Rama duduk diruang keluarga, ia merengut melihat Sheril memakai baju tidur tetapi membawa tas jinjing dan kunci mobil, sejenak ia tertegun melihat gadis yang sedang tumbuh itu mengangkat rambutnya untuk di Cepol.
"Mau kemana Mel?"
Sheril menatap Rama malas, karena om om satu itu selalu saja kepo dengan urusannya, ya wajar saja konon sebelum Sheril lahir hingga remaja sekarang, Rama dan Dirga bersahabat.
"Om mau tau aja sih!" Ketus Sheril.
Rama tertawa pekan lalu menyimpan map yang sedang ia baca, ia menatap Sheril lekat, selalu saja Sheril merasa tidak nyaman ketika Rama menatapnya seperti itu.
"Aku mau ke rumah Nina, bye om!" Sheril segera berlalu, membuat Rama terkekeh, ia menggelengkan kepala, setidaknya jika bersama Nina ia tidak begitu khawatir, Dirga dan Namira sedang tidak berada disini, mereka sedang ke luar negeri jadinya Rama dan Tania yang mengawasi Sheril.
°
Sheril memukul setirnya karena ia terjebak macet, padahal jarak rumahnya ke rumah Nina dapat ditempuh 20 menit saja tanpa macet, tapi ini Sheril sudah menghabiskan satu setengah jam hanya terjebak kemacetan.Akhirnya ia membuka aplikasi yang membantu Sheril mencari jalan alternatif, dengan kemajuan teknologi Sheril membelokan mobilnya kearah jalan yang belum pernah ia lewati.
Jalan perkampungan yang cukup sepi, hanya beberapa motor saja yang terlihat melintas, Sheril mengigit bibir bawahnya saat ia menyadari sesuatu, ia merasa takut, amat sangat takut, saat ia melewati areal pemakaman umum, keringat dingin sudah keluar dari sudut pori-pori nya.
Setelah sekian ratus meter yang menegangkan Sheril menghela nafas karena ia kembali menemui perkampungan penduduk, matanya beredar karena kembali khawatir, pasalnya perkampungan ini semakin sepi tidak ada aktifitas warga yang terlihat.
Ah jangan lupakan waktu yang sudah bergerak semakin malam, menginjak angka setengah 11.
Ponsel Sheril yang sengaja disenyapkan membuat Sheril tidak menyadari betapa banyak telepon yang masuk kedalam ponselnya.
Kitttttt
Jantung Sheril berpacu cepat sampai ia menginjak gas dalam-dalam, saat melihat sepeda motor yang ia kenali, sepeda motor yang sudah berbulan-bulan menemani dirinya, menjadi saksi kisah cintanya dengan Yusuf.
Yusuf? Itu sepeda motor Yusuf?
Dengan penasaran yang mendominasi, Sheril menghalau rasa takutnya gadis itu segera memarkirkan mobil dan turun dari mobil kemudian menyebrang karena ingin memastikan penglihatannya, hap! Stiker YS terpasang disana, stiker yang sama dengan apa yang terpampang dibelakang mobilnya, stiker yang sengaja mereka buat yang merupakan nama inisial mereka dan semakin yakinlah Sheril saat melihat plat nomor cantik yang ia yakini milik Yusuf.
Mata Sheril beredar mencari apa saja, mencari tanda-tanda keberadaan kekasihnya itu, saat ia melihat beberapa orang keluar dari pagar tinggi yang menjulang, Sheril bibirnya naik ia seakan mendapatkan angin cerah, segera ia beranjak menuju pagar itu.
Namun panggilan Nina membuat Sheril mau tidak mau menjawab telepon Nina, andai saja telepon yang ia genggam tidak menyala didalam kegelapan seperti ini, ia pasti tidak menyadarinya.
"Lo dimana!"
"Gue gak tau dimana."
"Gila lo ya! Dimana Lo! Om Rama nyariin Lo!"
"Gue dijalan mau ke rumah Lo, macet, gue lewat jalan kampung, eh gue lihat motor aa masa."
Nina diujung telepon sana menelan ludah, wajahnya langsung memucat.
"Lo..."
"Gue share location aja deh ya!"
Sheril mematikan sambungan teleponnya dan segera memasuki pintu tersebut, ia sempat merasakan merinding saat mendengar suara gaduh didalam sana, namun tidak terdengar sampai keluar, sepertinya memang tempat ini ditutupi oleh peredam suara.
Sheril sempat menahan nafas saat melihat beberapa remaja sepertinya berciuman, namun ada juga yang saling jotos, berantem, saling memukul entah karena apa, Sheril semakin ketakutan tapi karena rasa penasaran yang semakin tinggi ia semakin masuk kedalam ruangan tersebut, mengabaikan tatapan aneh beberapa remaja yang ngeh dengan keberadaannya, keberadaan seorang wanita yang menggunakan baju tidur berbanding terbalik dengan wanita lain yang berada disana yang kebanyakan berpakaian seksi atau ketat.
"Gibran!"
"Gibran!"
"Gibran!"
Sheril mendengar ada suara yang menyerukan nama Gibran, ia teralihkan dengan gerombolan itu, segera Sheril menyelinap kesana, melihat apa yang terjadi.
Mulutnya langsung menganga saat melihat seseorang disana, sedang berkelahi dengan lelaki yang badannya jauh lebih besar, seseorang yang tidak pernah sekalipun Sheril lihat sebringas ini, memukul dan menendang tanpa ampun.
Gadis itu tidak mengedipkan mata saat tiba-tiba lelaki itu menoleh, lalu terperangah sebelum menghindar dari pukulan lawannya dan menendang dalam satu kali hentakan yang membuat lawannya tumbang, suasana semakin tidak terkendali saat beberapa orang saling dorong mendorong namun Sheril masih diam, menatap lurus lelaki itu dengan rasa tidak percayanya.
"Sher.."
"Gib!!!!"
Dalam sekejap mata Sheril berada dalam pelukan seseorang.
"Anjing!" Lelaki itu mengumpat saat mendapat pukulan dipunggung demi melindungi Sheril, nyaris saja Sheril menjadi korban dari ke bringasan orang-orang didalam sini. Dalam sekali hentakan lelaki itu langsung menarik Sheril keluar dari tempat sialan itu, tempat ia yakini akan merubah hidup damainya sebentar lagi, juga akan merubah hubungannya dengan gadis super cantik dalam dekapannya.
Sheril yang wajahnya masih terbenam pada dada lelaki itu masih didominasi rasa tidak percaya.
Setelah sampai di dekat mobil Sheril, lelaki itu melepaskan Sheril dan segera merangkum wajahnya.
"Sher dengerin aa dulu okay.."
"Ini aa?" Sheril sungguh tidak percaya dihadapannya berdiri Yusuf dengan penampilan yang tidak ia kenali, celana jeans sobek dan kaos belel.
Sheril merasa sangat bodoh saat teringat nama asli Yusuf, Gibran Yusuf.
Dan orang didalam tadi meneriakan nama Gibran, itu artinya lelaki dihadapannya ini kan? Lelaki kalem nan baik hati yang walau bukan termasuk anak hits tetapi tetap menjadi idola adik kelas.
"Ia ini aa, Sheril dengerin aa dulu.."
"Tadi apa a? Tadi aku lihat aa berantem, itu tempat apa a? Kenapa aa ada ditempat kaya gitu?"
Ucap Sheril dengan tenang, membuat Yusuf frustrasi sendiri, ia lebih memilih Sheril yang mengamuk daripada terlihat tenang dibalik rasa tidak percayanya seperti ini.
"Sher maafin aa, aa ga maksud.."
"Kenapa aa ga pernah bilang a?"
"Sayang..."
"Kenapa aa sembunyiiin semuanya dari aku?"
"Sayang dengerin aa, aa cuma ga mau."
"Cuma gamau Sheril tau kan a, aa sembunyiiin ini dari Sheril, aa bilang kita harus saling percaya, aa ga percaya kan sama Sheril makanya aa seperti ini, aa menyembunyikan semuanya."
Sheril masih bertahan dengan suara tenangnya.
"Tolong dengerin aa sher.."
Sheril melepaskan tangan Yusuf dan segera berbalik, namun Sheril terpekik saat ia melihat Yusuf tersungkur, karena Yusuf menerima satu tonjokan tepat ditilang rahangnya dan pelakunya adalah, Rama!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomansaMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....