31. Tentang Perasaan

3.2K 256 19
                                    

Don't forget to play your media. 👌

Akhirnya aku bisa sejenak mengambil napas. Membiarkan oksigen masuk ke dalam diriku. Sejenak bersantai duduk minum teh bersama orang yang terkasih. Tidak perduli bagaimana besok. Yang penting bagaimana menikmati hari ini.

-Abyan Cetta Reynand-

"Rasanya udah lama banget kita gak begini ya, Yan?" suara Tesa yang lembut menemani sesapan Byan pada teh hangat yang tidak terlalu manisnya. Byan tidak terlalu suka teh yang terlalu manis.

Anak itu mengangguk. Meraih tangan hangat ibunya dengan pandangan lurus menatap jalan basah bekas hujan. Kue kering buatannya juga tidak lupa ada di sana. Menemani dua orang yang sudah lama sekali tidak bersua.

Alexa ada di dalam, dia masih menyeduh satu teh lagi untuk dirinya. Byan tadi ingin membantu, tapi ia menolak. Katanya Alexa bisa sendiri. Jangan remehkan dirinya hanya karena kekurangannya.

"Mama jadi inget dulu, Mama juga sering begini di halaman rumah. Tapi bedanya, Mama ngetehnya ditemenin Papa, dan kamu asik main robot di halaman," katanya berusaha membuka cerita lama. Cerita lama yang tidak pernah usang apa lagi bosan untuk diingat.

"Byan kan udah gede sekarang. Jadi kita bisa ngeteh bareng. Mama gak perlu liatin Byan main robot."

"Kamu bandel banget dulu tuh."

Byan terkekeh. "Dulu itu, kan ..."

"Tapi kayaknya sekarang juga masih ya?" tanya Tesa tertawa kecil.

Tidak terima, Byan menepuk-nepuk punggung tangan Tesa sambil berdecak. "Enak aja. Nggak dong. Byan kan udah gede, bukan anak kecil lagi."

"Bohong banget kamu tuh. Dulu kamu inget gak kamu pernah ngisengin anak tetangga kita?" Tesa lihat Byan mulai turut berpikir. "Itu loh, anak kecil yang kamu ceburin ke got dulu. Nakal banget deh kamu dulu, Yan." Tesa sekarang tertawa renyah begitu ingat kelakuan anak laki-laki satu-satunya itu.

"Tiap kamu nakal nih, Papa yang selalu ngomel walaupun akhirnya dia sendiri yang minta maaf. Sedangkan kamu, malah ngumpet di belakang punggung, Mama."

Byan tersenyum geli mengingatnya Kenangan itu seperti sudah lama sekali dikubur. Sampai rasanya begitu cerita itu dibuka, Byan baru saja menyadari banyak cerita yang cukup bisa ia kenang harusnya. Cerita lucu, menyenangkan yang terkubur oleh banyak rasa sedih dan kehilangan.

Tapi sekarang. Di sampingnya ada Tesa. Perempuan yang selalu saja tanggap tiap kali ia jatuh dari sepeda roda duanya. Perempuan yang tangannya tidak pernah lelah mengusap punggungnya hingga tertidur. Senyum Tesa benar-benar obat.

Dan ternyata mengobati rindu cukup sederhana dengan mengenang. Dan Byan menyadari hal lain yaitu, kenangan itu ada dan tetap tinggal di sana. Meski lamanya waktu memisahkan mereka, kenangan itu tinggal. Menetap dan tidak pergi.

Kenangan kenangan lain turut berdatangan. Seperti ketika dulu Byan digendong di atas pundak ayahnya sementara mamanya memegang tangannya dari samping. Suasana bahagia dari sebuah keluarga itu pernah ada. Byan pernah merasakannya. Sesaat menyadari itu, tarikan napasnya jadi sedikit berat.

Sebenarnya Byan yang menenggelamkan diri. Sehingga semua perasaan bahagia itu turut pergi.

"Yan," panggilan namanya diserukan. Bersamaan dengan Alexa yang bergabung dengan mereka sekarang.

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang