Pelukan Kenyamanan

1.9K 103 0
                                    

Hari matahari bersinar dengan teriknya, suasana kampus UK pun sedang ramai-ramainya, baik kantin, cafetaria atau taman kampus begitu ramai.

"Hari ini panas banget ya Mel?" Tanya Sandra, Melodi mengangguk ia pun merasakan hal yang sama.

"Lih nitip es teh dong." Pinta Melodi, galih tersenyum tipis dan bergegas pergi.

"Aku keliling juga deh Mel, kamu jaga tempat."

"Sip deh."

Mata Melodi beredar, sejak seminggu yang lalu ia tidak pernah sedetikpun melihat lelaki itu, biasanya ia sering melihat Gibran meski dikantongi atau saat lelaki itu melintas dengan motornya.

Sesungguhnya ia merindukan sosok itu, sosok aa nya, tapi ia sadar permintaannya seminggu yang lalu pasti mematahkan lelaki itu, mungkin saja lelaki itu kini membencinya.

"Brengsek! Lo jalan sama cewek gua hah!"

Melodi menoleh pada meja disampingnya, seorang pria dengan perawakan tinggi berdiri membelakanginya.

"Lo ngomong sama siapa?" Tanya seseorang, melodi menjadi tertarik dengan obrolan itu.

"Sama si bangsat ini!"

"Gue?" Jawab lelaki berkepala plontos.

"Lo jalan sama cewek gua hah?"

Lelaki berkepala pelontos itu terkekeh pelan, ia lantas berdiri, lalu berbisik, karena melodi berada dibelakang mereka, ia bisa dengar apa saja yang dibicarakan cowok plontos itu.

"Gue gak cuma jalan, tapi juga tidur, sayang dia udah gak perawan, kan elo yang merawanin."

"Brengsek!!!!"

Melodi terpekik saat dihadapannya terbaring cowok plontos tadi, rupanya lelaki dengan perawakan tinggi membanting cowok itu.

"Sialan lo!"

Melodi semakin terkejut saat melihat cowok plontos dipukuli dihadapan matanya, sontak ia berdiri dan mundur 2 langkah, tapi badannya bergetar, ia ketakutan saat melihat banyak darah yang dikeluarkan si plontos.

Lalu perkelahian 2 orang itu berubah menjadi perkelahian antar mahasiswa karena rupanya teman si plontos akan menyerang si perawakan tinggi namun dihalangi oleh teman-temannya, pecahlah perkelahian yang melibatkan lebih dari 12 orang tersebut.

"Sheril minggir!" Sayup-sayup ia bisa mendengar suara seseorang, suara Nina yang berdiri panik dari luar kantin.

🌸

"Galau ae him!" Sindir Farel yang baru saja tiba.

"Ganggu ae lu eek kuda!" Timpal Bintang.

"Diem Lo star!" Balas Farel.

"Sialan lo."

"Bodo amat!"

"Lo lagi PMS tong? Sensitif amat kayak alat KB."

"Eh eek ayam Lo tau aja, jangan..."

"Yang.." Bintang mengangkat telepon dari seseorang, membuat kata-kata farel.menggamring di udara, ia memilih mengeluarkan ponsel yang sedari tadi bergetar, "Aku kesana sekarang, jangan mendekat!"

"Gib!" Seru Farel dan Bintang berbarengan.

"Rusuh di kantin." Ujar Farel, Gibran yang sudah faham arti kata rusuh, dimana pasti ada yang berkelahi hanya tersenyum culas.

"Gue lagi gak peduli." Jawabnya singkat.

"Yakin? Kalau gue bilang Sheril lagi terjebak disana, lo masih gak peduli?" Tanya Bintang lantas pergi begitu saja, diikuti Tomi, mereka berdua berlari kencang.

"Ck.. gue ga peduli!" Ucapnya tak yakin.

🌸

"Sher!" Panggil Nina kembali sementara Melodi benar-benar tak bisa bergerak apalagi ia merasakan bau darah disekitaran wajahnya, rupanya ada darah si plontos yang terkena wajahnya.

Melodi mengeluarkan air mata namun ia tidak bisa bergerak, sementara Galih dan Sandra tertahan diluar karena beberapa orang yang menghadang agar tidak mendekat.

Mata Nina berbinar saat melihat Bintang dan Farel berlari ke arahnya, ia merasa lega sekaligus aman.

"Mana Sheril?" Tanya Bintang.

Nina menunjuk kepada Sheril, "bangke semua, masa ngebiarin cewek kejebak kayak gitu!" Gerutu Farel saat melihat yang menghadang mahasiswa lain untuk mendekat adalah adik tingkatnya, sementara didalam sana ada seorang cewek yang sedang ketakutan.

"Kamu diem disini, jangan mendekat." Pesan Bintang yang langsung merangsak masuk.

"Tolol! Lo ga liat ada cewek disana hah!" Maki Bintang, seketika wajah mereka pucat pasi melihat Gibran berlari dan menerobos deretan mahasiswa penghadang.

Dengan segera Gibran, menghampiri Melodi, mencoba membawa gadis itu kedalam sadarnya, saat didapatinya gadis itu terus menangis dan ketakutan dengan tubuh yang gemetar membuat Gibran kehilangan akal sehatnya, demi apapun ia akan menghabisi mereka setelah ini.

"Berhenti!" Teriak Gibran.

Saat tidak ada yang menyahutinya Gibran semakin geram, apalagi gadis di tengah sana sudah terlihat mengerikan.

Brang!

Gibran menendang bangku kayu sampai terlempar dan menembus kaca roda penjual baso tahu.

"Gue bilang berhenti brengsek!" Maki Gibran lagi, seketika semua hening, bahkan si perawakan tinggi pun menghempaskan siplontos yang sudah tak berdaya ke lantai.

"Balik ke himpunan kalian semua."

Mereka semua tidak bergerak, masih melihat Gibran yang terlihat sangat kacau.

"BALIK ATAU GUE HABISIN KALIAN SATU SATU!" Teriaknya membuat semua yang ada disitu berhamburan menuju himpunan mereka masing-masing, termasuk si plontos yang sudah terseok-seok dan si perawakan tinggi yang pucat pasi.

"Cher!" Panggil Gibran, Melodi masih menangis.

Dengan tangannya Gibran mengusap wajah Melodi menghilangkan noda darah yang mengenai wajah cantiknya.

"Cherry, sadar Cher.." Gibran menggoyangkan tubuh Melodi.

"Cherry!" Gibran menangkup wajah Melodi untuk menatapnya, "ini aa Cher! Cherry sekarang akan."

Gibran masih melihat binar ketakutan dimata itu, dengan perasaan takut di tolak Gibran memberanikan diri menarik Melodi kedalam dekapannya, memeluk wanita itu dengan segenap perasaan khawatir yang ia punya.

Awalnya melodi hanya diam, lama kelamaan ia membalas pelukan Gibran dan menangis tersedu-sedu didada yang sangat ia rindukan.

"Aa aku takut." Cicit Melodi disela-sela tangisnya.

"Aa ada disini, jangan takut." Hanya dengan perkataan itu membuat melodi tersenyum samar karena ia sadar ia memang merasa aman.

Nina yang sedang dirangkul bintang tersenyum melihat pemandangan yang luar biasa indah itu, akhirnya mereka semua Bubar meninggalkan dua sejoli yang sedang menikmati kebersamaan mereka sebelum akan ada badai besar yang menghampiri mereka, karena tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang berjanji akan menghancurkan Melodi, ia adalah Revina.

Gadis yang sudah sejak awal kuliah tergila-gila pada Gibran.

My Hidden BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang