Sudah dua hari ini mood Gibran kurang baik, ia jadi sering marah hanya karena masalah sepele, misalnya saja adik tingkatnya yang terlambat rapat, adik tingkatnya yang lupa memberikan surat untuk BEM atau sekedar temannya yang bernyanyi lalu melow.
Baru dua hari Gibran dan Melodi tidak terlihat bersama, mulai berhembus kabar bahwa mereka berpisah, apalagi siang ini ada seorang pria bule yang sibuk mencari Melodi, huh untung saja ia bisa melihat Melodi setelah satu jam berkeliling mencari gadis itu.
"Honey!" Teriak Josh sambil terus melangkah.
Namun Melodi masih asik mengobrol dengan Sandra, Galih dan beberapa temannya di kantin.
"Melodi Honey Sweety!" Teriak Josh lebih keras termasuk kumpulan anak teknik mesin yang bermarkas dipojok kanan kantin.
Melodi menoleh lalu menganga, Josh disana sedang melambai dan memanggilnya dengan honey, mampus gue!
"Hai Sweety!" Panggil Josh saat sudah dekat dengan meja Melodi, "Halo semuanya." Josh melambai pada teman-teman Melodi.
Saat mereka semua hanya melongo menatap Josh lelaki bule itu malah terkekeh, lalu membuat ekspresi yang membuat Melodi semakin meringis malu, "duh aku malu nih dilihatin."
Melodi sudah menutup wajahnya dengan tangan, ia sangat malu saat ini, Josh memang benar-benar tidak bisa diajak kerjasama.
"Aku duduk ya!" Josh duduk disebelah Sandra, membuat Sandra salah tingkah, tapi justru Josh melirik pada Galih yang kini menatapnya bingung. Ganteng!
"Josh! Lo ngapain kesini?" Tanya melodi berbisik walau masih bisa didengar teman yang duduk satu meja dengannya.
"Duh aku kangen sama kamu, lagian aku bosen diem terus di rumah."
Brukkkkk!
"Him!" Pekikan mahasiswa di sudut kanan kantin membuat semua menoleh, ada beberapa pasang mata yang melihat Gibran menendang meja kantin hingga berbalik, lalu lelaki itu pergi begitu saja.
Melodi menggaruk kepalanya, rasanya ia ingin merebus Josh sekarang, "elo cari mati Josh!"
Tergesa, Melodi segera berlari menyusul Gibran, ia tidak tahu bahwa Gibran disini karena lelaki itu tidak pernah menghampirinya, tidak pernah menghubunginya bahkan disusul ke kosannya juga tidak pernah ada.
"Semoga lelaki itu tidak marah sama kamu ya honey, semangat sayangku!" Teriak Josh membuat seisi kantin menganga.
Benar-benar cari mati!
❤️
Nafas Melodi rasanya habis karena harus mengejar Gibran, ini kesempatan dirinya bertemu dengan lelaki itu, saat didapatinya lelaki itu menuju himpunan, Melodi memukul kepalanya sendiri mengapa ia tidak terfikir bahwa lelaki itu akan berada disarangnya.
"Him." Salah satu mahasiswa yang sedang nongkrong didepan himpunan, menunjuk keberadaan Melodi dengan dagunya, Gibran menoleh lalu cuek memasuki himpunan yang diikuti Melodi sampai masuk ke salah satu ruangan khusus ketua.
"A.."
"Kamu tidak pernah diajarkan sopan santun? Masuk ke ruangan orang lain tanpa permisi dulu?" Tanya Gibran datar tanpa menoleh ia sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.
Gerakan Melodi terhenti, dadanya terasa remuk, hatinya sakit mendengar ucapan Gibran. Gibran sendiri setelah menemukan binder ia duduk di singgasananya dan membuka laptop, ia sibuk dengan laptopnya sendiri.
"Ada yang bisa saya bantu? Saya rasa saya masih ada urusan organisasi disini."
"Tapi aku mau ngomong aa." Rengek Melodi.
"Saya rasa tidak ada yang harus dibicarakan, kekasih kamu mungkin menunggu kamu dikantin, lagi pula saya banyak pekerjaan." Gibran memperlihatkan setumpuk kertas pada Melodi.
"Maaf aku ganggu waktu aa."
Gibran tidak tahu, gadis itu sedang menahan air matanya yang akan tumpah, setelah memastikan Melodi pergi Gibran menoleh pada jendela, melihat punggung gadis itu yang bergetar.
Seandainya Melodi tahu bahwa Gibran sesungguhnya lebih hancur dari ini.
🖤
Ada salah satu hal yang bisa menyelasaikan masalah dimuka bumi yaitu, bicara. Ungkapkan apa yang kalian pikirkan atau apa yang kalian rasakan pada pasangan agar komunikasi diantara keduanya dapat berjalan baik.
Namun Melodi tahu bahwa ia terlalu egois, ia ingin Gibran mengerti, kali ini saja ada hal yang tidak ingin Melodi ceritakan siapa itu Josh.
Walau matanya sudah sembab dan tubuhnya mulai lelah, Melodi masih bertahan duduk lesehan disebelah mobil Gibran, tepat disamping kemudi, jadi bisa ia pastikan ia akan bertemu dengan Gibran sekarang.
Angin malam mulai membuat melodi menggigil, ia meremas air mineral yang tinggal seperempatnya, perutnya juga mulai lapar, padahal waktu sudah melewati pukul sepuluh malam.
Sebetulnya, perutnya sudah berdemo meminta asupan makanan, tapi ia takut jika meninggalkan parkiran, ia tidak akan bertemu Gibran. Dengan bibir yang memutih, Melodi bersandar lalu menutup mata.
🖤
Gibran berjalan dengan langkah cepat, sudah malam ketiga ia menginap di himpunan, badannya terasa remuk jatah tidurnya berkurang sehingga kopi menjadi teman setianya beberapa hari terakhir ini.
Mata Gibran memicing melihat satu sosok sedang duduk di aspal dan bersandar pada mobilnya, ya tuhan! Walah wajah itu tertutup rambut Gibran bisa tau bahwa gadis itu adalah Melodi.
Dengan langkah cepat Gibran hendak menghampiri gadis itu namun saat langkah keenam, bayangan pria bule bernama Josh mengganggu fikirannya, membuat ia memilih berhenti melangkah dan mendekat remote.
Pip!
"Aduh!"
Melodi membuka mata, lalu mengusap keningnya yang terkantuk mobil karena kaget, ia membuka mata dengan sempurna saat melihat Gibran berdiri dihadapannya, ia langsung berdiri.
"A!" Senyum Melodi merekah walau sedetik berikutnya ia menyernyit karena pusing yang mendera kepalanya.
Gibran masih diam, menatap Melodi dengan tatapan datar.
"Aku mau bicara a." Cicit Melodi.
Gibran masih saja diam, ia melangkah lalu menarik Melodi agar bisa menjauh dari mobilnya, tubuh Melodi tergeser kasar, lagi gadis itu merasakan sakit bukan hanya hatinya tapi juga fisiknya.
"A, sebentar."
"Minggir."
"Aku mau bicara."
"Minggir!"
Suara Gibran naik satu oktaf, membuat Melodi meringis takut, tapi otak bebalnya tidak menyerah begitu saja, ia merentangkan tangannya semakin menghalangi Gibran.
"Biarin aku bicara." Jeritnya.
Gibran memandang Melodi dengan datar, ia mengeram, "apa?" Putusnya kemudian.
"Maaf, aku belum bisa jelasin siapa Josh sebenarnya."
Ucapan melodi membuat dada Gibran sesak untuk apa gadis itu bicara jika hanya kata itu yang terucap.
"Minggir!" Kini Gibran menarik cukup kuat Melodi agar benar-benar menjauh, setelah Melodi menjauh lelaki itu masuk kedalam mobilnya.
"Maaf a." Gumam Melodi yang masih bisa didengar oleh Gibran saat ia akan menutup pintu.
Tangan Gibran mencengkram erat stir apalagi saat ia menyadari bahwa suhu tubuh Melodi tinggi dan wajahnya Pucat, mencoba mengabaikan gadis yang terlihat lemah itu, Gibran segera melajukan mobilnya.
❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomanceMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....