Yusuf

5.4K 159 1
                                    

Seseorang yang tengah duduk diantara segerombolan pria dan wanita, menatap langkah Sheril yang semakin mendekat padanya, ia tersenyum senang, bisa melihat senyum gadis itu lagi.

Namun senyumnya surut saat ia melihat Sheril melintasinya begitu saja, lalu duduk untuk bergabung dengan beberapa orang tak jauh dari mejanya.

Sheril tersenyum dan menghabiskan bakso tahu yang ada dihadapan seorang lelaki, mereka bercakap dan lelaki itu segera bangkit.

Matthew si pelaku yang menjadi pengamat Sheril menunduk dan tersenyum kecut, ia mengaduk jus alpukat yang hanya tinggal setengahnya saja.

Dulu segala kelucuan Sheril adalah miliknya, segala perhatian dan tingkah manja gadis itu adalah miliknya, hingga ia melakukan kesalahan fatal karena tergoda oleh gadis lain diluar sana.

Barulah, setelah Sheril bersama lelaki lain ia menyesal, apalagi lelaki itu adalah Yusuf, lelaki yang semua orang anggap biasa saja padahal tidak biasa, Mathew kembali melirik pada Yusuf, sesuatu tercokol dalam dadanya antara hasrat ingin memiliki kembali dan rasa ingin merelakan saja, melepaskan.

°

"Aa!"

Yusuf menoleh mendengar panggilan itu, lalu ia tersenyum dan sedikit bergeser, memberi ruang kepada gadis cantik itu untuk duduk disebelahnya, lalu Nina yang datang bersama Sheril mengambil duduk disamping Ikbal sahabat karib Yusuf yang juga memang sahabatnya.

"Kemana si gorengan tempe?"

"Biasa Na, ketahuan tidur dikelas, jadi si boyong deh ke ruang guru."

Nina menganggukkan kepalanya, paham dengan kebiasaan Tomi si gorengan tempe.

Sheril sudah mengambil baso tahu milik Yusuf membuat lelaki itu menghela nafas berat.

"Mau beli apa Cher?"

"Nasi goreng aja ya a, aku laper banget."

"Lo mau apa?" Yusuf mengalihkan perhatiannya pada Nina.

"Samain aja deh biar Lo ngantrinya enak."

Yusuf mengangguk dan segera berlalu, sementara Sheril sudah menghabiskan baso tahu milik Yusuf.

"Lo kayaknya kebiasaan deh sher, suka ngabisin makanan Yusuf," tanya Ikbal.

"Gue juga gak tau bal, ini udah jadi kebiasaan baru gue."

"Oh jadi sama yang dulu engga?"

Sheril memutar bola matanya, malas menjawab apa yang ditanyakan Ikbal.

"Sory elah, gue kan pengen tau kegiatan anak populer."

Sheril tersenyum, namun senyumnya hanya membentur satu garis tipis, "demi tuhan gue lebih nyaman kayak begini bal."

Yusuf sebenernya tidak perlu mengantri karena gerombolan anak kelas satu yang sedang mengantri langsung membukakan jalan untuknya, ia segera mengambil nampan dan menaruh 2 nasi goreng diatasnya.

Lalu berjalan menuju mejanya kembali, menuju gadisnya, namun sesuatu membuat Yusuf sempat menghentikan langkahnya beberapa detik, saat seseorang tertangkap basah sedang memperhatikan Sheril, gadisnya!

"Makanan datang!"

"Yeayyyy.." balas Sheril antusias, yusuf menjadi tersenyum karenanya.

Yusuf memberikan satu piring pada Nina dan satu piring untuk dirinya dan Sheril, ya mereka makan sepiring berdua, bukan karena ingin romantis, tapi memang porsi nasi goreng disini sangat banyak, tak jauh beda dengan Yusuf dan Sheril, Nina berbagi nasi gorengnya dengan Ikbal yang dengan senang hati diterima oleh lelaki itu, itu lah sebabnya ia sangat antusias saat Nina memesan nasi goreng yang porsinya jumbo ini.

"Ehm!"

Suara deheman membuat ke 4 remaja yang sedang asyik makan menoleh.

"Gue boleh gabung?"

Sheril melongo tak percaya Matthew menjulang disebelahnya, meminta izin untuk bergabung, seketika suasana tidak enak, ia merasa canggung namun saat Yusuf mempersilahkan, Sheril sedikit merasa lega.

"Hai Cher apa kabar?" Tanya Matthew to the point, kini Matthew duduk 90 derajat disampingnya.

"Baik."

Matthew kembali tersenyum mendengar jawaban singkat gadis itu. Namun ia percaya gadis itu pasti akan luluh suatu saat, pasti!

Terjadi keheningan beberapa saat, sampai akhirnya ada meluncur pertanyaan Matthew yang membuat rahang Yusuf mengeras.

"Besok ada acara engga Cher? Gue mau ajak Lo jalan, boleh kan Suf?"

°

Sheril masih saja gusar saat Yusuf tak kunjung bicara, sejak pertanyaan Matthew yang berujung keheningan, Yusuf tidak angkat bicara, hanya mengatakan pada Matthew bahwa semuanya tergantung Sheril.
Setelahnya ia mengantarkan Sheril ke kelas lalu menjemput kembali ke kelas saat pulang sekolah tiba.

Sheril menghela nafas panjang, saat ia sudah naik motor pun, Yusuf masih bungkam, membuat Sheril bingung apa yang harus ia lakukan, Yusuf menarik gas dan mereka bergerak jalan, entah kemana, karena jalan yang mereka tuju bukan menuju jalan rumah Sheril atau Yusuf namun Sheril terlalu takut untuk bertanya.

TINNNNN!

Suara klakson motor membuat Yusuf nyaris kehilangan keseimbangan, Sheril yang terlonjak kaget langsung memeluk Yusuf erat, tiba-tiba saja ada motor yang memepet pada mereka, menggerak-gerakkan Gerungan motornya lalu meresap begitu saja.

"Aa takut," cicit Sheril saat merasakan tubuh Yusuf menegang, Yusuf meminggirkan motornya lalu mengusap tangan Sheril yang melingkar ditangannya.

"Tenang, ga apa-apa tadi orang iseng aja."

"Aku takut a."

"Jangan takut, ada aa."

Sheril menjawab sambil terus menenggelamkan kepalanya pada pundak Yusuf, Yusuf mengulum senyum melihat Sheril, karena itu artinya gadis itu meminta perlindungan padanya.

My Hidden BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang