Sebuah Pesan

1.9K 95 2
                                    

Nina menggeleng dengan tegas, dihadapannya Gibran sudah gusar, pasalnya Melodi sudah menghilang dua hari ini, tak muncul di kampus atau juga dirumahnya, sudah jelas rumah minimalis itu berpindah pemilik.

"Gak bisa Kuncup!" Nina menoyor kepala Gibran membuat Bintang bergidik ngeri, demi apa yang berani kayak gitu sama Gibran cuma Melodi dan Nina.

"Coba terus dong Nin!" Paksa Gibran.

"Dasar otak landak! Gue udah coba dari semalem Gibran!"

"Nin!" Gibran duduk di lantai, dengan menselonjorkan kakinya, "masa gue baru aja baikan sama Cherry udah kehilangan dia lagi?" Rengek Gibran ia bahkan sampai tiduran dan memukul lantai.

Bintang harus mengulum senyum melihat Gibran, ia seperti bocah 5 tahun yang kehilangan bonekanya.

"Dia gak ada nitip pesen apa gitu?"

Gibran menggeleng, akhirnya ia beranjak dari kosan Nina, tanpa pamit, kemudian pergi begitu saja, saat suara motor Gibran sudah tidak terdengar tawa Bintang menggema di udara .

🌸

Gedung tua itu tidak menyurutkan langkah Gibran untuk memasukinya padahal waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, pengap langsung masuk ke Indra penciuman lelaki itu ketika ia baru saja menginjakan kakinya didepan pintu.

Seorang pria berbadan kekar dan berkepala plontos yang baru saja keluar dari salah satu ruangan, menghentikan langkahnya, merasa heran dengan sosok didepannya saat ini.

"Gibran?" Sapanya, lalu membungkukan badannya, hormat.


Gibran tersenyum masam, "Tora ada?"

"Ada didalam, mau gue panggilin atau mau masuk aja?"

"Gue masuk deh, dah lama gak main."

Lelaki berkepala plontos lagi-lagi membungkuk, lalu berlalu menuju pintu ia menduduki salah satu sofa.

Gibran terus melangkahkan kakinya, tak peduli dengan tatapan heran banyak mata disana.

"Gibran!" Sapa Tora, lelaki yang usianya memasuki setengah abad.

"Bro!" Sapa Gibran, Tora yang tangannya sudah diudara Gibran abaikan begitu saja, membuat lelaki itu berdecak kesal.

"Lagi suntuk? Udah lama gak kemari?" Tora dan Gibran berjalan memasuki sebuah ruangan, ruangan ini sedikit lebih segar membuat Gibran bisa bernafas lebih lega.

"Bantu gue Tor, cari cewek yang kemarin."

"Anak Dirgantara?"

Gibran mengangguk, ia berjalan menuju kulkas lalu mengambil minuman bersoda, ia membukanya lalu meneguk sedikit.

"Bukannya Lo udah ketemu dia?"

"Gila Lo tau aja ya! Sayangnya dia ilang lagi dua hari lalu."

Tora manggut-manggut, ia mengetikan sesuatu pada ponselnya lalu tersenyum licik menatap Gibran, menatap anak muda yang lebih cocok menjadi anaknya, namun ia lebih senang dipanggil Tora oleh lelaki itu, sebab ia seperti merasa memiliki kekuatan yang seimbang juga usia yang sama.

"Dia gak jauh dari kampus Lo Gib."

Pftthhh....

Gibran mengusap mulutnya karena ia baru saja menyemburkan minuman bersoda. "Maksud Lo?"

"Gue baru ketemu Dirga soalnya, baru aja, mungkin sepuluh menit lalu."

Gibran melompat, ia sudah menarik kerah Tora, "Tor jangan buat gue marah!"

Tora malah terkekeh, ia menarik kedua tangan Gibran, ia duduk manis disofa lalu menggelengkan kepalanya.

"Calon mertua lo ngepoin lo ke gue, nanya tentang lo, gue berasa diinterogasi masa!" Keluh Tora.

"..."

"Gue gak nyangka dia hebat juga."

"Lo ngomong apa aja sama om Dirga?"

"Gue ngomong sesuai kenyataan, mengiyakan Lo algojo gue tapi tidak membenarkan kalau Lo playboy, dia gak percaya loh! Berarti Lo pantes jadi playboy Gib!"

"Sialan!"

Lagi, Tora terkekeh, "gue ceritain tentang lo, tentang elo yang setengah gila nyariin Melodi, tentang lo yang cinta mati sama anaknya itu, tentang lo yang kayak orang idiot cuma buat nyariin dia."

"Gue keliatan kayak anak idiot?"

"Iya! Kayak sekarang!"

"Bangke!"

"Serius Gib! Gue cerita semuanya."

"Terus reaksi om Dirga?"

"Dia cuma ngangguk doang, terus ngasih gue kertas ini. gue paham, dia udah tau kalau Lo pasti kesini buat minta bantuan gue."

Sebuah kertas dilipat dengan rapi, didalamnya terdapat salah satu alamat perumahan elit tak jauh dari kampus bahkan dari kontrakannya.

"Ini rumah baru mereka?"

Tora mengangkat bahu, "gue gak tau, gue cuma dikasih kertas itu aja."

"Thanks Tor!" Gibran memeluk Tora sesaat, Tora menghirup nafas dalam, ia selalu merasa bersyukur mengenal Gibran, lelaki baik yang memiliki bakat bela diri luar biasa.

"Jaga dia." Pesan Tora sebelum Gibran berlalu dari hadapannya.

🌸

My Hidden BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang