Menurut Kalian, Melodi cocoknya sama siapa?
Gibran?
Josh?Aku pengen denger suara kalian boleh?
🖤
Bintang menekuk wajahnya, ia duduk dilantai, matanya menatap lurus televisi, tetapi tidak ada yang ia dapat dari tayangan tersebut, moodnya sedang turun drastis, ia memutar kunci motornya berkali-kali, kemudian berdecak saat Nina melewati dirinya.
Kini ia bersandar pada ranjang, kepalanya juga ikut bersandar, salah satu kakinya ditekuk untuk menopang tangannya yang memegang kunci motor. Bintang memejamkan mata, ia menertawakan dirinya sendiri, bahwa seorang Bintang tidak akan pernah menjadi prioritas selama ada Gibran.
"Bin." Nina mendekati Bintang, duduk disebelah lelaki itu lalu mendekapnya erat, "maaf."
Tangan Bintang mengusap pelan puncak kepala Nina, ia menoleh sedikit kebelakang, sebetulnya ia memiliki rencana berobat ke dokter, karena sudah tiga hari ini tubuhnya terasa tak enak, ia juga sering mimisan. Semalam Nina sudah setuju untuk mengantarnya.
Satu jam lalu Bintang datang ke kosan Nina, merasa aneh karena ada mobil Gibran terparkir didepan kosan pacarnya itu, pintu memang terbuka lebar, jadi ia langsung masuk saja dan melihat Gibran sedang terbaring di ranjang Nina.
Tak lama Nina datang membawa kompres, oh ternyata tubuh Gibran panas, lelaki itu sudah tertidur, menurut Nina lima menit yang lalu lelaki itu baru datang, ia mengatakan semalaman menjaga Melodi, saat didapati tubuhnya panas, Nina meminta lelaki itu berbaring sementara dirinya mengambil air Kompresan ternyata saat kembali Bintang sudah berada dikamarnya.
Bintang merasa dicueki oleh Nina, karena gadis itu sibuk mengurusi Gibran, sampai membuatkan bubur, padahal dirinya juga sedang sakit dan akan berobat, tapi Nina seakan lupa. Apa Nina masih ada rasa sama Gibran?
Darah segar mengalir dari hidung Bintang, dengan segera ia mengusap hidungnya dengan tangan.
"Nina, bisa minggir, gue mau ke kamar mandi." Pinta Bintang.
Nina bergeser lalu segera bangkit, ia melihat punggung Bintang yang menghilang dibalik bilik kamar mandi, kemudian ia melirik pada Gibran, sungguh debat untuk Gibran sudah tidak ada hanya saja ia terlalu peduli pada lelaki yang sejak dulu menjadi sahabatnya itu.
Cklek...
Pintu kamar mandi terbuka, Bintang melangkah keluar lalu menyambar tasnya, mengambil tisue diatas meja hias untuk mengusap wajahnya yang basah.
"Gue pulang dulu."
Nina tercekat, menatap Bintang dengan suara dinginnya, "tunggu sebentar Bin, aku..."
"Kayaknya Gibran lebih butuh kamu daripada aku, kayaknya Gibran lebih utama dari aku."
"Bin." Nina bangkit, berdiri dihadapan Gibran, "kamu apa-apaan sih?"
Bintang tersenyum sinis, kepalanya terasa berdenyut nyeri, "gue duluan, sampaikan pada Gibran, semoga lekas sembuh."
"Bintang!" Seru Nina karena Bintang sudah keluar dari kamarnya, "Bin.." lirih Nina sambil menutup wajahnya, ia menangis.
Gibran sekuat tenaga membuka matanya dan membuka mulutnya, namun ia sama sekali tidak bisa melakukannya pusing dikepalanya sungguh hebat, yang Gibran bisa lakukan adalah memaki dirinya sendiri, karena ia tahu hubungan Nina dan Bintang kali ini ada diujung tanduk karena ulahnya.
🖤
Gibran mengerutkan kening saat Tomi tergesa mengeluarkan mobil, sedangkan farel membawa tas berukuran sedang juga bantal dan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomanceMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....