Belum di edit.
---
Melodi membenamkan kepalanya pada boneka pica kesayangannya, boneka pica pemberian Yusuf beberapa tahun silam, boneka yang selalu ia bawa kemanapun.
Ia merasakan sangat malu, kejadian tadi siang di kantin kampus benar-benar menamparnya, menampar untuk mengatakan sejujurnya bahwa ia masih menginginkan lelaki itu.
🌸
Si perawakan tinggi yang bernama Rian merapatkan bibirnya saat ia harus merasakan sakit di ulu hatinya, seseorang telah menghantamnya keras, kemudian menekan pundaknya pada tembok.
"Lo mau jadi jagoan disini hah!"
Rian masih diam, tadi siang ia bisa menghajar si plontos Ari dengan membabi buta, tapi kali ini ia berdoa semoga tidak seperti Ari yang saat ini harus di UGD.
"Lo budek heh? Atau kagak mau denger bacot gue?"
"Maaf bang."
"Maaf Lo bilang? Gue tanya Lo mau jadi jagoan?"
"Gue kesel bang."
"Kesel karena dia jalan sama Nuri?"
Rian diam tak bicara, itu memang benar ia kesal karena Ari jalan dengan Nuri.
"Sadar bro, dia cuma mantan Lo." Celetuk bintang yang sedari tadi duduk tak jauh dari mereka.
"Gue ngajarin kalian-kalian bela diri bukan untuk menghakimi orang lain, apalagi didalam kampus, apalagi dengan alasan yang gak masuk akal."
Lagi Rian hanya diam saja, "Lo boleh belain seseorang kalau dia memang patut dibela, Lo tau kan Nuri macam cewek apa?"
"Sadar Ian, Lo sendiri pernah liat tuh cewe ngamar sama om-om, Lo pantes dapetin cewek yang lebih baik dari dia."
Akhirnya Gibran melepaskan cekalannya pada Rian, ia marah pada Rian karena adik tingkatnya itu tidak juga sadar bahwa wanita yang ia bela mati-matian adalah wanita yang salah.
Apakah ia harus berterus terang juga bahwa Nuri pernah menyodorkan tubuhnya pada Gibran?
---
Dengan langkah ringan melodi menyusuri koridor kampus, akhirnya ia bisa pulang setelah dari jam 7 pagi tadi ia mengikuti mata kuliah, Sandra dan Galih memilih pergi ke kantin sementara Melodi lebih memilih untuk pulang, mengistirahatkan tubuhnya lebih lama dari biasanya.
Ia berjalan menuju parkiran motor, mengambil motor kesayangan yang ia beri nama Lea.
Sempat ia terdiam sesaat untuk lalu mengusap wajahnya, udara cukup panas hari ini, gadis yang saat ini memakai kemeja flanel baby pink juga kaos pink fanta mengambil kunci, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan kampus, ia memasukan kunci dan memutarnya.
"Kok engga nyala." Gumam melodi pelan.
Lalu melodi kembali mencobanya kali ini masih sama, Melodi menaruh kepalanya di stang Lea, menyesali nasib sial yang menimpanya, kenapa Lea harus ngadat disaat ia ngantuk berat?
"Perlu bantuan?"
---
Di gazebo tak jauh dari parkiran Gibran dan beberapa anak jurusan Mesin sedang berkumpul, seperti biasa mereka memilih bermain kartu, ada juga yang membawa Gitar.
"Cuy Melodi!"
Radar Gibran langsung aktif saat mendengar nama Melodi, walau awalnya terdengar asing tapi akhirnya ia terbiasa juga.
Ia langsung menoleh kearah parkiran motor, benar saja gadis itu sedang menundukkan kepala lalu beberapa kali menstarter motornya walau gagal.
"Samperin gih." Perintah Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
Roman d'amourMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....