43. Alasan

3K 256 101
                                    

Orang yang paling berpotensi menyakiti adalah orang yang paling dekat dengan kita.

-Abyan Cetta Reynand-

Pening yang membuat kepala Byan makin berat menyebabkan pandangannya buram meski sudah susah payah ia membuka mata. Ada sekelebat bayangan wajah Gerald yang menyeringai begitu melihatnya jatuh terkapar. Byan tidak tahu apa itu ilusinasi atau nyata.

Dan pertanyaan itu terjawab begitu Gerald benar-benar berjongkok di depan kepalanya yang basah dengan darah, disertai senyuman.

"Halo, Yan?"

Rasa pening menghunjam kepalanya lagi. Gerald? Gerald benar-benar menyeringai! Itu bukan ilusi. Kenyataan itu membuat kepalanya seperti mau pecah. Kenapa? Kenapa tiba-tiba Gerald begini?

Byan menyentuh kepalanya yang menjadi sumber sakit ke seluruh tubuhnya itu.

"Kenapa? Gue mukul lo kekencengan ya?" tanya Gerald dengan nada dingin. Putri menjerit-jerit dan terus meronta sia-sia.

Gerald mendengus. "Ayo dong bangun! Masa dipukul gitu aja KO, gembel lo, Yan."

"Ge? Kenapa?"

Gerald menautkan kedua alisnya. Bibirnya sedikit terlipat ke bawah meremehkan pertanyaan itu. Ia berdiri sambil memain-mainkan balok kayu yang menjadi senjatanya untuk memukul Byan tadi.

"Kenapa?" Gerald berjalan mengitari tubuh Byan. "Kenapa ya?" lagi-lagi nada meremehkan itu.

Byan mengangkat badannya yang terasa ditindih oleh besi ber-ton-ton untuk duduk. Ia berpegangan pada kursi Putri. Menatap Gerald dengan kebingungan. "Jadi selama ini lo sekongkol sama Remon, Ge?"

Gerald membelalak. Semenit kemudian ia tertawa. Keras sekali sampai rasanya gendang telinga Byan ingin pecah. Bukan hanya karena suara Gerald memenuhi isinya. Tapi karena tawa itu merendahkan dirinya seolah dia adalah manusia tertolol di muka bumi, sehingga dengan mudahnya teman-temannya berkhianat tapi tidak sedikit pun ketahuan.

"Lo tuh emang tolol ya, Yan?"

Gerald menarik satu kursi di sudut ruangan yang tak terpakai. Ia duduk dengan kaki bersilang di atasnya. "Lo bilang Remon itu sahabat lo. Katanya Remon itu yang paling deket sama lo? Katanya Remon satu-satunya yang paham lo. Tapi baru kayak gini aja lo udah percaya Remon berkhianat."

Byan mengernyit. Tidak paham apa maksudnya. Dan kernyitan itu dibalas senyum miring Gerald.

Cowok itu sekarang berdiri dan berjalan menuju kursi yang diduduki oleh seseorang dengan kepala ditutup oleh karung goni. Byan tidak begitu menyadari keberadaan orang itu karena terlalu fokus pada Putri.

Begitu karung goni itu terbuka yang Byan lihat adalah Remon. Remon dengan wajah babak belur dan dalam keadaan setengah sadar. Mata Byan membulat sempurna. Seketika Byan seperti merasa inti jantungnya dihunus pedang tajam. Yang dia lihat benar-benar Remon dalam keadaan tidak berdaya.

"Remon?" lirih Byan.

Ia kehilangan kendali akan tubuhnya. Seluruh kerangka tubuhnya bagai meleleh seperti lilin yang terbakar. Byan tersungkur melihat Remon sedemikian rupa.

"Bisa-bisanya lo ngira sahabat baik lo ini berkhianat? Lo tuh emang sahabat yang brengsek ya, Yan? Harusnya, sebagai sahabat yang baik, lo tuh percaya sama Remon, Yan," ucap Gerald merendahkan Byan lagi. Sekarang ia kembali tertawa puas sebelum suara pintu diketuk membuatnya diam.

Gerald membuka pintu dan orang-orang dengan kepala berseibo masuk membawa Rafa dan Riris dengan mulut dilakban hitam dan tangan diikat tambang.

"Kok cuma dua? Satu lagi mana?"

Abyan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang