24. Kamu Hanya Cukup Di Sini

3.5K 274 57
                                    

Don't forget to play your media 👌

Semesta mengirimkan kamu pasti dengan alasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta mengirimkan kamu pasti dengan alasan. Entah dipertemukan untuk menjadi pelajaran hidup atau untuk menjadi teman hidup. Yang aku tau, saat ini, detik ini, aku hanya ingin kamu ada di sini.

Kamu hanya perlu tetap di sini. Tersenyum dan menggenggam tanganku.

-Putri Alya Safiqha-


"Dek, dek bangun! Udah siang nih. Kok pada tidur di sini?"

Byan mengerjapkan mata berulang-ulang begitu merasa tubuhnya diguncang-guncang. Ketika kelopak matanya terbuka, Byan langsung menyipit berkat sinar matahari yang menyorot langsung ke bola matanya yang bening.

Putri di sampingnya melenguh dengan tubuh diselimuti jaket. Sementara sosok yang baru saja membangunkannya masih bertolak pinggang melihat Byan yang belum sepenuhnya kembali dari alam mimpi.

"Ngapain pada tidur di sini? Mana berduaan begini lagi. Mesum ya?" semprot bapak dengan sarung batik melingkar di pundaknya.

Mata Byan membulat dan ia langsung bergeleng kuat disertai tangannya yang meminta Putri bangun. "Enggak lah Pak, saya anak baik-baik. Mana ada mesum. Put, bangun, Put."

Setelah bising yang mengganggunya sedari tadi, Putri akhirnya bangun. Mengerjap beberapa kali lalu matanya melotot dan menarik diri dari posisi bersandarnya.

"Kok?" kalimat Putri tidak jadi dilanjutkan begitu melihat Byan memasang wajah datar sudah siap marah jika Putri mengajukan pertanyaan seperti 'kok kita bisa tidur di sini?'

"Sudah sana kalian pergi buruan kalo emang kalian gak aneh-aneh. Daripada nanti orang-orang liat kalian tidur di pos ronda kayak gini dan berpikiran aneh-aneh kayak saya," sergah bapak itu.

Byan mengangguk. Tidak lama sosok bapak tadi pergi dan Byan menatap Putri dengan pandangan aneh. Putri membalas tatapan itu dengan satu alisnya yang terangkat serta kerutan halus di dahinya.

Seperti menerjemahkan apa yang ada dikerutan dahi Putri, Byan mendengus lalu tersenyum singkat. "Ah udah, gak usah dipikirin. Ayo ke rumah Remon dulu." Byan menurunkan kaki dan menarik tangan Putri.

"Mau apa?" tanya Putri datar. Selain nyawanya yang belum sepenuhnya kembali, Putri malas ke mana-mana sekarang. Ngilu di seluruh tubuhnya memohon Putri untuk tidak memaksakan tubuhnya berjalan ke sana ke mari.

"Gak usah debat ayo ikut," ajak Byan lagi paksa. Sampai Putri akhirnya menjejakkan kaki di aspal dan mengaduh pelan serta raut wajahnya yang berubah. Tanpa sedikit pun bicara, mengeluh sakit juga meringis, Putri berdiri dalam diam. Tapi Byan bisa melihat bagaimana perubahan wajah itu untuk menutupi rasa sakitnya.

Byan tersenyum pahit. Ia lupa soal kaki Putri yang banyak luka. "Sori, sori, gue lupa. Duduk, duduk. Nih pake sendal gue," titah Byan melepas sandalnya yang menaruhnya di dekat kaki Putri.

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang