Bintang dan Nina saling tatap saat melihat layar ponsel bintang bergetar dan memunculkan nama Miliana disana, Nina langsung cemberut, bintang menggeser tanda merah keatas lalu mengusap tombol pengeras suara.
"Halo.. Bintang?"
"Ya mba?"
"Mba mau ketemu kamu bisa?"
Nina sudah bangkit namun Bintang menahan lengan Nina, kekuatan Bintang membuat Nina kembali duduk menyamping namun kini dipangkuan Bintang, lalu lelaki itu memeluknya erat.
"Bintang?"
"Ada apa mba?"
"Ada yang mau mba bicarakan?"
"Harus ketemu?"
"Ini sangat penting Bintang."
"Kirim aja alamatnya."
"Oke! Mba kirim alamatnya dan kamu langsung berangkat ya, penting banget soalnya."
Bintang melirik jam dinding kamarnya, "oke."
"Ajak Nina ya? Biar gak salah paham."
"Maksud mba?" Kali ini suara Nina yang terdengar, gadis itu langsung membungkam mulutnya.
"Oh.. kamu lagi sama Nina? Baguslah, halo Nin bisa ikut Bintang ya? Mba mau ngobrol."
"I.. iya mba."
"Jangan lama, mba tunggu, penting." Lalu obrolan itu terputus. Tak lama muncul pesan dari Miliana yang berisikan alamat salah satu cafe.
"Yuk.." ajak Bintang pada Nina yang udah pasang raut wajah siap menerkam.
🌸
Bintang dan Nina berjalan beriringan, memasuki cafe, sejak meninggalkan kontrakan mereka tak saling bicara, Bintang membiarkan Nina diam, ia hanya takut salah bicara.
Bintang melihat Miliana disana, namun ia melihat wanita itu tidak sendirian melainkan bersama dengan seorang pria.
Nina juga melihat itu, melihat lelaki yang ganteng luar biasa, membuat dirinya tak berkedip, didik bersama Miliana tipe lelaki yang sudah mapan dan matang. Bule badannya tinggi, besar dan kekar, ia menggunakan kaos yang pas ditubuhnya, Nina yakin ada roti sobek didalam sana.
"Mba Mili?" Sapa Bintang.
"Eh Bintang? Duduk.." Mili menunjuk kursi untuk diduduki Bintang dan segera bangkit untuk bersalaman dengan Nina, "Nina apa kabar?"
"Baik mba." Jawab Nina ada nada keputusan asaan dalam suaranya.
"Bintang kenalin deh, ini mas Evan."
"Bintang Mas, kenalin ini Nina pacar ku." Bintang menjabat tangan lelaki berusia 28 tahun itu.
"Evan!" Balasnya dengan senyum ramah.
"Mau pesan apa?" Tanya Miliana pada Nina.
"Kita baru makan mba."
"Ya udah minum deh." Paksa Miliana. Nina tersenyum canggung.
"Jus jeruk aja deh dua." Jawab Bintang karena Nina masih terlihat kurang nyaman.
"Langsung aja deh ya, udah malem.juga kasian Nina. Mas simpan ponselnya?" Tegur Miliana karena Evan sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Iya sayang."
Mata Bintang membulat mendengar kata-kata Evan.
"Jadi gini Bintang, ini tentang perjodohan."
"Apa sebaiknya aku gak ikut campur?" Potong Nina.
Sadar akan kesalahan pahaman Nina, Miliana segera menahan gadis itu, "dengerin dulu, jadi gini, kita semua tahu kan kalau orang tua aku dan orang tua kamu jodohin kita, tapi aku gak bisa Tang, aku juga tau kamu gak bisa."
"Lalu kenapa mba kesini?"
"Mba kesini karena mau ngobrolin ini sama kamu."
"Jadi gimana mba?" Bintang menghela nafas.
"Kamu tau mba gak bisa nolak ibu dan mba tau bintang juga gak bisa nolak Bu Ratna, jadi gimana kalau kita sama-sama bilang kalau kita gak cocok dan kita udah punya pasangan masing-masing."
Kening bintang berkerut lalu tersenyum setelahnya, "jadi mba mau membatalkan perjodohan ini?"
"Enak aja! Kamu aja."
"Loh kok aku sih?"
"Ya..." Miliana memutar matanya, lalu bibirnya mengerucut, "aku takut dibilang anak durhaka."
Bintang memutar bola mata malas, "dan ngorbanin Bintang?"
Evan menggeleng, ia merasa seperti dalam situasi pertengkaran kakak dan adik, bagaimana bila mereka jadi menikah? Sementara Nina terus menatap Evan karena terkesima dengan ketampanannya.
"Kenapa tidak kalian saja?" Potong Evan, "kalian berdua."
Nina tersenyum mendengar suara Evan, suara yang menurut Nina sexy.
"Jadi kalian bisa buat acara makan malam dan sampaikan kalau kalian itu menolak perjodohan."
Miliana nampak berfikir, Bintang hanya manggut-manggut sementara Nina masih melihat Evan dengan takjub, "kalau kalian perlu bantuan kita, untuk meyakinkan mereka kalau kalian sudah punya pilihan masing-masing. Iya kan, Nina?"
Nina masih memandangi Evan tanpa berkedip ia tak sadar bahwa semua mata kini menatap padanya, "Nina?" Tanya Evan kembali.
"Manis?"
"Apa yang manis?" Tanya Bintang sambil menjentikkan jari didepan wajah Nina dengan kesal.
"Mas Evan."
"Mas Evan?" Tanya Miliana.
Nina mengerjap lalu memandang sekitar, "maksudnya ide mas Evan manis." Ralat Nina kelewt cepat padahal ia tidak menyimak dengan benar.
"Oke kalau gitu biar mba atur makan malam keluarga, nanti kita semua kumpul disana untuk menyatakan ketidak setujuan kita."
Mata Nina membulat, bertemu keluarga Bintang? Ketidak setujuan? Untuk apa? Merencanakan pembatalan perjodohan?
Mati gue!
Karena Nina belum siap untuk berkenalan dengan keluarga Bintang, apalagi ibu Bintang yang begitu ketus saat di bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomansaMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....