23. Sama-sama Bertahan

3.8K 268 41
                                    

Don't forget to play your media. 👌

Semesta menjadikan hadirmu seperti membawa cahaya di gelapnya malam. Seperti membawa hangat di dinginnya senja. Seperti membawa hujan di tanahnya gersang. Semesta memberi obat dari segala luka.

-Putri Alya Safiqha-


Setelah bertengkar dengan Remon, Byan memilih untuk tidak tidur semalaman. Meski kadang kantuk menyerang, Byan malah merasa malas untuk memejamkan mata.

Di sana dia duduk di balkon kamar. Bukan di atas kursi. Tapi di lantai. Duduk bersila seperti anak kecil yang sedang tidak bisa tidur di malam hari sambil menatap ke luar.

Byan tercenung sendirian ditemani suara jangkrik yang sesekali terdengar tidak terlalu kentara. Tangannya kadang bermain di pagar balkon besi sambil ia mengulum senyum.

Ia sedang memikirkan kejadian barusan. Byan baru saja mengajak Remon bertengkar yang lagi-lagi karena egonya. Mungkin pertengkaran tadi terlihat sepele. Tapi tidak begitu untuk Byan.

Bertemu Bagas, ayahnya tidak pernah semudah itu. Apa lagi setelah melihat raut wajah benci Alexa yang terus terngiang ketika Byan menemuinya. Sudah berapa banyak Alexa terluka oleh ayahnya?

Ah, bahkan terlalu banyak. Itu membuat Byan benci dengan Bagas setengah mati.

Byan berdecih kecil. Menatap langit gelap tanpa tabur bintang. Menarik napas panjang dan mengembus lewat bibir.

"Sheev ..."

Nama itu yang keluar akhirnya dari bibir Byan. Setelahnya Byan tersenyum kecut. Lagi-lagi ia seperti orang bodoh yang bicara sendiri.

"Aku harus apa?"

Angin berembus lembut. Memainkan rambut Byan dan juga mengusap pipi Byan. Membuat matanya terpejam.

"Aku terlalu pengecut untuk ketemu Papa, Sheev. Aku bahkan bingung mau nemuin Mama dan Alexa. Tapi barusan aku malah ribut sama Remon."

Byan menarik kedua kakinya menekuk di di depan dada. Dipeluk kakinya dan ia taruh kepalanya di atas lutut. "Aku bodoh banget yaa ... Aku harus apa?"

Saat Byan mengangkat kepala. Kembali memendarkan mata pada lampu jalanan.

Samar-samar Byan melihat seseorang berjalan melewati gerbang rumah. Keningnya langsung menampilkan banyak kerutan. Byan lihat jam yang ada di sudut kamar Remon. Sekarang sudah jam 2 malam, kenapa masih ada orang berkeliaran di sekitar sini, pikir Byan.

Tadinya Byan tidak begitu tertarik. Ya takut juga kalau yang barusan lewat bukan manusia. Tapi Byan malah berdiri mengambil ponsel serta jaket Remon di balik pintu.

"Tapi gue kayak kenal sama jaket itu orang," ucap Byan yang akhirnya mendasari alasannya untuk keluar dan mengikuti ke mana orang tadi.

***

Setelah berlari cukup jauh dan tidak tahu sudah di mana. Akhirnya Putri memutuskan untuk tetap jalan tanpa tujuan. Ke mana pun kakinya membawa, Putri ikut. Asal dia jauh dari ayah tirinya itu.

Ketika sudah merasa cukup pegal, Putri duduk di sebuah kursi taman sepi tanpa orang berlalu lalang. Ia memijit kakinya mulai betis hingga pangkal kaki. Sesekali Putri juga melihat kakinya yang lecet gara-gara berlari di atas aspal tanpa alas kaki.

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang