Pilihan

1.3K 73 1
                                    

Terima kasih untuk vote dan komennya, aku sangat berterima kasih untuk suntikan semangat dari kalian. 🖤🖤🖤🖤🖤

❤️


Josh menurunkan Melodi, lalu tersenyum pada Gibran, "Hai!" Sapanya ramah.

"Siapa Lo?"

Josh maju lalu menyodorkan tangannya, "Josh!"

Gibran hanya memandang tangan Josh, ia tak menjawab, ah sial! Maksudnya bukan nama cowok itu tapi ada hubungan apa antara mereka.

"Siapa dia?" Tanya Gibran yang kini melangkah menuju Melodi.

"Di.. dia.."

"Ya ampun Baby aku kan udah bilang Josh, masa dia gak ngerti sih!" Josh memotong ucapan Melodi, malah lelaki itu kini mendekati Melodi dan merangkulnya.

Melodi meringis sambil menurunkan tangan Josh dari pundaknya.

"Siapa dia Melodi?" Desak Gibran, tangannya sudah mengepal kuat, tapi ia berjanji tidak akan memukul orang lagi.

Rasa panas menjalar didada Melodi, Gibran memanggilnya Melodi? Baru kali ini Gibran begitu. Sementara Josh masih diam tak mengerti.

"Melodi!" Sentak Gibran dengan suara tinggi.

"Jangan kasar!" Balas Josh.

"Kamu diam!"

"Melodi, dia siapa sih kenapa kasar? Mending kamu pulang aja, jangan ganggu kami."

Gibran mengeram, melangkah lalu menarik kaos Josh, "gue gak ngomong sama Lo bangsat!"

Setelahnya Josh terkapar karena terdorong kuat, "a stop dia Josh, temen aku dari Jerman."

"Temen?"

"Ia a dia bakal tinggal disini."

"Di kota ini?"

"Bukan, saya tinggal dirumah ini dengan Melodi." Jawab Josh ringan, yang kemudian meringis karena ia mendapat satu tonjokan dari Gibran.

"Dia bohong kan?"

Melodi menunduk, ia mengigit bibir bawahnya, matanya sudah berkaca, "be..betul a."

Menggeleng kuat, Gibran menatap kedua manusia itu bergantian, ia merasa tidak ada artinya berada disini, ia fikir melodi memang masih miliknya tetapi ternyata Melodi sudah menjadi milik orang lain, apakah perjuangan dia selama ini sia-sia?

"Tolong pilih Cher, dia pergi atau aa yang pergi?" Tanya Gibran yang syarat akan permohonan.

"A itu bukan pilihan. Aku gak mungkin biarin Josh pergi dari sini a."

"Kenapa?"

"A Josh butuh aku." Rengek Melodi karena bingung harus menjelaskan apa.

"Dan kami fikir aa gak butuh kamu?"

"A.."

Gibran menaikan tangannya diudara, menghentikan ucapan Melodi
sudah jelas Melodi memilih lelaki itu, artinya dia kalah, ah! Bodohnya Gibran selama dua tahun dia setia menunggu Melodi tetapi gadis ini malah sudah bersama dengan pria bule.

Walau langkahnya terasa berat, Gibran berbalik menuju pintu, melangkahkan kakinya keluar rumah mewah itu.

Gue kalah.

"Aa!" Panggil Melodi dan mengejar Gibran, ia menarik tangan Gibran dan langsung memeluknya, "maafin aku, maksud aku bukan gitu a."

"Gitu gimana?"

"Plis a aku butuh waktu untuk jelasin semuanya."

Mata Gibran memejam erat, gadis ini sudah jelas memilih lelaki lain. Gibran menarik melodi untuk menjauh darinya, tanpa kata dia pergi meninggalkan Melodi yang sudah menangis sambil memeluk tubuhnya.

"Dia lelaki itu?" Tanya Josh yang diangguki Melodi, "dia salah paham? Kenapa kamu engga bilang yang sejujurnya tentang kita?"

"Aku belum siap, aku cuma mau kamu aman." Jawab Melodi yang kemudian berlalu menuju kamar tidurnya.

❤️

"Kuncuppppp!" Pekikan Nina membuat Gibran menutup wajahnya dengan bantal, "elo gila ya! Ngapain kesini malem-malem!"

Gibran hanya diam, dia kemudian mengambil selimut dan menyelimuti dirinya sendiri. "Dasar gila!"

Nina menghentakkan kaki, ia mengambil ponselnya segera, "Bintang sobat Lo gilanya kumat, dia tiba-tiba masuk ke kosan gue, terus ngerusakin barang."

Lapor Nina pada bintang via telepon, "cup Lo kenapa sih!" Nina menarik selimut miliknya karena tak berhasil ia mengambil alat make up yang berhamburan dilantai.

Jadi tadi waktu Nina sedang merendam baju dikamar mandi, tiba-tiba saja pintu kamar kosannya terbuka dan terdengar suara benda berjatuhan, Nina segera memakai kaos karena sebelumnha hanya menggunakan tangtop  saja dan bergegas keluar kamar mandi.

Betapa terkejutnya Nina melihat Gibran, sudah tertidur di kamarnya dengan nafas terengah-engah dan benda-benda diatasi meja hiasnya berhamburan, untung foto dia dan Bintang tidak rusak kalau rusak Nina berjanji akan membuat Gibran tidak bisa jalan besok.

"Cup Lo kalau gila di kontrakan Sono, jangan di kosan gue, gue capek cup!" Keluh Nina pasalnya ia baru saja beres-beres kosan.

"Yang!" Panggil Bintang dari luar yang langsung masuk kekamar Nina karena pintu terbuka lebar.

"Tuh sobat Lo!" Nina menunjuk dengan dagu.

"Lo kenapa Gib?"

"..."

"Gib?"

"..."

"Cup Lo ga denger apa, Lo kenapa sih?" Kali ini Nina gemas sendiri ia sudah berhasil membereskan alat make-up nya.

"Gue sebrengsek itu? Sampai Cherry tega selingkuh dari gue?" Tanya Gibran yang masih menutup wajahnya dengan bantal, nafasnya terengah-engah.


Bintang dan Nina Saling pandang, tak lama mereka berdua tertawa terbahak-bahak, membuat Gibran bangkit dari tidurnya dan segera melayangkan bantal kearah Nina, dengan sigap Bintang memeluk Nina, membuat punggungnya terkena pukulan mau bantal Gibran.


"Bego Lo, kalau kena Nina gimana?" Omel Bintang kesal.


Nina masih terkekeh sampai matanya berair, memang menggoda Gibran adalah hal yang menyenangkan, jadi keputusan mereka berdua untuk hanya sebatas bersahabat saja memang baik adanya.


"Sadar cup, Lo gak pernah nembak Sheril lagi, jadi wajar aja kalau Sheril kepincut cowok lain."


"Nina! Cowok itu dari Jerman, bule! Itu artinya mereka sudah menjalin hubungan sudah lama, terus kenapa gue harus mati-matian merjuangin dia sedangkan dia sendiri udah punya cowok."

"Itu emang cowoknya?" Tanya Bintang.


"Iya karena Cherry lebih memilih tinggal dengan lelaki itu dibanding milih gue."


"Wajarlah bule, pasti ganteng kayak pacar mba Mili."

Kedua lelaki itu mendengus, kesal dengan ucapan Nina walau hati mereka mengiyakan. Setelahnya Gibran memilih meninggalkan pasangan itu, apalagi melihat wajah Nina yang sudah senyum gak jelas dan bintang yang sudah merah padam.


Masalah gue sama Cherry aja udah banyak.

❤️

My Hidden BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang