BAB 32

8.8K 737 11
                                    

Media: Bawalah Cintaku, Saxophone cover by Christian Ama

Akhirnya nemu juga setelah ngubek-ngubek YT buat nyari versi saxophone-nya. Sambil puter medianya yaa, siapa tau kebawa baper 😚

***

Setelah ciuman memalukan itu, Arumi langsung berlari ke kamar mandi yang berada di kamar Divo. Ia langsung membasuh wajahnya dan membuang habis ingusnya. Demi apapun, Arumi sangat malu pada Divo. Sedangkan pria itu malah tertawa-tawa, tidak peduli jika baru saja ia tak sengaja menjilat ingus Arumi.

"Umi keluaaar, ingus kamu gak bikin aku kejang-kejang kok!" kata Divo sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandinya.

"Gak mau keluar, Div. Maluuuuuu," Arumi tak punya keberanian untuk menghadapi Divo lagi. Walaupun dulu ia adalah orang yang tidak punya malu terutama saat mengejar Dipta, tapi sekarang Arumi adalah seorang wanita yang mudah digoda oleh kekasihnya.

"Masih ada kejutan yang lain, ayok buruan," Divo membujuk Arumi yang masih tidak menampakkan batang hidungnya.

"Tapi janji dulu!"

"Iyaaa, janji apa sayang?"

"Janji jangan ngetawain aku! Awas aja!" ancam Arumi.

"Iyaaa, iyaaa. Udah buru keluar sayangggg," ucap Divo gemas.

Akhirnya Arumi membuka pintunya perlahan, rona di wajahnya belum hilang, "Jangan liatin aku, ayo langsung jalan aja," kata Arumi saat melihat Divo yang memandanginya. Di sisi lain, Divo mati-matian menahan tawanya, ia ingin menertawai wajah kekasihnya yang malu-malu itu. Tapi ia sudah berjanji untuk tidak tertawa, jika dilanggar nyonya pasti akan marah besar.

Divo berdehem, "Yuk," lalu mereka pun berjalan bergandengan menuju taman belakang rumah Divo.

Kemudian keduanya tiba di depan studio milik keluarga Divo, Divo membuka pintu tersebut dan mengajak Arumi masuk.

"Kamu duduk di sini," tunjuk Divo pada sebuah kursi yang ada di depan piano, "Temenin aku," pintanya lagi.

"Aku gak bisa main piano, Div."

Divo tersenyum lalu duduk di samping Arumi, "Aku gak minta kamu main, aku cuma minta kamu temenin aku," Arumi mengangguk.

Divo mulai menyentuh ringan tuts piano, "Aku persembahkan lagu ini buat kamu, the love of my life," Divo mencium bibir Arumi pelan kemudian tersenyum sangat manis.

Have you ever felt
Your breath was taken away?
I had
When I lost you

Have you ever felt
Your heart stop beating?
I had
When you never looked at me

Have you ever felt
Your life was gone?
I had
When I was away from you

My love
Do you know how tall the 7th heaven is?
That is the same high
As my love for you
Countless

My soul
Do you know how wide the universe is?
That is the same wide
As your place in my heart
Infinity

You are the most beautiful curse
That God gives to me
The loveliest trap
Of the goddess of love

Let every pore in my body
Permeate the beauty of you
Let every cell in my body
Adore your perfection
I love you
Until I forget
That my time has run out

(Have you ever - Divo Abi Darmawan)

Lagi-lagi, Arumi menangis. Ini adalah pertama kalinya Divo bermain musik dan bernyanyi di depannya. Dan pria itu membuat lagu khusus untuknya sebagai ungkapan rasa cintanya. Perasaan Arumi campur aduk, bahagia, terharu, sedih, dan menyesal. Suara Divo yang sangat merdu dan melodi-melodi yang dihasilkan dari perpaduan jari-jarinya dan tuts piano membuat Arumi hanyut dalam perasaan yang tak bisa ia gambarkan. Luar biasa, adalah kata paling tepat yang bisa Arumi ucapkan.

The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang