Selamat membaca!
🌸
Melodi memarkirkan motor matic pink hitam didalam pagar, kemudian ia berjalan dan menggembok pagar, pagar yang cukup tinggi karena Melodi tenggelam tak terlihat bila kita melihatnya dari luar rumah.
Ia berjalan malas menuju rumah,mengeluarkan kunci, memutar kunci dan menarik knop pintu. Kesunyian menyambut Melodi, ia sendirian sekarang, kehidupannya berubah 180 derajat.
Tidak ada lagi mercy ungu, tidak ada lagi barang branded, shoping setiap Minggu dan lain-lainnya, ia telah memutuskan untuk mandiri, menghindari perdebatan yang terjadi antara papa kesayangannya dan wanita yang mirip dengannya, wanita itu mengaku ibu kandungnya.
Melodi mengambil air putih dan meneguknya habis, ia masih memegang erat gelas yang berwarna bening tersebut, fikirannya nyalang, ia tak percaya siapa yang tadi siang ia temui, lelaki yang sering menghantui dirinya, sering hadir dalam mimpinya dan sering ia tangisi di kegelapan malam.
Bagaimana cara dia move on kalau harus satu kampus dengan lelaki itu? Bukannya saat mereka jauh saja Melodi tidak bisa membuka hati untuk orang lain?
Dengan perlahan ia menarik kaos putih yang sudah sedikit kotor, karena seharian tadi telah ia kenakan, lalu memasukkannya kedalam mesin cuci, namun gerakannya terhenti saat ia tergelitik untuk melihat tulisan apa yah lelaki itu tulis, lelaki yang sama sepertinya mengganti nama panggilannya, Gibran.
Milik Gibran
Him Teknik MesinDiiringi tanda tangan yang tidak begitu bagus.
Melodi terkekeh pelan, seandainya memang waktu sekarang Meraka masih bersama-sama, Melodi yakin ia akan sangat bahagia. Ia memeluk baju itu, memeluknya erat seakan ia bisa memeluk siempunya tulisan, ia harus mengakui bahwa nama lelaki itu masih ada, masih terpatri dihatinya, Gibran Yusuf Sebastian, aa nya.
🌸
"Kayaknya si eek kuda kesambet!" Sindir Farel.
Nina menoleh pada Gibran yang sedang fokus melihat kameranya sambil tersenyum sendiri.
"Cup Lo kenapa sih? Serem gue! RSJ Deket kan ya dari sini?"
Bintang terkekeh dan menepuk puncak kepala Nina.
Gibran hanya diam berfokus pada kameranya, ia sengaja menulikan telinganya demi pemandangan-pemandangan indah didepannya, pemandangan seorang gadis yang sudah 2 tahun ini ia cari, Sheril Melodi Dirgantara, gadis yang mengubah nama panggilannya menjadi Melodi, sama seperti dirinya yang lebih nyaman dipanggil Gibran. Namun baginya Sheril tetaplah Cherry nya.
"Tadi ada cewek cantik, adik tingkat, diembat sama si eek ayam!" Adu Farel.
"MASA?" Tanya Nina, Tomi dan Bintang bersamaan dengan sangat antusias.
"Asli, baru kali ini gue lihat dia kesemsem sama cewek, bahkan Revina yang nyaris telanjang depan dia aja, dia ga ngaceng, apa dia impoten?"
"Hus!"
"Sampe dibuntuti sama sikampret!"
"Siapa anaknya?" Tanya Tomi penasaran, sampai-sampai ia mencondongkan duduknya menuju Farel.
"Anak sipil, namanya Melodi."
"Tunggu... Siapa?" Tanya Nina kepo.
"Kalau ga salah nama lengkapnya, "Sheril Melodi Dirgantara."
Krik
Krik
Krik
"Oh.. Pantes!" Jawab mereka bersamaan.
Nina tersenyum senang, gadis itu kembali, sahabatnya kembali, ia akan menjelaskan semuanya dan meluruskan semuanya.
"Pantes apa?" Farel merasa menjadi orang paling bodoh sekarang, karena ia tidak tahu apa-apa, menyesal ia memberitahukan kabar ini pada sahabatnya.
🌸
Satu bulan semenjak kejadian itu, semuanya terasa biasa saja, baik Gibran atau Melodi sama-sama tidak ada yang mendekat, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, Melodi dengan kuliahnya dan Gibran dengan kuliah serta organisasinya.
Walau sebenernya salah satu dari mereka tetap mengawasi, karena mereka satu fakultas ia bisa dengan bebas memantau apa yang gadisnya lakukan, gadisnya? Gibran terkekeh saat mengingat kata itu, seperti yang Gibran lakukan saat ini, ia sedang melihat Melodi di aula terbuka, entah sedang menulis apa, yang jelas sejak setengah jam lalu, ia sibuk menulis.
Sepertinya kebiasaan dulu Melodi masih mengakar hingga kini, gadis itu cenderung pendiam untuk orang yang tidak ia kenali, ia hanya sesekali tersenyum saat teman-temannya mengajak mengobrol.
Ia malah lebih terlihat dekat dengan kumpulan anak laki-laki, shit!
Gibran menyedot rokoknya dalam-dalam, kemudian melepaskannya keudara, matanya masih memandang tajam Melodi, entah apa yang ia rasakan sekarang, yang jelas dadanya terasa sesak.
"Bangke Lo ngisep itu nikotin udah banyak banget semenjak kita disini!" Farel mengambil rokok dan pematiknya dekat Gibran, lalu memasukkannya kedalam tas.
"Ck.." Gibran berdecak ia duduk menyandar tanpa mengalihkan pandangan.
"Cewek itu cantik, pantes Lo klepek-klepek!" Goda Farel.
"Bangsat itu cewek gue!"
"Cewek Lo ya? Kok gak Lo samperin?"
"Lo mau gue tonjok?"
Farel malah tertawa keras, sekarang ia sudah tahu siapa itu Melodi, karena Nina menjelaskan semuanya, tentunya saat tidak ada Gibran dekat mereka, ditepuknya punggung Gibran lemah.
"Perjuangkan apa yang pengen Lo perjuangkan, bro!" Lalu farel berlalu meninggalkan Gibran yang masih asyik memantau Melodi, padahal kelas akan dimulai 5 menit lagi.
🌸
Melodi berjalan seorang diri menuju parkiran, seusai kelas sore teman-temannya sibuk membicarakan acara nongkrong mereka sementara Melodi dan beberapa anak lain yang tidak ikut nongkrong keluar kelas terlebih dahulu, setelah mengucapkan maaf karena tidak bisa bergabung.
Melodi memeluk tubuhnya sendiri karena angin sore yang menerpa kulitnya, salahnya ia hanya menggunakan kemeja lengan pendek dan lupa membawa jaket.
Langkahnya terhenti saat ia melihat sosok Nina disana, berdiri sambil sesekali melihat jam, tak jauh dari dirinya meski membelakangi, ada rindu yang tercetak jelas dibias matanya, melihat sahabat yang sudah menemaninya dari SMA tapi apa daya, ia terlanjur merasa kecewa apalagi setelah mendengar pembicaraan 'mereka' tempo hari.
"Lama banget sih!" Nina menggerutu pada lelaki yang kini berdiri disamping Nina, membuat Melodi seakan kehabisan udara untuk bernafas, itu lelakinya, aanya, Yusufnya.
"Hm.."
"Cepetan!"
Mereka berjalan beriringan menuju motor, motor yang Melodi kenal, dengan stiker yang juga ia kenali, stiker itu masih ada? Masih terpampang rapi dimotor itu.
Ada cairan bening yang tiba-tiba menetes saat melihat dua orang itu berboncengan keluar kampus.
Jadi mereka bersama-sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Badboy
RomanceMengandung unsur 17+ harap bijak dalam membaca. Dia yang begitu sempurna, nyatanya....