Nina masih menatap pintu kamar Bintang yang terbuka lebar, tak lama motor Bintang terdengar menjauh. Lelaki itu pergi tanpa suara meski sebelumnya ia sempat menendang lemari buku yang membuat lemari itu rusak dan beberapa buku tercecar dilantai.
"Nina..." Suara lembut melodi dihadapannya membuat Nina langsung memeluk Melodi, ia menangis disana.
"Ucup tolong susulin Bintang."
Gibran mengangguk, ia menghampiri Melodi sesaat lalu menepuk pundaknya ringan, memberikan isyarat kalau dia akan pergi darisana.
"Rel.. bantu cari Bintang." Ajak Gibran.
"Si star kenapa?" Farel yang baru bangun tidur sedang menegak air putih.
"Berantem sama Nina."
"Tumben."
"Buruan, gue cari ke atas Lo cari tongkrongan dekat kampus."
Farel mengangguk, bergegas menuju kamar mencari kunci motor.
🌸
Suara musik sebetulnya mengalun indah, didepan sana seorang wanita sedang beraksi didepan sebuah tiang, menggunakan bikini merah cerah, memancarkan keseksian yang ia yakin akan mengugah selera.
Hal itu tidak berlaku bagi Bintang, Bintang duduk di sofa, menyilangkan kaki dan merentangkan tangan, cowok yang kini mengikat rambutnya justru memandang datar wanita itu, ia tidak terbawa suasana yang ada justru ia terbayang perut mulus Nina, bayangkan ia hanya melihat sedikit perut Nina bisa membuat ia panas dingin.
Bintang...
Terdengar sayup-sayup suara Nina, suara Nina yang memanggil dirinya saat ia tinggalkan, walau lirih ia masih sempat mendengar dan mencoba mengabaikan.
Apakah Sandra lebih menarik dari aku?
"Sial!"
Bintang mengumpat, yang justru dibalas kerlingan nakal dari wanita itu, wanita yang salah paham mengira Bintang sudah nyaris meledak karena atraksinya.
Wanita itu maju dan mengangkangkan kakinya ia duduk dipangkuan Bintang, tangan menyusuri dada bidang Bintang. Hati wanita itu bersorak senang, selangkah lagi ia akan menikmati salah satu pangeran kampus, walau belum setenar dan seberkuasa Gibran tetapi lelaki ini bisa diperhitungkan, apalagi lelaki ini adalah kekasih dari seorang Nina, wanita yang dekat dengan Gibran.
"Siap?" Baiknya seksi ditelinga Bintang, disertai desahan yang membuat Bintang justru ingin muntah.
"Awhhhh!!!" Teriak Sarah cewek seksi yang kini berdiri karena didorong oleh Bintang.
Ia mengeluarkan uang dari dompetnya lalu meletakan dimeja sampingnya.
"Ambil." Bintang mengedikan dagunya memberi isyarat untuk mengambil uang itu.
"Loh maksud kamu apa Tang?"
"..."
"Bintang! Kamu hubungi aku untuk tidur kan?"
"Ambil uang itu! Lo seperti ini karena butuh itu kan?"
"Bukan kah kita sepakat aku tidak ingin dibayar?"
"Tapi gue gak berniat menyentuh Lo Sarah!"
"Bajingan!" Teriak Sarah saat Bintang bangkit dan meraih tasnya, tak lupa ia mengambil kamera yang memang ia pasang sebelum wanita itu datang.
Tak mendapat respon dari Bintang membuat wanita itu berteriak, "gue gak terima Lo perlakukan kayak gini brengsek!"
Bintang masih memunggungi wanita itu, ia tertawa sinis lalu menimang kameranya, ia bukan lelaki bodoh.
🌸
Nina masih duduk diatas kasur Bintang, ditemani Melodi dan Tomi yang baru datang satu jam yang lalu, Tomi tidak ikut mencari Bintang karena ia menjaga dua gadis itu, pasalnya ini sudah lewat tengah malam.
"Kalian tidur deh mendingan."
Tomi membawa coklat panas tiga gelas, menyimpannya dinakas lalu ikut duduk dikasur Bintang.
"Mel.. Lo tidur deh, mata Lo udah sipit gitu." Gadis itu menggeleng tak sanggup menjawab. "Minum deh kalau gitu."
Melodi menyeruput coklat panas itu cukup membuat dirinya tersentak sadar walau sepuluh detik kemudian ia kembali mengantuk. Tidak seperti Nina yang betah diam saja.
Suara motor masuk disusul suara motor lain, namun Nina tahu itu bukan motor Bintang, kekasihnya.
"Ketemu?" Suara Tomi samar-samar terdengar karena saat mendengar suara motor ia segera berlari keluar rumah.
Keduanya menggeleng, terlihat cukup lelah, mereka langsung masuk ke rumah kontrakan dan menuju kamar Bintang.
"Nina."
"Ga apa apa cup, gue tau.. maaf udah ngerepotin."
Gibran meraih coklat panas dari tangan Melodi lalu meneguknya, ia minum sambil terus menatap Melodi, ucapan syukur ia gumamkan dalam hati, karena gadis itu masih disini, menunggunya.
Farel tak mau kalah ia mengambil coklat milik siapa saja, yang ada dinakas, sampai beberapa menit berlalu mereka terdiam, hingga suara motor terdengar ditelinga mereka yang kini bernafas lega, namun mereka kembali tegang saat melihat satu sosok pria datang dengan luka lebam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomansaMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....