makam. Bahkan Rafa yang sedari tadi juga terlihat sama terlukanya, sudah pergi bersama keluarga Sheeva.

"Gua yakin ini cuma mimpi," gumam Byan lirih.

"Yan," panggil Putri lagi dengan suara lebih lirih dari sebelumnya. Berusaha menyadarkan bahwa keberadaannya di sini menandakan Byan tidak lagi ada di dalam mimpi. Menyadarkan bahwa dingin angin yang bertiup itu bukan ada-ada. Keberadaan mereka di tempat ini bukan sebuah halusinasi.

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang