Bahkan pelangi pun butuh hujan untuk muncul. Termasuk bahagia. Kita perlu tau sedih agar bahagia terlihat seindah pelangi.
-Putri Alya Safiqha-
"Ayo buruan nanti terlambat! Aduh lagian kamu tuh ya udah dibangunin dari pagi kebo banget heran. Semalem emang ngapain? Main PS deh pasti! Udah buruan ih!"Putri memutar bola matanya jengah sambil memasukan ponselnya ke dalam tas. Setengah jam lagi acara wisuda dimulai. Tapi Byan, pacarnya, oke sepertinya perlu diralat. Sebenarnya Byan dan Putri tidak pernah meresmikan hubungan mereka jadi sepasang kekasih atau merubah status mereka menjadi pacaran. Mereka pikir begini saja cukup.
Ya begini, saling melengkapi, saling menyayangi, saling mendukung satu sama lain dan berkomitmen untuk terbuka satu sama lain. Tidak perlu embel-embel pacaran juga sudah cukup.
Begitu sih kata mereka.
Tapi mau sebegimana Putri dan Byan beralasan. Teman-teman mereka tetap beranggapan mereka pacaran. Jadi, ya anggap saja mereka pacaran.
"Put! Byan mana?"
"Belom dateng. Telat bangun katanya."
"Astaga! Konde emak gue ketinggalan di rumah dia kayaknya, suruh bawa jangan lupa."
"Konde?" Putri melongo. "Konde yang mana, Jun?"
"Elah, itu pas yang kemaren abis dari salon kita mampir ke rumah Byan. Tas isi konde mak gue kayaknya ketinggalan di sana. Bilangin suruh bawa gitu."
"Lah elo lagian bisa-bisanya konde ketinggalan. Gak pernah-pernahnya lo teledor," cibir Riris yang hari ini mengenakan kebaya berwarna merah marun yang ditutupi oleh toga dan rambutnya di gerai.
Sedangkan Juni hari ini memakai kebaya berwana hijau daun yang cerah dan ngejreng. Dengan tatanan rambut ala-ala sanggul modern gitu. Tapi untungnya hari Putri mengenakan kebaya berwarna cokelat keemasan. Kalau saja Putri sampai memakai kebaya warna kuning.
Lengkap sudah mereka bertiga seperti lampu lalu lintas, atau rainbow cake yang dijual di simpang jalan kampus, ketika mereka melepas toganya.
"Udah buruan WA si Byan."
"Kenapa gak sendiri aja sih, Jun?"
"Kalo gue bisa sendiri gak minta tolong lo. Gak ada paket nih abis."
"Yaudah iya," tandas Putri akhirnya. Daripada lebih panjang lagi urusan. Putri akhirnya mengetik pesan untuk Byan perihal konde ibunya.
"Lagian pacar lo bener-bener dah Put. Masa hari wisuda gini dia telat. Gak paham lagi gue ama tu manusia."
"Bukan Byan namanya kalo tepat waktu dan gak bikin heboh dunia," cibir Juni berlebihan dan dengan spontan tangan Riris meraup wajah Juni.
"Astaga udah pake kebaya nyinyirnya gak ditahan. Malu sama kebaya, minta maap!"
Juni mendengus. "Ih! Abisnya kebangetan. Kurang dari setengah jam lagi nih acaranya mulai! Tapi anaknya? Batang idungnya aja belum keliatan."
"Sabar-sabar. Kenapa jadi lo berdua yang emosi sih? Kan yang dari pagi nelfonin Byan itu gue?!"
"Lah iya ya?" Juni melirik Riris. Riris balik melirik lalu mereka terkekeh. Sementara Putri harus mengelus dada. Mengabarkan hati pada dua cewek di depannya ini.
"Ayo! Ngapain pada di sini? Duduk di sana. Bentar lagi acara di mulai." Suara Rafa memecah keresahan mereka. Rafa hari ini terlihat jauh lebih tampan dengan toganya. Terlihat sangat pas dan menambah karismanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyan [Completed] ✔
RomanceDIPRIVATE SECARA ACAK [SEQUEL REGRET] || tapi kalau mau baca ini langsung gapapa. Follow terlebih dahulu untuk membaca. ? Cinta tidak melulu datang dari orang yang kalian suka. Cinta tidak melulu datang dari pandangan pertama. Setidaknya begitu. A...