46. Tertangkap

3.4K 262 49
                                    

Kadang semesta menguji kita hanya karna ingin tau tentang kepercayaan kita. Semesta ingin tau, apa kita percaya dengan akhir bahagia atau tidak.

-Putri Alya Safiqha-

"Ehm!"

Tiba-tiba saja dehaman Leo di belakang menyudahi proses pelepasan rindu Byan dengan Putri tadi. Putri langsung membuang wajah dan menutup bibirnya yang sedikit basah.

Sedangkan Byan pura-pura tidak melakukan apa pun.

Menit berikutnya yang terjadi adalah suasana kaku seperti es batu dalam freezer. Sementara di belakang Leo menahan tawanya. Padahal perutnya sudah sangat geli sekali  ingin memuntahkan tawa.

"Kenapa, Le?" tanya Byan berusaha santai. Tapi masih dengan wajah kaku. Sumpah demi selang infus yang masih menempel di tangan Byan, Leo ingin sekali tertawa. Wajah Byan yang malu-malu ini sangat tidak cocok.

Menurut Leo wajah itu hanya cocok untuk cowok-cowok polos yang baru sekali melakukan ciuman. Sedangkan Byan? Halah ... dunia persilatan, dunia perkuliahan, bahkan dunia gaib juga rasanya tahu kalau Byan adalah mantan playboy cap kaki tiga. Iya, mirip dengan nama larutan memang.

Jadi, soal ciuman mah hal sepele. Makanya Leo rasanya dari tadi mau ngakak liatin tingkah lucu Byan.

"Remon udah sadar. Gue mau ajak lo ke sana," jawab Leo sama santainya.

Byan berdeham pelan. "Oh. Iya udah tolongin bantuin gue ke sana."

Leo membantu memutar kursi roda Byan menuju pintu. Tapi dia sempat berbalik dan mengajak bicara lagi gadis yang masih duduk diam di ranjangnya.

"Kamu istirahat aja. Aku mau liat Remon sama Rafa dulu."

Putri mengangguk dan tersenyum. Dibalas juga senyuman hangat Byan. Dipandangnya Putri lama sampai akhirnya tubuh Putri tidak lagi terlihat setelah kursi rodanya melewati pintu. Byan masih menyimpan senyum meski sudah keluar dari ruangan. Masih terbayang bola mata bening kecokelatan Putri yang turut tersenyum.

Sambil menuju ruang rawat Remon, Leo berdeham lagi. Yang pertama, kedua dan ketiga masih diabaikan. Akhirnya Leo batuk lebih keras.

"Berisik ege, Le!"

"Malu gara-gara ke-gep?"

"Bacot Le ah," kilahnya membuang wajah ke arah lain.

Tawa Leo membahana. "Sumpah lo gak pantes banget dah malu-malu gitu gara-gara ke-gep ciuman. Kayak baru sekali aja lo kissing."

"Tolol lu mah Le emang, dateng di saat yang gak pas. Merusak momen," sungut Byan jika ingat adegan tadi yang langsung berhenti karena kedatangan Leo.

Leo kembali tertawa yang membahana. "Mana gue tau lo mau kissing di dalem jir. Lagian selang infus aja masih nepel. Tapi bibir udah nyosor-nyosor aja lo, kayak soang."

"Namanya kangen, Le. Taken makanya! Biar tau kangen."

"Aelah, gak butuh gue taken. Kalo mau cp mah tinggal ke kelab cari siapa yang lagi nganggur."

Kali ini Byan yang tertawa melihat teman bodohnya ini yang sama sekali tidak berubah. Suka mesum dan senang sekali main dengan cewek di bar. Ditaboknya Leo dengan tangan kiri Byan yang tidak ada jarum infus.

"Goblok! Mau sampe kapan main cewek terus lo ha?"

"Menurut teori yang pernah gue baca. Selama masih muda, kita harus puas-puasin dah maen tuh cewek. Jadi nanti pas udah nikah gak main lagi biar bisa serius sama satu orang."

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang